52 2. Dinas Pengolahan
3. Dinas Teknik 4. Unit Laboratorium
5.2 TechnowarePerangkat Teknik
Setelah tebu di panen dari kebun, maka tebu tersebut diangkut ke Pabrik Gula Sei Semayang, untuk pengolahan selanjutnya. Proses pengolahan adalah
salah satu proses transformasi atau perubahan bentuk suatu bahan menjadi bentuk lain, yang mempunyai nilai tambah dari bahan dasarnya. Bahan baku yang
digunakan adalah tebu yang sudah berumur 11 – 12 bulan, dimana kadar air nira
tertinggi terletak pada bagian pangkal batang.
Gambar 5.2 Alat Berat Membantu Penempatan Tebu yang akan digiling. Tebu yang diangkut ke PGSS adalah tebu yang berasal dari kebun yang
dikelola PTPN II Persero sendiri maupun kebun yang berasal dari kerjasama dengan masyarakat sekitar. Tebu yang dibawa ke PGSS tampak beragam, terlihat
tebu dengan serasah, batang muda, pucuk batang atau daun muda trash yang masih ada, walaupun sudah diarahkan bahan baku harus layak giling kadar
trashnya maksimal 5 persen. Namun karena penebanganpemanenan tebu bersifat borongan dari
lapangan, maka hal ini mengakibatkan kurang maksimalnya seleksi input dari lapangan. Ketika tebu sampai di PGSS dilakukan seleksi bahan baku input,
Universitas Sumatera Utara
53 dengan mengambil sample, setelah dihitung kadar trash nya maka, tebu tersebut
dapat masuk di area PGSS ini. Karenanya perlu dilakukan kerjasama dengan pihak pemanen agar lebih focus pada standar pemanenan. Bahkan perlu dilakukan
sangsi terhadap kualitas tebu yang tidak layak giling yang dipasok ke PGSS. Serta tidak member izin masuk bagi pengangkut tebu dengan kadar trash di atas 10
persen dari muatan angkutnya. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan
mesin pemeras mesin press di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimurnikan, diuapkan, dimasak, dan dilakukan proses
pemutaran, pengeringan, pemisahan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dalam pengelompokan proses pengolahan gula, ada juga yang
menambahkan dengan proses pengumpulan tebu sebelum diolah di pabrik pada awal mula proses tersebut, dan ada juga yang menambahkan proses akhir seperti
pengeringan gula kristal, lalu penyaringannya kemudian pengemasannya. Mesin produksi mutlak diperlukan untuk meningkatkan produksi output yang dihasilkan
baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kalibrasi mesin dan peralatan jarangtidak secara rutin di laksanakan di
PGSS, hanya ketika sebulan sebelum produksi dilakukan. Begitu juga dengan pemeliharaan rutinnya. Sebaiknya perlu dilakukan penjadwalan dan pelaksanaan
kalibrasi dan pemeliharaan mesin yang rutin. Termasuk dilaksanakan ketika masa produksi sedang berlangsung, untuk menghasilkan rendemen gula yang optimal.
Optimalisasi Teknologi di PGSS sangat diperlukan, untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas gula yang diharapkan dapat sesuai dengan target yang ingin
dicapai. Dengan adanya pembelian mesin baru dan perbaikan mesin lama, diperlukan integrasi atau sinkronisasi antara mesin lama yang diperbaiki dan
mesin baru pada setiap stasiun produksi di Pabrik Gula Sei Semayang, hal ini mutlak diperlukan agar proses produksi dapat berjalan simultan dan lancar.
Universitas Sumatera Utara
54 Gambar 5.3 Tebu diangkat ke Tempat Penggilingan dengan Canehandling.
Proses pemurnian yang dilakukan pabrik gula di Indonesia antara lain : 4. Proses Defekasi
5. Proses Sulfitasi 6. Proses Karbonatasi
PGSS sejak berdiri dan beroperasional melakukan pengolahan gula dengan proses pemurniannya menggunakan metode sulfitasi ini, dimana setelah
tebu ditebang lalu diangkut ke lapangan pabrik, lalu diangkat dengan alat cane handling atau alat lainnya, lalu tebu tersebut digiling, dimurnikan, diuapkan,
dimasakdikristalisasi, lalu di pisah diputaran, disaring dan dikeringkan, lalu dikemas sesuai kemasan yang diinginkan.
