commit to user
karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan
pelatihan yang sama. 2. Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan
lebih baik. 3. Faktor pembentukan, di mana pembentukan adalah segala keadaan di luar
diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di
sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam di sekitarnya.
4. Faktor kematangan, di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik atau
psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing. 5. Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu
dalam memecahkan masalah tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Kelima faktor itu saling terkait satu dengan yang lain. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman kepada salah
satu faktor tersebut.
3. Pengukuran Intelegensi
Untuk mengukur tingkat intelegensi seseorang, maka digunakan alat ukur yang dikenal dengan IQ Intelegensi Quotient. Menurut Carole Wade dan Carol
Tavris 2007:26 “Tes yang dikembangkan oleh Binet dan rekannya Theodore Simon mengukur memori, kosakata, dan diskripsi perseptual”. Item alat ukur
commit to user
memiliki rentang dari item yang dapat dikerjakan dengan mudah oleh kebanyakan anak hingga item yang dapat dikerjakan oleh anak yang berusia lebih tua. Sistem
pemberian skor yang dikembangkan selanjutnya oleh para peneliti lainnya dengan mengunakan formula yang membagi usia mental seorang anak dengan
usia kronologisnya. Lewis Terman, merevisi tes yang dikembangkan oleh Binet yang
kemudian dikenal dengan nama Skala intelegensi Stanford Binet. Tes tersebut meminta orang untuk melakukan bebarapa hal, seperti melengkapi kata pada
kalimat, menjawab pertanyaan yang bersifat umum, memprediksi bagaimana bentuk sebuah kertas yang terlipat pada saat lipatan tersebut dibuka, menghitung
air dengan dua wadah yang berbeda ukuran, dan membedakan konsep yang serupa tapi tidak tepat sama. Semakin tua ukuran subyek yang mengerjakan tes tersebut,
semakin banyak juga jumlah item yang mengukur pemehaman dan kefasihan verbal, kemempuan spasial dan penelaran.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman
mengemukakan bahwa intelegensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja general factor, tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori
ini disebut Teori Faktor Factor Theory of Intelligence. Alat tes yang
dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS Wechsler Adult Intelligence Scale untuk orang dewasa, dan WISC Wechsler Intelligence Scale for Children
untuk anak-anak. http:fatkhulmoein.wordpress.com20081207intelegensi- dan-emosi
. Selain memberikan skor IQ umum, tes ini juga memberikan skor yang menghitung kemampuan-kemampuan lainnya, seperti kosa kata,
kemampuan aritmatika, kemempuan mengingat, kemempuan mengenal kemiripan, pengetahuan serta pemahaman umum. Tes Wechsler juga mengukur
kemampuan non verbal, seperti kecepatan rata-rata yang dibutuhkan untuk menyusun suatu model rancangan dengan batasan waktu dan megenali detail yang
hilang dari suatu gambar. Tes Wechsler yang digunakan saat ini memiliki banyak subtes dan selain memberikan nilai IQ , tes tersebut juga memberikan penilaian
untuk pemahaman verbal, pemahaman perseptual, kemampuan mengingat
commit to user
kemampuan untuk menahan informasi dalam pikiran, sampai kemudian informasi itu digunakan, dan kecepatan memproses. Komponen-komponen yang
digunakan untuk mengukur intelegensi adalah: 1. Kemampuan untuk menggingat
2. kemampuan verbal, kecakapan untuk menggunakan bahasa 3. kemampuan bilangan, kemampuan untuk bekerja dengan bilangan
4. kemampuan menggunaka kata-kata, word fluency, yaitu seberapa lancar seseorang mempergunakan kata-kata yang sukar ucapannya; faktor ini
dianggap pula merupakan petunjuk daripada kelancaran dalam kerja mental, yaitu mudah tidaknya seseorang mengubah pikirannya atau
mengalihkan pikirannya sesuai dengan kebutuhan, 5. kemampuan penalaran atau reasoning yakni faktor yang mendasari
kecakapan untuk berpikir logis, 6. kemampuan persepsi atau perseptual factor, yakni kemampuan untuk
menghindari dengan cepat dan cermat, 7. Faktor ruang atau spatial factor, yaitu kemampuan untuk mengadakan
orientasi dalam ruang. Diantara berbagai Skala IQ yang dianjurkan oleh berbagai ahli, yang
paling banyak dikembangkan adalah oleh Wechler dan Belavue Syamsu Yusuf ,2000 : 111. Apabila dijabarkan nilai IQ dan klasifikasinya adalah sebagaai
berikut IQ
KLASIFIKASI 140 – ke atas
130 - 139 120 – 129
110 -119 90 -109
80 – 89 70 – 79
50 – 69 49 ke bawah
Jenius Sangat Cerdas
Cerdas Di atas normal
Normal Di bawah normal
Bodoh Terbelakang MoronDebil
Tebelakang Imbeciledan Idiot
4. Teori-teori Inteligensi