19 Ada beberapa parameter kinerja pada setiap stasiun di pengolahan gula
yang ada di Indonesia. Berikut disajikan parameter kinerja agar dapat mengukur tingkat optimalisasi rendemen gula melalui pemanfaatan teknologi produksi di
sebuah Pabrik Gula.
2.5.1.1 Penimbangan Bahan Baku
Bahan baku tebu diangkut dari kebun dengan truk, sesampai di pabrik akan ditimbang dan dipindahkan ke lori kereta pengangkut tebu menuju meja
tebu sebagai tempat dimulainya perlakuan pendahuluan pengolahan kristal gula Martoharsono, 1997. Menurut Soerjadi 1985 bahan baku tebu dari lori dibawa
ke meja tebu dan tebu tersebut akan mengalami perlakuan pendahuluan berupa pengupasan dan pencacahan menjadi fraksi yang lebih kecil. Perlakuan
pendahuluan dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran nira saat pemerahan nira di stasiun gilingan.
Tabel 2.1 Parameter Kinerja Stasiun Penimbangan Bahan Baku PARAMETER
STANDAR SYARAT
NILAI Satuan
Tingkat kemasakan tebu 24-40
Jumlah bahan pengotor trash ≤
5 Kesegaran tebu
≤ 24
jam Pol tebu
≤ 12
Kadar nira tebu ≥
80 Kemurnian nira perahan pertama
≥ 85
Sumber: Cahyadi 2005
2.5.1.2 Penggilingan
Tebu yang bentuknya kecil-kecil tersebut kemudian mengalami penggilingan. Penggilingan ini dimaksudkan untuk mengambil nira mentah dari
batang tebu dan memisahkannya dari ampas Soerjadi, 1985. Menurut Rianggoro dan Daryanto 1984 hasil pemerahan tiap gilingan berbeda, semakin ke balakang
semakin kecil hasilnya, karena nira yang terperah sebagian ada pada bagian parensia yang dengan penekanan sedikit saja akan terperah dengan brix terbesar,
sedangkan untuk gilingan selanjutnya yang terperah adalah korteks dan epidermis.
Universitas Sumatera Utara
20 Tabel 2.2 Parameter Kinerja Stasiun Penggilingan
PARAMETER STANDAR
SYARAT NILAI
Satuan PG.
Kecil PG.
Sedang PG.
Besar Kadar sabut
- 14 -16
Tingkat Pencacahan Preparation Index
90 Fibre Loading
= 200
gdm2 Imbibisi sabut
≥ 200
Persentase nira mentah tebu ≥
100 Persentase ekstraksi nira
96 Kapasitas giling
≥ 1500
3000 4500
TCD Sumber: Cahyadi 2005
2.5.1.3 Pemurnian
Tujuan pemurnian adalah untuk membuang sebanyak-banyaknya zat bukan gula sehingga diperoleh nira yang jernih dan mengusahakan agar kerusakan gula akibat
perlakuan proses pabrikasi minimal Sartono, 1988. Pemurnian dengan susu kapur dilakukan dalam peti defecator bejana yang berfungsi untuk mencampurkan susu kapur
dengan nira mentah dengan pH 10. Sebelum dialirkan ke dalam peti defekator, nira mentah dipanaskan pada suhu
75o. Setelah reaksi akan terbentuk endapan Ca-phospat. Selanjutnya dilakukan pemurnian dengan gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7,2. Hasil reaksi berupa endapan CaSO3
yang akan menyelubungi endapan Ca-phospat sehingga akan menghasilkan endapan yang kompak dan porous sehingga mudah ditapis. Hasil akhir pemurnian nira encer dengan
kotorannya melalui metode pengendapan dalam peti pengendap Rianggoro dan Daryanto, 1984.
Tabel 2.3 Parameter Kinerja Stasiun Pemurnian
PARAMETER STANDAR
SYARAT NILAI
Satuan
Turbidity nira ≤
50 ppm
Kadar CaO dalam nira ≤
80 ppm
Jumlah bahan pengasingan bukan gula ≤
14 Persentase pol blotong ≤ 2
≤ 2
Persentase blotong terhadap tebu ≤ 3 ≤
3 Sumber: Cahyadi 2005
Universitas Sumatera Utara
21
2.5.1.4 Penguapan