68
3.3. Budaya Ngopi Masyarakat Gayo
Kopi akan selalu hadir dalam relasi sosial di tingkatan apa pun. Tidak bisa ditampik bahwa para pekerja pada pagi hari lazim menikmati secangkir kopi
sebelum memulai aktivitas pagi hari. Kopi tidak bisa dielakkan dalam pilihan menu dan hidangan hang out di café pada sore hari. Kopi akan menjadi teman
bagi insan yang mencari kekhusyukan sepertiga malam. Sepertinya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dalam setiap relasi sosial kita, kopi
mengambil tempat yang cukup intim. Hal ini mengenai kegiatan menikmati kopi dalam konteks relasi social di
desa Blang
Tampu. Apakah
aktivitas menikmati
kopi merupakan
sebuah budaya atau gaya hidup, Contoh sederhana yang diajukan adalah kebiasaan orang dewasa di wilayah pedesaan yang menikmati kopi dalam segala
macam bentuk aktivitas sosialnya, mulai dari di rumah, di kebun, di pengajian, bahkan di kedai sekalipun. Kebiasaan menikmati kopi yang berlangsung turun-
menurun ini sudah menjadi budaya. Sementara itu, sebagai manusia urban, kebiasaan menikmati kopi di tempat-tempat yang spesifik di wilayah ibukota lebih
cenderung dinilai sebagai sebuah gaya hidup. Susah untuk mempertahankan argumentasi bahwa kegiatan ini adalah “budaya”, ketika menikmati kopi perlu
dilengkapi dengan Wi-Fi gratis yang superkencang, colokan laptop yang bersliweran, dan suasana café yang cozy.
“budaya minum kopi pada saat ini saudah menjadi trend dimana anak- anak muda menjadi bertambah banyak yang
menyukai kopi, mungkin karena tempat nya yang sesuai degan selera anak muda zaman sekarang.walaupun juga
banyak dampak positif maupun negatif dari perubahan budaya minum kopi pada saat ini. “ Cik sawir 26 tahun.
Universitas Sumatera Utara
69 Mengenai aktivitas menikmati kopi sebagai sebuah budaya atau gaya
hidup. Habis energi hanya untuk mempertahankan bahwa tubruk itu tradisi asli, sementara espresso dan cappuccino adalah budaya asing. Relasi sosial dalam kopi
tidak bisa diputus sepihak. Seolah-olah ia hanya menjadi gaya hidup kelas menengah ibukota ketika dibandrol beberapa puluh ribu rupiah per gelasnya. Atau
menjadi teman rakyat kecil ketika kopi dinikmati di warung kopi selepas berkebun. Bagi saya pribadi, dapat dikatakan bahwa kopi adalah suatu
pembebasan.Jika kopi memiliki hubungan serta keterkaitan antara satu dengan yang lain lalu bagaimana soal menikmati kopi sebagai pembebasan? .
Pada kondisi hari ini akan lebih penting untuk memahami bahwa aktivitas menikmati kopi bukan sekadar budaya atau gaya hidup. Tetapi lebih kepada apa
yang ditemukan di setiap teguknya, apa yang bisa dihayati di setiap cerita relasi sosial di belakangnya. Jika sebelumnya kopi identik dengan warna hitam dan rasa
yang pahit sehingga hanya dinikmati oleh kalangan orang tua, sekarang kopi menjadi minuman dengan berbagai macam variasi rasa yang mampu menarik
perhatian anak muda. Pada awalnya kopi dinikmati di kedai-kedai atau warung-warung kecil
pinggiran jalan atau di pedesaan dengan tujuan untuk melepas lelah para pengedara jarak jauh atau sebagai media berkumpul orang-orang ketika melepas
kepenatan kerja. Namun, arus globalisasi telah membawa dampak lahirnya budaya konsumerisme dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk memilih
apa yang mereka inginkan, termasuk tempat mereka menikmati kopi. Budaya konsumen menciptakan tempat-tempat ngopi menjadi salah satu
ikon konsumerisme di kalangan masyarakat yang berbeda dengan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
70 Saat ini caffe tidak hanya sekadar tempat untuk minum kopi dan nongkrong, tetapi
juga menjadi budaya baru yakni budaya ngopi sekaligus gaya hidup bagi anak muda. Bagi anak muda ataupun mahasiswa, pergi ke caffe ataupun kedai-kedai
kopi menjadi pemandangan yang umum dilihat. Mereka menciptakan komunitas-komunitas cafe sehingga mengunjungi
cafe menjadi sesuatu yang tidak dapat lepas dari kehidupan mereka sebagai anak muda atau mahasiswa, Melihat cara dan kuantitas anak muda atau mahasiswa
dalam mengunjungi cafe-café, seperti halnya sudah menjadi Gaya Hidup Modern Keberadaan warung kopi atau kedai-kedai kopi di masyarakat khususnya
Indonesia bukanlah hal yang baru. Beberapa suku bangsa di Indonesia telah lama mengenal budaya minum kopi bersama. Namun, istilah cafe atau cafe shops
memang menjadi fenomena yang baru dan bahkan mengalahkan istilah warkop warung kopi yang terkesan jadul dan ketinggalan jaman.
