ccxxviii informasi kepada pengambil keputusan tentang efisiensi dari alokasi sumberdaya
dan tingkat pengembalian dari investasi yang dikeluarkan. Analisis efektivitas biaya dapat digunakan untuk mengukur perbandingan output dalam nilai uang dan
outcome dalam bentuk bukan nilai uang, sebaliknya analisis manfaat biaya
membandingkan input dan outcome dalam skala besaran uang the World Bank- OED, 2002.
5. Pemodelan pengembangan program: pendekatan sistemik dan logic model
a. Konsep pendekatan sistemik adalah suatu pendekatan sistem yang
diterapkan terhadap realitas komplek yang membutuhkan suatu analisis sistemik sebagai instrumen dasar untuk memecahkan realitas tersebut dengan mereduksinya
menjadi suatu sistem yang terstruktur. Berdasarkan Carlile Christensen 2004, suatu sistem dapat dijelaskan sebagai suatu konstruksi intelektual dengan tujuan
tertentu, terdiri dari berbagai elemen dan dalam interaksi yang dinamis. Konsep sistem mengandung pengertian suatu kumpulan dari elemen-elemen yang
terkoneksi satu sama lain dan bersama-sama membentuk satu kesatuan. Menurut Checkland 1999; 2000 hal pokok dari konsep ini adalah kemunculan gagasan dan
hierarki serta komunikasi dan kontrol. Aplikasi pendekatan sistemik menggunakan gagasan-gagasan logic system dalam mendesain dan mengelola proses yang
komplek untuk kemanfaatan individu, organisasi dan masyarakat umum. Pendekatan sistemik ini memungkinkan untuk menyederhanakan realitas dan
mengurangi kompleksitas realitas tersebut menjadi bagian-bagian yang saling terkait. Dalam hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai, pendekatan ini
digunakan untuk memahami dinamika dari setiap bagian atau elemen tersebut khususnya dinamika hubungan dan interaksi antar elemen.
b. Penggunaan pendekatan sistemik sangat bermanfaat untuk mereduksi
obyek yang diamati ke dalam bagian-bagian yang menyusunnya. Metoda investigasi ilmiah ini menjadi sulit jika menghadapi permasalahan yang sangat
komplek yang terjadi dalam kontek kehidupan sosial Desjardins, 2002. Pemikiran sistemik melengkapi metode ilmiah yang berkaitan dengan kompleksitas
permasalahan. Pendekatan ini telah sukses diterapkan dalam bidang rekayasa, ilmu pengambilan keputusan dan informasi, manajemen dan ilmu sosial. Dalam bidang
sosial dan kesehatan masyarakat, pendekatan ini digunakan untuk menjelaskan
ccxxix keamanan pangan masyarakat oleh Food Security Workgroup Desjardins, 2002.
Pengguna pendekatan sistemik beralasan bahwa keamanan pangan masyarakat terkait dengan berbagai hal yang saling berhubungan. Selanjutnya, model berpikir
sistemik digunakan untuk memecahkan kompleksitas permasalahan penyediaan pangan masyakat.
Pendekatan sistemik juga digunakan untuk memecahkan permasalahan keamanan pelabuhan laut Christopher, 2004. Alasan penggunaan pendekatan ini
adalah bahwa keamanan pelabuhan laut melibatkan berbagai pihak baik tingkat lokal, nasional dan global serta berbagai fasilitas dan infrastruktur yang harus
dijaga keamanannya. Di bidang riset manajemen, pendekatan ini digunakan untuk mengkaji rantai suplai supply chain management oleh Yoshida 1999. Justifikasi
penerapan pendekatan sistem pada kasus ini adalah bahwa rantai suplai dipandang sebagai suatu rangkaian yang kompleks. Oleh karena itu, pendekatan ini digunakan
untuk memodelkan keterkaitan antara elemen pembentuk rantai suplai. Assimakopolous Theodopsi 2004 menggunakan pendekatan sistemik
untuk memodelkan manajemen bisnis virtual. Pada kasus ini, penggunaan pendekatan sistemik berkaitan dengan metoda memecah konsep meta dari bisnis
menjadi bagian-bagian yang berdiri sendiri dan selanjutnya pendekatan tersebut digunakan untuk melihat secara detail permasalahan yang terkait dan bentuk
intervensi yang tepat. Di bidang riset kebijakan, Edquist 1999 menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan permasalahan kebijakan publik tentang
inovasi. Kebijakan publik ini sangat terkait dengan berbagai elemen, baik kelembagaan dan organisasi maupun pihak yang terlibat serta aspek ekonomi,
teknologi dan sumberdaya. Secara spesifik, pendekatan sistemik juga dapat digunakan untuk melihat permasalahan pengajaran atau belajar mengajar kimia
Fahmi Lagowski, 1999. Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji secara komprehensif keterkaitan antara variabel dalam proses pengajaran kimia.
