83
BAB IV PERUBAHAN FUNGSI KOPI GAYO
4.1. Pandangan Masyarakat Terhadap Fungsi Kopi Gayo
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kopi Gayo merupakan salah satu minuman khas dari masyarakat Gayo.Dalam hal ini sudah tergambar bahwa kopi
Gayo sudah memiliki dampak yang positif terhadap perkembangan masyarakat Gayo dan ini sudah terlihat dengan berdirinya caffe-caffe modern ditengah
masyarakat,yang menunjukkan bahwa perkembangan kopi dari tahun ketahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan,sehingga menjadi salah satu
minuman yang sangat di perhitungkan saat ini. Hal ini membawa dampak yang baik bagi perkembangan kopi Gayo.
Dimana para pengusaha tidak lagi ragu untuk menginvestasikan uangnya untuk membangun caffe modern. Semenjak terbentuknya caffe modern di tengah
masyarakat banyak perubahan yang terjadi pada masyarakat bukan hanya pada gaya hidup saja tetapi bentuk penyajian serta fungsi pun sudah mengalami
perubahan sedikit demi sedikit. Akibat dari perubahan tersebut membuat masyarakat lebih semangat mencari pengetahuan baru untuk menentukan variasi
kopi yang lebih menarik lagi sehingga dapat mengikuti perkembangan jaman pada saat ini.
Perubahan-perubahan yang terjadi yang dulunya alu dan lesung menjadi salah satu alat untuk menghancurkan kopi , kini sudah berubah mesin Grinder
menjadi alat untuk menghancurkan biji kopi dengan cara yang praktis dan lebih cepat. Sudah jarang sekali terlihat masyarakat petani kopi menggiling kopi dengan
alu dan lensung, biasanya ketika musim panen masyarakat berbondong-bondong
Universitas Sumatera Utara
84 saling membantu untuk beramai-ramai menumbuk kopi dengan alu dan lesung.
Biji kopi yang di tumbuk harus lah sudah kering.selain itu ketika menggoseng biji kopi yang sudah kering kalau jaman dahulu menggunakan kuali besi, sekarang
sudah ada alat yang lebih bagus lagi untuk menggongseng kopi, perubahan- perubahan ini sebenarnya sangat membantu para petani kopi dalam mengelolah
kopinya. Karna tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengelolah kopi menjadi bubuk kopi.
Di dalam konteks inilah perbedaan fungsi kopi bagi setiap orang cenderung lebih tampak. Selera yang tercipta melalui pengetahuan, yang dahulu
dideterminasi oleh kepentingan kolonial, kini mulai dipertentangkan.. Pertentangan antar pengetahuan yang juga berarti pertentangan antar diskursus.
Diskursus ini yang disediakan ranahnya oleh selera. Sesuatu yang begitu dekat bahkan melekat. Sesuatu yang kerap tak dianggap penting namun bagi
sebagian orang menjadi penting. Kesadaran atas betapa bernilainya diskursus yang bebas dari pengaruh kolonial bukan hanya tentang kepuasan indera semata.
Namun juga kesempatan untuk menentukan diri secara bebas. Tampaknya mendiskusikan diskursus dalam ranah dan habitus yang terekam dalam selera saja
belum sepenuhnya selesai. Kami
menikmati kopi
bukan lagi
sebatas untuk
menghilangkan suntuk setelah aktifitas sehari-hari yang melelahkan. Tapi menikmati kopi sekarang sudah kami
anggap tentang bagaimana kami meraskan kopi itu, menikmati setiap tetsnya yang berharga. Kopi menjadi
bagian dari kehidupan sehari dimana kami begitu merasakan kenyamanan dengan keberadaan kopi itu.
Mengenai pengalaman keseharian justru menjadi tantangan besar urang Gayo dan sebagian dirinya. Ranah selera yang erat dengan konsumsi tak ubahnya
Universitas Sumatera Utara
85 satu sisi yang bertolak belakang dengan produksi. Konsumsi yang terlihat dekat
dengan kebebasan setiap individu, justru terbelenggu oleh pengalaman keseharian. Bagaimana diri yang seolah lepas dari diskursus yang terbelenggu justru
bertemu dengan toke yang memainkan harga, juga dengan keabaian pemerintah dalam sistem perkopian di Gayo. Ini menjadi tantangan besar bagi individu di
Gayo dan kopinya. Pada satu sisi urang Gayo berada dalam euporia yang menganggungkan kebebasan seleranya, tapi di sisi lain belenggu itu justru kini
datang dari sisi lain yang mengikat sebagian penghasilan keluarga-keluarga di Gayo.Pemaknaan yang seharusnya bisa dielaborasi secara lebih mendalam,
nyatanya terbentur oleh pengalaman keseharian. Bagaimanapun urang Gayo masih makan nasi,bukan kopi. Sehebat apapun urang Gayo menggambarkan kopi
sebagai bagian hidupnya, pengalaman keseharian itu yang justru mengerdilkan keluasan maknanya.
Disatu sisi kopi begitu berharga, namun di sisi lain diversifikasi masyarakat Gayo begitu luas. Ada yang peduli tentang kopi, ada pula yang tidak.
Ada yang menganggap kopi adalah segalanya, ada yang menganggapnya angin lalu. Ada yang berada ditengah upaya membebaskan diri melalui pertarungan
wacara dalam selera, namun ada pula yang bersikukuh bertahan dengan selera lamanya. Ada pula yang menggunakan kopi untuk mendobrak garis patriarkal,
namun ada pula yang berserah diri pada peran yang digariskan. Itu semua mewarnai pemaknaan kopi di Gayo.
Bicara tentang kopi gayo dan cara mempertahankan apa yang menjadi ciri khas tentu akan ada orang yang setuju
dan yang tidak setuju. Hal itu biasa sebenarnya. Ada yang suka dengan kopi dengan cita rasa lama namun juga ada
yang coba hal baru, dengan beberapa perubahan.
Universitas Sumatera Utara
86 Perbedaan dan persamaan persepsi telah menggiring penelitian ini pada
fungsi akan kopi yang pada satu titik begitu seragam, namun di titik lain begitu beragam. Kopi yang diamini sebagai sebagian hidup urang Gayo karena menjadi
sebagian sumber pemasukan ekonomi, di titik lain dimaknai secara beragam dalam kaitannya dengan selera. Ada yang memaknainya sebagai pembebasan,
namun ada pula yang memaknainya sebagai tantangan jaman.
4.2. Perubahan Fungsi Sosial Kopi Gayo