11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Keterampilan Menulis bagi Siswa SMA 1. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis Suriamiharja, 1997: 1-2. Sementara itu, menurut Tarigan 2008: 3, menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Di sisi lain, Tagliante 1994: 138 menyatakan bahwa “l’expression écrite ne peut être une activité gratuite, sans
sens ni but” yang berarti bahwa menulis bukan kegiatan yang bebas tanpa arti dan tujuan. Sependapat dengan hal itu, Brown 2001: 335 juga mengungkapkan
pendapatnya tentang menulis, yaitu : Written product is product of thingking, drafting, and revising that required
specialized skills on how to generate ideas, how to organize them coherently, how to use discours markers and rhetorical conventions to put them
cohesively into a written text, how to revise text for clearer meaning, how to edit text for appropriate grammar and how to produce a final product.
Brown menyebutkan bahwa menulis merupakan keterampilan produktif yang mengkomunikasikan pesan kepada orang lain dengan berpikir, menyusun, dan
merevisi produk tertulis. Selain itu, bahasa tulis memiliki konvensi tertentu yang perlu penulis kembangkan dalam pikirannya dan perlu penulis penuhi ketika
mereka memulai menulis.
Dari sejumlah pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan ekspresif, yaitu
mengungkapkan atau melahirkan ide, pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu.
Dalam Dictionnaire Pratique de Didactique du FLE 2002: 62, Robert mengemukakan :
Ecrit : la processus d’écriture est une activité complexe qui repose sur une situation thème-choisi, public visé, exige des connaissances relatives au
thème et au public, un savoir-faire il n’est pas donné à tout un chacun d’écrire, et comprend trois étapes : la production planifiée des idées, la mise
en mots, et la revision.
Penjabaran dari pengertian tersebut adalah menulis merupakan kegiatan kompleks yang didasarkan pada situasi tema umum yang dipilih, menuntut
adanya pengetahuan terkait dengan tema, keahlian tidak dimiliki oleh setiap penulis, dan pemahaman mengenai 3 tahap yaitu tahap memproduksi ide-ide
yang direncanakan, tahap penggunaan kata, dan tahap revisi atau peninjauan kembali. Di sisi lain, Kriyantono 2008: 94 mengungkapkan bahwa menulis
adalah pekerjaan yang memerlukan perpaduan tiga elemen, yaitu pikiran, perasaan, dan tangan. Pikiran artinya wawasan pengetahuan yang luas, perasaan
mencakup rangsangan emosional pada otak, seperti keindahan tulisan, unsur seni, desain atau etika penulisan, serta tangan maksudnya adalah teknik-teknik
dasar menulis. White dan Arndt dalam Nunan 1999: 273 menambahkan bahwa “writing as
a complex cognitive process that requires sustained intellectual effort over a considerable period of time”, yang maksudnya adalah menulis sebagai proses
kognitif yang komplek yang memerlukan upaya intelektual berkelanjutan selama periode yang cukup lama.
Dari sejumlah teori yang telah diutarakan di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan kompleks yang bersifat produktif dan ekspresif,
yang berupa kegiatan menuangkan atau mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, pendapat, dan kehendak kepada orang lain dalam bentuk tulisan dengan maksud
dan tujuan yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu. Dengan menulis, orang dapat menyampaikan informasi secara lebih konkret dan jelas.
Keterampilan berbahasa menurut Parera 1993: 75-76 merupakan keterampilan seseorang menggunakan bahasa untuk tujuan tertentu. Pencapaian
bahasa menunjukkan kecakapan seseorang dalam menguasai sebuah bahasa sebagai hasil belajar, keterampilan berbahasa merujuk kepada derajat seseorang
menggunakan bahasa, misalnya menulis, membaca, berbicara, dan memahami bahasa tersebut.
Seperti yang telah disebutkan oleh Parera di atas, keterampilan berbahasa menurut Tarigan 2008: 1 mempunyai empat komponen, yaitu :
1 Keterampilan menyimak listening skills; 2 Keterampilan berbicara speaking skills;
3 Keterampilan membaca reading skills; 4 Keterampilan menulis writing skills;
Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, yang disebut dengan catur-tunggal, karena setiap keterampilan itu erat sekali
berhubungan dengan tiga keterampilan yang lainnya dengan cara yang beragam.