Disamping itu, alasan lain adalah bahwa para mahasiswa didorong untuk dapat berpikir sistematis karena mereka hidup dalam suatu kompleksitas realitas dunia.
Selanjutnya, mereka diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan dengan berbagai alternatif. Cantu 2004 menggunakan pendekatan sistemik untuk
meningkatkan proses sebagai cara untuk mempercepat kematangan penggunana
ccxxx TQM Total Quality Management dalam suatu organisasi. Kompleksitas
penerapan TQM digambarkan dengan merumuskan elemen-elemen yang membangun sistem TQM.
Wheeler 2004 menggunakan pendekatan sistemik untuk melihat aplikasi etika. Dalam hal ini, pendekatan sistemik digunakan untuk memodelkan berbagai
unsur dan aspek dalam aplikasi etika. Lebih khusus lagi, Ekholm 1994 menggunakan pendekatan sistemik untuk membangun model produk bangunan.
Dalam kasus ini, bangunan dilihat sebagai kumpulan dari berbagai elemen yang saling terkait membentuk suatu sistem. Pendekatan ini berangkat dari konsep
ontologi, seperti properti, sistem, sebagian atau seluruhnya, tingkat dan ruang. Pearce et al. 2002 menggunakan pendekatan ini untuk mengkaji basis data proses
pemasaran. Pendekatan ini menyediakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan penggalian data, desain eksperimen dan prioritas keputusan.
c. Konsep dan struktur logic model
. merupakan alat untuk perencanaan
program, manajemen dan evaluasi. Sebagai suatu metodologi sistem lunak soft system methodology
, logic model memperjelas deskripsi, diskusi dan pemahaman dari teori program program theory. Logic model adalah suatu gambaran dari
mengapa dan bagaimana suatu program akan berjalan. Logic model dapat digunakan pada semua tahap pengembangan suatu program dan akan menciptakan
program yang lebih baik. Program logic model menggambarkan rangkaian dari peristiwa-peristiwa yang mengarahkan pada perubahan-perubahan dan aktivitas
yang terkait terhadap hasil outcome. Selanjutnya menurut Mindell 2002, logic model
dari suatu program memiliki beberapa kegunaan, antara lain: i memfasilitasi perencanaan program dan pelaksanaannya; ii mendorong terjadinya
team building di antara para pemangku kepentingan dan para pihak lain dengan
mempromosikan partisipasi dan kepemilikan; iii membantu pemangku kepentingan dalam memahami tujuan akhir, harapan dan hasil yang terkait dengan
program tersebut; iv menunjukkan seberapa besar perbedaan komponen- komponen dari suatu program, seperti sumberdaya, aktivitas dan tujuan-tujuan yang
saling terkait; v membantu integrasi perencanaan program dan evaluasi melalui identifikasi tujuan-tujuan dan indikator-indikator; vi memfokuskan evaluasi
melalui identifikasi permasalahan-permasalahan dan pertanyaan-pertanyaan kunci;
ccxxxi vii membantu dalam mengidentifikasi dampak yang tidak direncanakan dari suatu
program; dan viii mengklarifikasi asumsi penyebab dan rasionalisasi sebagai dasar pengembangan program, misal, apakah sumberdaya yang tersedia dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan. Komponen logic model dari suatu program adalah input, proses, output, dan
outcome McNamara, 2000. Mindell 2002 menjelaskan elemen-elemen yang
membentuk suatu logic model adalah input, output, outcome , dan impact yang tergambar atas dasar “asumsi” yang disusun dalam suatu “lingkungan” program.
