Aspek – aspek Kebahagiaan Perkawinan

21 Usia berkaitan dengan keadaan psikologis seseorang. Pasangan suami istri yang menikah diusia 30-an biasanya memiliki pertimbangan yang lebih matang dan realistis. Sebaliknya pada masa remaja lebih kepada adanya bayang-bayang romantis kehidupan perkawinan. 3 Kesiapan Jabatan Pekerjaan Pasangan suami istri yang sudah menikah dan telah memiliki pekerjaan akan lebih mampu mengelola perkawinannya dengan baik. uang yang didapat dari bekerja tersebut merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menutup atau menyelesaikan persoalan-persoalan seputar masalah ekonomi. Kurangnya uang dalam perkawinan dapat menimbulkan ketegangan antara suami dan istri. 4 Kematangan Emosional Kematangan emosi memiliki peran penting dalam sebuah perkawinan, karena diharapkan suami dan istri mampu mengontrol emosinya ketika keduanya menghadapi permasalahan. Kontrol emosi tersebut mencegah suami dan istri mengambil keputusan atau tindakan yang kurang bijaksana dan membahayakan perkawinannya. 5 Minat-minat dan Nilai-nilai yang dianut Semakin sama minat suami dan istri, maka akan semakin mudah pasangan suami istri membangun perkawinan yang bahagia. 6 Masa Pertunangan. Fase ini merupakan suatu fase dalam rangka persiapan diri dan persiapan bersama untuk membentuk rumah tangga, selain itu juga dalam 22 fase ini seseorang dapat menilai dirinya sendiri dan dapat menilai ciri-ciri pribadi pasangannya. Sedangkan menurut Papalia dan Olds 2009:196 secara singkat menjelaskan bahwa kebahagiaan pernikahan dipengaruhi oleh peningkatan sumber daya ekonomi, kesetaraan pengambilan keputusan, sikap gender yang nontradisional, dan dukungan terhadap norma pernikahan yang langgeng. Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan perkawinan adalah penyesuaian diri dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, penyesuaian dengan pihak keluarga, latar belakang masa kanak-kanak, usia pada masa perkawinan, kesiapan jabatan pekerjaan, kematangan emosional, minat-minat dan nilai-nilai yang dianut, masa pertunangan, peningkatan sumber daya ekonomi, kesetaraan pengambilan keputusan, sikap gender yang nontradisional, dan dukungan terhadap norma pernikahan yang langgeng.

B. Kajian tentang Poligami

1. Pengertian Poligami

Kata poligami secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata polus yang berarti banyak dan gamos yang berarti perkawinan. Bila pengertian kata ini digabungkan, maka poligami akan berarti suatu perkawinan yang banyak atau lebih dari seorang Supardi Mursalin, 2007:15. Sistem pernikahan bahwa seorang laki-laki mempunyai lebih dari seorang istri dalam waktu yang bersamaan pada dasarnya disebut poligami. Sedangkan poligami menurut Slamet Abidin dan