Cafe shops merupakan istilah yang merujuk pada sebuah tempat untuk menikmati kopi dan telah menjadi fenomena yang mengglobal. Beberapa dekade
terakhir ini, cafe telah mengalami ekspansi yang cukup dramatis. Di mall, airport, maupun di belahan dunia lainnya kita dapat menemukan coffee bars, coffee shops,
dan kios. Tidak dipungkiri bahwa kemudian cafe menjadi instrumen dalam penyebaran budaya konsumsi kopi dalam era globalisasi. Sebenarnya apa yang
yang dimaksud dengan budaya minum kopi atau coffee culture itu? Kopi adalah sebuah zat, tetapi budaya menanamkan kopi dengan makna sosial dan simbolik.
Melalui budaya, dengan mengonsumsi kopi seseorang dapat menegaskan identitasnya, mengeskspresikan nilai yang dimiliki atau menegaskan ikatan
sosialnya. Artinya, kopi sebagai budaya merujuk pada gagasan, perilaku,
Universitas Sumatera Utara
71 teknologi, pemaknaan, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kopi.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan kopi dapat kita lihat, dengar, dan rasakan ketika berada di dalam sebuah cafe.
Melihat perjalanan kopi kita dapat memahami bagaimana kopi memiliki interaksi dengan lingkungan di sekitarnya, kopi dikembangkan oleh manusia dari
mulai penanaman sampai dengan pengolahan, dan sebaliknya manusia pun banyak dipengaruhi kopi dalam interkasi sosialnya. Oleh karena itu, untuk coffee
bars, coffee shops memiliki peran sebagai media dalam mengembangkan budaya minum kopi di kalangan anak muda. Saat ini budaya minum kopi tidak lepas dari
kalangan anak muda yang dekat dengan kebiasaan nongkrong dan ngobrol sampai larut malam.
Oleh karenanya bertandang ke cafe-cafe sudah menjadi sebuah ritual yang biasa mereka lakukan untuk membentuk dan menguatkan identitas mereka
sebagai bagian generasi modern. tindakan dimana anak muda secara rutin atau dalam jangka waktu tertentu datang ke cafe, mereka berdandan, mengenakan
pakaian bagus dan bersih. Bersama-sama dengan teman lainnya untuk diskusi, sekadar mengobrol, ataupun duduk sendiri untuk mengerjakan pekerjaan. Mereka
yang berkumpul memiliki gagasan yang sama tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kopi ataupun cafe.
Mereka yang terbiasa datang ke cafe mengetahui istilah-istilah berkaitan dengan minuman dan makanan yang ditawarkan, seperti venti caramel macchiato,
cappucino, americano, chocolate mocha dan lain sebagainya tanpa harus melihat papan menu. Perilaku dan tindakan inilah yang mereka gunakan sebagai media
dalam berkomunikasi dengan sesama komunitas cafe. Pengetahuan akan istilah-
Universitas Sumatera Utara
72 istilah atau segala sesuatu yang berhubungan dengan cafe sebagai komunitasnya
menjadi pembeda antara mereka yang tidak terbiasa mengunjungi cafe. Perbedaan antara ritual dan keagaman dan ritual ngafe anak muda adalah ritual religi yang
mengarah pada tujuan-tujuan transendental. Sementara ritual mendatangi cafe atau ngafe memiliki nilai untuk mencapai penghargaan secara sosial dan pembentukan
identitas. Ngafe bagi anak muda menjadi salah satu bagian dari fenomena sosial
yang dikonstruksi dalam dua sisi yakni positif dan negatif. Pada bagian ini akan dibahas beberapa hal berkaitan dengan dampak negatif dari ritual ngafe anak
muda. Pertama, adanya ritual ngafe membawa dampak budaya konsumerisme dan hedonis yang semakin meningkat dikalangan anak muda.