Dalam pandangan Mindell 2002, output dijelaskan sebagai apa yang dilakukan what to do dan apa yang dicapai what to reach. Oleh karena itu, output
mengandung pemahaman aktivitas proses dan keluaran. Menurut Mindell 2002 situasi adalah kondisi-kondisi yang mendasari timbulnya program. Input adalah
sumberdaya, misalnya waktu, orang, uang, material dan peralatan. Output adalah aktivitas dan produk yang dihasilkan oleh orang-orang yang berpartisipasi.
Sedangkan outcome adalah perubahan atau manfaat untuk individu, keluarga, kelompok, komunitas, organisasi dan sistem. Outcome dapat terjadi pada jangka
waktu yang panjang yang mengakibatkan dampak terhadap manusia, ekonomi dan lingkungan. Outcome dapat positif, negatif atau netral, dikehendaki dan tidak
dikehendaki. ”Asumsi” adalah keyakinan akan adanya suatu program dan cara-cara memikirkan bagaimana asumsi tersebut bekerja, atau dengan kata lain, ”asumsi”
adalah prinsip-prinsip yang mengarahkan dari program tersebut. Selanjutnya, ”lingkungan” adalah konteks dan kondisi eksternal mempengaruhi kesuksesan dari
suatu program. Masing-masing elemen tersebut dijelaskan oleh McNamara 2000 sebagai
berikut: i input adalah material atau bahan yang diproses oleh suatu organisasi atau program untuk menghasilkan keluaran yang dikehendaki oleh organisasi
tersebut. Macam-macam input terdiri dari, antara lain: orang, uang, peralatan, fasilitas, suplai, pikiran-pikiran orang, dan waktu. Input tersebut dapat menjadi
sumberdaya utama yang mempengaruhi organisasi atau program. Misalnya, input untuk program pelatihan adalah orang yang belajar, bahan pelatihan, tutor, ruang
kelas, anggaran, alat tulis, dan papan tulis serta komputer. Input tersebut biasanya dikaitkan dengan biaya untuk memperoleh dan menggunakannya. Dalam kasus ini,
ccxxxii yang dimaksud anggaran adalah daftar dari input dan biaya untuk memperoleh dan
menggunakannya; ii Process dapat mencakup aktivitas atau strategi atau metoda. Process
digunakan oleh organisasi atau program untuk mentransformasikan atau menyusun input agar menjadi hasil yang dikehendaki organisasi atau program.
Process dapat sederhana meletakkan secarik kertas pada suatu meja sampai dengan
kegiatan produksi untuk menghasilkan suatu pesawat angkasa; iii Output atau keluaran adalah sesuatu hasil yang terukur dari proses utama dalam suatu organisasi
atau program. Keluaran biasanya diukur atas dasar jumlah, atau besaran. Keluaran sering disalah-artikan untuk mengindikasikan sukses dari suatu organisasi atau
program. Namun demikian, jika keluaran tidak berhubungan secara langsung dengan pencapaian manfaat yang diinginkan client, maka keluaran tersebut adalah
indikator yang buruk dari sukses organisasi atau suatu program; iv Outcome biasanya diterjemahkan sebagai hasil guna atau manfaat. Outcome adalah dampak
positif bagi orang-orang yang dikehendaki oleh organisasi. Pada kasus program pelatihan, outcome biasanya dirumuskan dalam instilah hasil belajar, keahlian atau
ketrampilan, dan kondisi termasuk pengkayaan pengetahuan, pemahaman, persepsi dan perilaku dan sikap, keamanan yang meningkat, stabilitas dan kebanggaan.