Untuk mendapatkan atau memproduksi gula jadi siap dipasarkan dilakukan beberapa tahap pengolahan yang dilakkukan di PGSS seperti penjelasan
diatas tadi, antara lain : 8 Penggilingan tebu Stasiun Gilingan
9 Pemurnian nira Stasiun Pemurnian 10 Penguapan nira Stasiun Penguapan
11 Kristalisasi Stasiun Masakan 12 Pemisahan Stasiun Putaran
13 Penyelesaian Pengeringan dan Pengemasan
Universitas Sumatera Utara
55 Potensi rendemen dari batang tebu yang diangkut ke PGSS ini adalah
7,5, artinya dari 100 kg batang tebu bisa menghasilkan 7,5 kg gula, potensi inilah yang diharapkan dicapai dengan minimal lose kehilangan gula 96.
Berikut dijelaskan secara rinci hasil pengamatan di lapangan proses pengolahan tebu menjadi gula di PGSS beserta hasil dan pembahasannya. Tebu yang datang
di PGSS ditimbang dahulu, lalu diambil samplenya, lalu diletakkan ditempat yang disediakan. Di PGSS ini, dihalaman depannya terdapat teras yang terbuat dari
semen, yang dapat menampung tebu 400 ton, tebu yang sudah dikumpulkan ini kemudian di angkut ke mesin gilingan, salah satunya dengan menggunakan alat
cane handling. Proses selanjutnya adalah dimasukkan ke stasiun gilingan.
Gambar 5.4 Tebu yang dikumpulkan di Halaman Pabrik.
Perbaikan dan Pembelian Mesin Produksi 1
Penggilingan Tebu Stasiun Gilingan
Tujuan dari stasiun gilingan adalah untuk memisahkan nira dari sabut atau ampas dengan hasil nira sebanyak
– banyaknya dan kandungan saccarosa dalam ampas sekecil mungkin. Dalam proses penggilingan ini juga dipakai air
imbibisi yang digunakan untuk mengurangi kadar nira yang masih ada dalam ampas. Terdapat pengurangan nira karena dimakan oleh jasad renikmikrobiologi.
Perlu alternative metoda pengolahan agar nira bisa maksimal diproses ke tahap berikutnya, tanpa terjadi kontaminasi jasad renik yang mengurangi nilai sukrosa.
Universitas Sumatera Utara
56
2 Pemurnian Nira Stasiun Pemurnian
Proses ini menghilangkan kandungan kotoran dan bahan non sugar dalam nira mentah dengan catatan gula reduksi maupun saccarosa jangan sampai
rusak selama perlakuan. Bahan non sugar yang dimaksud adalah : - Ion – ion organic yang nantinya menghambat pengkristalan dari saccarosa
- Koloid yang menyebabkan sukarnya pengendapan serta penyaringan. - Zat warna yang mungkin terkandung dalam zat lain yang mungkin juga
terikut seperti tanah dan sisa daun.
3 Penguapan Nira Stasiun Penguapan
Stasiun penguapan ini ditunjukkan untuk menguapkan air pada nira sampai dicapai tingkat kekentalan sekitar 64 brix sehingga didapat nira kental
yang telah berkurang 36 kandungan airnya.
4 Kristalisasi Stasiun Masakan
Dalam stasiun masakan terhadap nira kental yang terlebih dahulu disulfitasi dengan SO
2
untuk pemucatan nira kental. Pengkristalan gula dan nira kental dengan ukuran 0,9
– 1,1 mm.
Gambar 5.5 Stasiun Masakan.
Universitas Sumatera Utara
57
5 Pemisahan Stasiun Putaran
Tujuan pemutaran pada stasiun ini adalah untuk memisahkan kristal gula dengan larutan stroop yang masih menempel pada kristal gula. Putaran bekerja
dengan gaya centrifugal yang menyebabkan masakan terlempar jauh dari titik sumbu putaran, dan menempel pada dinding putaran yang telah dilengkapi
dengan saringan yang menyebabkan kristal gula tertahan pada dinding putaran, dan larutan stroopnya keluar dari putaran dengan menembus lubang-lubang
saringan, sehingga terpisah larutan stroop tersebut dari gulanya. Proses pemutaran di pabrik gula sei semayang terdiri dari 2 bagian yaitu :
1 High Grade Centrifugal 1600 rpm terdiri dari 9 unit, putaran yaitu 5
berfungsi untuk memutar masakan gula A dan B sedangkan yang 4 untuk memutar gula produk.
2 Low Grade Centrifugal terdiri dari 12 putaran yaitu 9 untuk memutar
masakan D gula D1 dan 3 untuk memutar gula D2. Putaran bekerja berdasarkan gaya sentrifugal yang menggunakan full automatic discontinu.
Gaya sentrifugal akan menyebabkan masakan terlempar menjahui titik putaran, dimana sistem putaran dilengkapi dengan media saringan. Saringan
ini akan menahan kristal dan larutan akan terpisah dari kristalnya.
Gambar 5.6 Mesin LGF Low Grade Fugal.