Hedonis adalah gaya hidup yang berorientasi dengan kesenangan dan kepuasan dunia semata. Artinya, tujuan datang ke cafe-cafe tidak lagi hanya
sekadar menikmati kopi, tetapi mereka menikmati suasana dan kepuasan dalam hal prestise ketika berada di suatu cafe tertentu meskipun dengan harga kopi yang
jauh lebih mahal. Kedua, lahirnya sikap boros dalam ritual ngafe dikalangan anak muda, karena mereka membeli sesuatu yang tidak benar-benar mereka butuhkan.
Ketiga, ritual ini membuat hidup anak muda menjadi tidak produktif karena banyak membuang waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Ketika mereka telah menikmati kopi di Caffe adanya kepuasan tersendiri yang mereka rasakan, sehingga membuat mereka sebagai pengunjung selalu
tertarik untuk kembali berkunjung ke caffe tersebut. Salah satu informan mengatakan
Setiap rasa pahit, asam, manis, kecut yang dirasakan oleh lidah merupakan keistimewaan menikmati kopi,namun
Universitas Sumatera Utara
73 tersisipkan juga relasi sosial di dalamnya. cik sawer 26
tahun Sehingga aktivitas menikmati kopi akan membawa pada lepasnya
keterbelengguan otoritas tertentu yang akan mendikte cara dan preferensi dalam menikmati kopi bahkan memutus cerita relasi sosial di belakangnya. Bahwa rasa
generik kopi adalah manis karena dicampur gula atau ritual-ritual tertentu yang perlu dilewati agar tercipta sensasi menikmati kopi yang asli, dengan kata lain
penikmat kopi secara bebas dapat mengekspresikan rasa dari secankir kopi. Mengapa dikatakan adanya terbentuk suatu relasi sosial? karena dalam
tegukan secangkir kopi, adanya terselip pendekatan yang terjadi secara spontan terhadap seorang individual yang berada didekat kita. Dimana dalam hal ini,
mereka dapat berbagi cerita dengan rasa kopi yang mereka rasakan dan mereka juga bisa berpendapat secara bebas bahwa kopi yang nikmat itu seperti apa, disini
lah mereka bisa saling mengeluarkan argumen mereka mengenai kopi. Terkadang juga terjadi sedikit perdebatan mengenai cita rasa kopi.dan hal ini yang membuat
mereka semakin dekat. Secara tidak langsung kopi juga berfungsi sebagai salah satu bentuk
perantara dimana kopi dapat meciptakan hubungan sosial kepada masyarakat dan dapat menyatukan berbagai kalangan gender dan merupakan salah satu pelengkap
ketika sewaktu bersantai di warung kopi maupun di caffe.Dan ini merupakan hal yang positif karena hanya dengan secangkir kopi dapat membangun relasi sosial
dengan banyak masyarakat menciptakan hubungan yang baik sehingga tidak memutuskan komunikasi dengan masyarakat sekitar,.karena bagaimanapun kita
adalah sebagai mahluk sosial yang masih membutuhkan banyak dukungan dari masyarakat. Dengan terbentuknya warung dan caffe membuat masyarakat lebih
Universitas Sumatera Utara
74 mudah untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar atau memulai
hubungan yang baik. Dan inilah yang sebaiknya dipertahankan lebih kuat lagi oleh masyarakat, tidak hanya terjadi pada masyarakat desa blang tampu tetapi di
seluruh rakyat indonesia. Tidak terlepas dari itu ternyata caffe tidak membuat masyarakat
khususnya penikmat kopi merenggang , artinya tidak memandang dimana mereka menikmati secangkir kopi bagi mereka dimana pun menikmati kopi sama saja
relasi sosial yang dibangunpun juga sama, hanya saja perbedaan tempat serta fasilitas yang diberikan dan minuman yang disajikan sedikit berbeda. Namun
relasi sosial tetap terjalin dengan baik
3.4 Gaya Minum Kopi Urang Gayo