Berbagai organisasi sering merumuskan outcome atau hasil guna dalam kerangka waktu, jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
d. Logic model dalam evaluasi kinerja pembangunan jalan
dilaksanakan dengan menggunakan indikator dan sasaran kinerja yang telah ditetapkan dan atau hasil kajian yang lengkap melalui suatu studi evaluasi kinerja.
Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Indikator dan sasaran kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sesuatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan OECD, 2000. OECD 2000 dan Mindell 2002 telah menggunakan logic model
dalam bentuk kerangka kerja logis logical framework yang secara umum merepresentasikan struktur kelompok masukan, proses, keluaran, hasil dan dampak.
Konsep logic model tersebut dapat ditunjukkan dalam Gambar 2.25. Masukan
input Proses
process Keluaran
output Hasil
outcome Dampak
impact
ccxxxiii
Sumber: OECD 2000; Mindell 2002
Gambar 2.25. Pendekatan kerangka logis
Dari Gambar 2.25 dapat dijelaskan bahwa: i indikator input masukan adalah segala sesuatu yang diperlukan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk
menghasilkan keluaran yang dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijakan atau peraturan perundang-undangan; ii indikator process proses
menggambarkan perkembangan atau aktivitas yang terjadi atau dilakukan selama pelaksanaan kegiatan berlangsung, khususnya dalam proses mengolah masukan
menjadi keluaran; iii indikator output keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari sesuatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan atau non fisik;
iv indikator outcome hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah efek langsung; dan v
indikator impact dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.
Langkah awal yang pernah dilakukan oleh Ditjen Bina Marga 2000 adalah melakukan long list indikator dari beberapa indikator kinerja yang dikeluarkan
World Bank dan OECD, yang selanjutnya ditetapkan sebagai indikator kinerja terpilih, sebagaimana ditunjukkan Tabel 2.50. Langkah selanjutnya adalah
bagaimana setiap indikator tersebut dinilai untuk mengetahui kondisi kinerja. Berikut ini ditampilkan beberapa cara atau metoda yang dapat diambil untuk
melakukan penilaian tersebut. Cara yang pertama dapat dilakukan dengan membandingkan nilai indikator pada
standar yang sudah baku. Kemudian penilaian masing-masing indikator dapat dikategorikan pada kelompok kurang, sedang atau baik dibandingkan dengan
standar baku. Kesulitan yang mungkin dihadapi atau ditemui dengan cara ini adalah belum ada standar baku yang dapat dipakai sebagai acuan penilaian apakah masuk
pada kategori kurang, cukup atau baik. Namun demikian, nilai indikator acuan tersebut dapat saja dibuat atau ditetapkan walaupun masih membutuhkan waktu.
Umpan balik
ccxxxiv Cara kedua dapat dilakukan dengan meninjau aspek efisiensi, efektivitas dan
keberlanjutan sustainability. Aspek efisiensi diukur dengan meninjau perbandingan antara output dengan input Persamaan 2.7. Efektivitas adalah
ukuran perbandingan outcome dengan output Persamaan 2.8, sustainability diukur dari perbandingan impact dengan outcome Persamaan 2.10. Secara
umum skema hubungan tersebut ditunjukkan dalam Gambar 2.26. Setelah perhitungan efficiency, effectiveness dan sustainability, maka dilakukan hitungan
Common indicator Ci, sebagaimana ditunjukkan dalam Persamaan 2.11.
