25
2.1.6 Pembelajaran Matematika di SD
Ruseffendi 1991 dalam Heruman 2012: 1 matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu
tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan
akhirnya ke dalil. Soejadi 2000 dalam Heruman 2012: 1 hakikat matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang
deduktif. Sujono 1988 dalam Fathani 2009: 19 mengartikan matematika sebagai
cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan
masalah yang berhubungan dengan bilangan. Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar
kepada siswa melalui serangkaian kegiatan terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari Muhsetyo,
2010: 1.26. Perkembangan pembelajaran matematika banyak memiliki kecenderungan baru yang tumbuh dan berkembang di banyak negara, sebagai
inovasi dan reformasi model pembelajaran yang sesuai tantangan sekarang dan mendatang. Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara
lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Soejadi 1999 dalam Muhsetyo 2010: 1.2 menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena objek
dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Ciri keabstrakan dan ciri lainnya dari pelajaran matematika yang tidak mudah untuk dipelajari,
26 sehingga akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran
matematika. Oleh karena itu, perlu adanya jembatan penghubung agar keilmuan matematika tetap terjaga dan matematika dapat lebih mudah dipahami.
Persoalan mencari penghubung merupakan suatu tantangan, yaitu tantangan pendidikan matematika untuk mencari dan memilih model
pembelajaran matematika yang menarik, mudah dipahami siswa, menggugah semangat, menantang terlibat, dan pada akhirnya menjadikan siswa cerdas
matematika. Pemilihan model pembelajaran matematika perlu memperhatikan perkembangan jaman untuk memperpendek jarak kesenjangan antara kemajuan
di dunia dan kenyataan nyata di Indonesia. Perkembangan model pembelajaran seiring waktu selalu mengalami perubahan untuk memperbaiki kesalahan yang
sudah ada. Dengan pemikiran yang baru, maka model permbelajaran di negara lain tidak dapat diabaikan sehingga kita dapat mengejar kemajuan negara lain.
Model pembelajaran matematika yang berkembang pada hakikatnya berdasar pada teori-teori belajar yang sesuai, sehingga perlu dipahami secara
sungguh-sungguh. Perkembangan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa mengubah cara pandang tentang bagaimana siswa belajar. Sesuai dengan
tahap perkembangan kognitif siswa SD yang berada pada tahap operasional konkret, maka proses pembelajarannya melalui tahapan konkret, semi konkret,
semi abstrak, dan selanjutnya abstrak. Dalam pembelajaran matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa perlu diberi penguatan agar mudah
dipahami dan bertahan lama dalam memori siswa. Oleh karena itu, perlu adanya
27 pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hapalan
atau mengingat fakta saja karena akan mudah dilupakan siswa. Teori makna oleh Ausubel dalam Muhsetyo 2010: 1.9 mengemukakan
pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik bermanfaat, dan
menantang sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan diingat siswa. Kebermakanaan yang dimaksud berupa struktur
matematika yang lebih ditonjolkan untuk memudahkan pemahaman. Kebermaknaan dapat pula berupa pernyataan konsep dalam bentuk bagan,
diagram, atau peta yang akan menujukkan saling keterkaitan antar konsep. Tujuan akhir dari konsep-konsep pada kurikulum matematika di SD yaitu
agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menncapai tujuan akhir tersebut, maka siswa harus melalui
langkah-langkah yang benar sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Dalam pembelajaran matematika, guru harus memahami kemampuan siswa yang
berbeda-beda, sehingga guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif, efisien, dan sesuai pola pikir siswa. Heruman 2012: 2 memaparkan
langkah-langkah pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika di SD:
1 Penanaman konsep dasar penanaman konsep, yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah
mempelajari konsep tersebut.
28 2 Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.
3 Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari
penenaman konsep dan pemahaman konsep. Tujuannya agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
2.1.7 Pembelajaran Konvensional