Pengukuran Intelegensi HUBUNGAN ANTARA INTELEGENSI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

commit to user karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. 2. Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. 3. Faktor pembentukan, di mana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam di sekitarnya. 4. Faktor kematangan, di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik atau psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. 5. Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Kelima faktor itu saling terkait satu dengan yang lain. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut.

3. Pengukuran Intelegensi

Untuk mengukur tingkat intelegensi seseorang, maka digunakan alat ukur yang dikenal dengan IQ Intelegensi Quotient. Menurut Carole Wade dan Carol Tavris 2007:26 “Tes yang dikembangkan oleh Binet dan rekannya Theodore Simon mengukur memori, kosakata, dan diskripsi perseptual”. Item alat ukur commit to user memiliki rentang dari item yang dapat dikerjakan dengan mudah oleh kebanyakan anak hingga item yang dapat dikerjakan oleh anak yang berusia lebih tua. Sistem pemberian skor yang dikembangkan selanjutnya oleh para peneliti lainnya dengan mengunakan formula yang membagi usia mental seorang anak dengan usia kronologisnya. Lewis Terman, merevisi tes yang dikembangkan oleh Binet yang kemudian dikenal dengan nama Skala intelegensi Stanford Binet. Tes tersebut meminta orang untuk melakukan bebarapa hal, seperti melengkapi kata pada kalimat, menjawab pertanyaan yang bersifat umum, memprediksi bagaimana bentuk sebuah kertas yang terlipat pada saat lipatan tersebut dibuka, menghitung air dengan dua wadah yang berbeda ukuran, dan membedakan konsep yang serupa tapi tidak tepat sama. Semakin tua ukuran subyek yang mengerjakan tes tersebut, semakin banyak juga jumlah item yang mengukur pemehaman dan kefasihan verbal, kemempuan spasial dan penelaran. Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa intelegensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja general factor, tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor Factor Theory of Intelligence. Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS Wechsler Adult Intelligence Scale untuk orang dewasa, dan WISC Wechsler Intelligence Scale for Children untuk anak-anak. http:fatkhulmoein.wordpress.com20081207intelegensi- dan-emosi . Selain memberikan skor IQ umum, tes ini juga memberikan skor yang menghitung kemampuan-kemampuan lainnya, seperti kosa kata, kemampuan aritmatika, kemempuan mengingat, kemempuan mengenal kemiripan, pengetahuan serta pemahaman umum. Tes Wechsler juga mengukur kemampuan non verbal, seperti kecepatan rata-rata yang dibutuhkan untuk menyusun suatu model rancangan dengan batasan waktu dan megenali detail yang hilang dari suatu gambar. Tes Wechsler yang digunakan saat ini memiliki banyak subtes dan selain memberikan nilai IQ , tes tersebut juga memberikan penilaian untuk pemahaman verbal, pemahaman perseptual, kemampuan mengingat commit to user kemampuan untuk menahan informasi dalam pikiran, sampai kemudian informasi itu digunakan, dan kecepatan memproses. Komponen-komponen yang digunakan untuk mengukur intelegensi adalah: 1. Kemampuan untuk menggingat 2. kemampuan verbal, kecakapan untuk menggunakan bahasa 3. kemampuan bilangan, kemampuan untuk bekerja dengan bilangan 4. kemampuan menggunaka kata-kata, word fluency, yaitu seberapa lancar seseorang mempergunakan kata-kata yang sukar ucapannya; faktor ini dianggap pula merupakan petunjuk daripada kelancaran dalam kerja mental, yaitu mudah tidaknya seseorang mengubah pikirannya atau mengalihkan pikirannya sesuai dengan kebutuhan, 5. kemampuan penalaran atau reasoning yakni faktor yang mendasari kecakapan untuk berpikir logis, 6. kemampuan persepsi atau perseptual factor, yakni kemampuan untuk menghindari dengan cepat dan cermat, 7. Faktor ruang atau spatial factor, yaitu kemampuan untuk mengadakan orientasi dalam ruang. Diantara berbagai Skala IQ yang dianjurkan oleh berbagai ahli, yang paling banyak dikembangkan adalah oleh Wechler dan Belavue Syamsu Yusuf ,2000 : 111. Apabila dijabarkan nilai IQ dan klasifikasinya adalah sebagaai berikut IQ KLASIFIKASI 140 – ke atas 130 - 139 120 – 129 110 -119 90 -109 80 – 89 70 – 79 50 – 69 49 ke bawah Jenius Sangat Cerdas Cerdas Di atas normal Normal Di bawah normal Bodoh Terbelakang MoronDebil Tebelakang Imbeciledan Idiot

4. Teori-teori Inteligensi

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARANGDOWO, KLATEN TAHUN AJARAN 2009 2010

1 5 115

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MODEL ASSURE PADA SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 4 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

1 8 198

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA Hubungan Antara Minat Belajar Dan Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 6 18

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA Hubungan Antara Minat Belajar Dan Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 6 16

HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 11 193

Hubungan antara lingkungan belajar, kemandirian belajar, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi

1 6 199

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA SISWA MENGIKUTI ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 7

HUBUNGAN PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 0 17

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 1 11