Universitas Sumatera Utara
58
6 Penyelesaian Pengeringan dan Pengemasan
Tahap ini bertujuan mengeringkan gula yang terbentuk, lalu menyaring nya, kemudian mengemasnya dalam jumlah dan kemasan tertentu. Dengan adanya
conveyor maka proses pengemasannya menjadi lancar.
Gambar 5.7 Pengemasan Gula Berikut adalah bagan proses pembuatan gula yang dilakukan di PGSS.
Gambar 5.8 Bagan Proses Pembuatan Gula di PGSS Tebu
Pemerahan Nira
Ampas Pemurnian
Nira
Penguapan
Penghabluran Pengkristalan
Pemutaran dan Penyelesaian
Gudang StroopTetes
Blotong
Gula Masakan
Nira Mentah
Nira Encer
Nira Kental
Universitas Sumatera Utara
59 Tabel 5.1 Data Investasi PGSS Tahun 2010-2013
Investasi Non Tanaman Kebun Unit: PG Sei Semayang
No. Nama Aktiva
Jumlah Rp. Tahun 2010
Jumlah Rp. Tahun 2011
Jumlah Rp. Tahun 2012
Jumlah Rp. Tahun 2013
Jumlah Rp.
A.
Pemeliharaan Mesin dan InstalasiTechnoware
1. Stasiun Gilingan
186.650.000 2.924.422.000
2.484.452.000 5.595.524.000
2. Stasiun Pemurnian
453.734.000 1.263.894.900
1.005.053.391 2.722.682.291
3. Stasiun Penguapan
406.486.000 1.102.414.600
665.465.500 2.174.366.100
4. Stasiun Masakan
148.744.000 1.103.797.500
7.014.046.500 8.266.588.000
5. Stasiun Putaran
896.890.000 1.751.711.572
16.335.622.051 655.384.000
19.639.607.623 6.
Stasiun Ketelan 1.407.983.350
1.795.960.428 3.203.943.778
7. Stasiun Boiler
524.277.300 391.338.600
915.615.900 8.
Stasiun Listrik 447.275.047
968.789.100 1.328.122.000
643.753.150 3.387.939.297
9. Stasiun Instrumen
338.139.300 74.450.000
412.589.300 B.
Sarana Prasarana Pendukung 1.
Pemeliharaan Bangunan
Perusahaan 743.175.565
743.175.565
2. Pemeliharaan
Bangunan Rumah 108.695.728
108.695.728 3.
Perabot dan Perlengkapan
KantorLaboratorium 44.550.000
299.955.750 297.297.500
641.803.250 4.
Jalan, Jembatan Saluran Air
230.374.679 44.966.472
275.341.151 5.
Pengangkutan 55.343.000
55.343.000 6.
Inventaris Kecil 43.620.000
43.620.000 Jumlah
3.992.312.397 11.779.459.829
30.606.517.007 1.808.545.750
48.186.834.983
Universitas Sumatera Utara
60 Dari table 5.1, terlihat jumlah total investasi di PGSS dari tahun 2010
– sampai tahun 2013 adalah sebesar Rp. 48,1 Milyard. Tujuan pembelian dan
perbaikan mesin produksi adalah untuk meningkatkan hasil produksi yang lebih baik. Dan investasi yang terbesar adalah pada stasiun putaran, yaitu 19,6 Milyard.
Dari hasil wawancara di lapangan hal ini dilakukan karena beberapa alasan diantaranya mesinperalatan lama memiliki kapasitas produksi yang kecil yaitu
650 kg3 menit, teknologi dan tingkat otomatisasi rendah, sementara mesinalat yang baru memiliki kapasitas 1.500 kg3menit. Serta alat baru ini tingkat
otomatisasinya tinggi dan penggunaan operasionalnya lebih mudah. Ini adalah contoh gambar dari mesin High Grade Centrifugal.
Gambar 5.9 Mesin Lama dan Baru High Grade Fugal di Stasiun Putaran Keterangan:
a. Mesin lama High Grade Fugal yang masih dioperasikan b. Mesin baru High Grade Fugal
Dengan adanya perbaikan mesin lama dan pembelian mesin baru diharapkan hasil produksi gula baik dari tebu maupun raw sugar dapat meningkat
a.
b.
Universitas Sumatera Utara
61 baik dari segi kualitas, maupun kuantitas. Pihak Manajemen, karyawan pimpinan
maupun karyawan pelaksana, begitu juga dengan PKWT Pekerja Kebutuhan Waktu
Tertentu, tenaga
harian lepas,
perlu mengintegrasikan
atau mensinkronisasikan mesin produksi dalam mengoptimalkan rendemen gula.
5.3 HumanwarePerangkat Manusia