Sumber: OECD 2000 ; Mindell 2002
Gambar 2.26. Siklus input -proses - output - outcome - impact
Masukan input
Proses process
Keluaran output
Hasil outcome
Dampak impact
Sustainability
Cost Effectiveness Efektif
Efisien
efektivitas biaya keberlanjutan
ccxxxv Tabel 2.50. Standar indikator kinerja pembangunan jalan
hapan eria Variabel
Indikator Parameter
kan s
n pembangunan dan peningkatan n pemeliharaan
n pemerintah untuk sub sektor jalan APBD
n kontrak pembangunan jalan pengeluaran sub sektor jalan
pemilikan program berdasarkan tingkat desentralisasi
am jalan yang dikelola daerah terhadap total km
aran an arteri
an kolektor reservasi aset
perkerasan jalan yang ditangani embatan yang ditangani
t perkerasan baik n dengan IRI 6 mkm
t jembatan baik hasil
Produksi ng terjadi volume lalu lintas
hun un
n yg terjadi nisbah volume terhadap
kapasitas 5
lanankecepatan rata-rata nfaat
Program a operasi kendaraan
anan orang g
anan barang ko ties
ta kend-km er daya
ahan bakar mpak si
suara
ccxxxvi
si udara articulates
n ekonomi Sumber: Ditjen Bina Marga 2000; OECD 2000
OECD 2000 dan Ditjen Bina Marga 2000 telah menghasilkan beberapa formula hasil workshop kepentingan stakeholder terhadap indikator performance
jalan di Indonesia, seperti dapat ditunjukkan dalam Tabel 2.51. Efficiency
= input
output 2.7
Effectiveness =
output outcome
2.8 Cost Effectiveness
= input
outcome 2.9
Sustainability =
outcome impact
2.10 Ci = c x [W
p
x efficiency + W
e
x effectiveness + W
s
xsustainability 2.11
dengan: Ci = Common indicator; c = konstanta; W
p
= bobot untuk efficiency; W
e
= bobot untuk effectiveness; dan W
s
= bobot untuk sustainability. Dengan demikian indikator tersebut sesungguhnya dapat digunakan untuk
evaluasi baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan atau tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi operasional. Indikator kinerja input dan output
dapat dinilai sebelum program yang bersangkutan selesai. Sedangkan untuk outcome indicators dan impact indicators dapat diperoleh setelah beberapa waktu
progam atau kegiatan berlalu. Secara umum, indikator memiliki beberapa fungsi OECD, 2000 sebagai berikut: i memperjelas tentang apa, berapa dan kapan
suatu kegiatan dilaksanakan; ii menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan
kebijakan, program atau kegiatan dan dalam menilai kinerja termasuk kinerja instansi pemerintah yang melaksanakannya; dan iii membangun dasar bagi
pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja organisasi atau unit kerja. Semua indikator maupun sub indikator Binnendjik, 2001; OECD, 2000 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut: i spesifik dan jelas, sehingga dapat
ccxxxvii digunakan dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi; ii dapat diukur
secara obyektif baik yang besifat kuantitatif maupun kualitatif; atau dengan kata lain, dua atau lebih pihak yang mengukur indikator kinerja tersebut mempunyai
kesimpulan yang sama; iii relevan, indikator kinerja harus mencakup aspek-aspek obyektif yang relevan; iv dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk
menunjukkan keberhasilan masukan, keluaran, hasil dan dampak; v harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan atau penyesuaian pelaksanaan dan hasil
kegiatan; dan vi efektif; data dan informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis dengan biaya
yang tersedia. Sebagai catatan bahwa bidang kehidupan atau sektor pembangunan sangat
beragam, dapat bersifat fisik maupu non-fisik, maka indikator kinerja dan juga pengukurannya tidak selalu sama OECD, 2000.
ccxxxviii Tabel 2.51 Standar kepentingan stakeholder terhadap indikator
performance jalan
Berdasar Tahap Kegiatan Perspektif
yedia mbina
ngguna sukan
Tenaga Kerja
Program pelatihan
Peralatan dan materia
l roses
Timetable perencanaan, program dan aktivitas lain
Kontrak dan proses procurement
eluaran
Waktu perjalanan
Kondisi jalan
Programme delivery
Preservasi sistem
Hasil
Mobilitas
Pelayanan pengguna
Equity Keadilan
Pencapaian pengembangan masyarakat
Kualitas
onsequence Dampak
Lingkungan
Keselamatan
Pengembangan ekonomi Sumber: Ditjen Bina Marga 2000; OECD 2000
Keterangan: sangat signifikan : signifikan kurang signifikan
D. Kerangka Berpikir 1. Kerangka berpikir makro