43
4. Microfinance dan Pemberdayaan Perempuan
Linda mayoux mengemukakan bahwa lembaga microfinance tidak hanya bekerja pada upaya pemberdayaan perempuan yang berdampak
terbatas, namun diperlukan perubahan terhadap ketidaksetaran gender dalam konteks sosial ekonomi yang lebih luas. Disini Linda mayoux
menyarankan kepada
lembaga microfinance
untuk menyertakan
pemberdayaan perempuan sebagai bagian dari goals, objectives, tindakan dan desain produk.
Chen 1997, dalam Mayoux 2005 mengungkapkan kerangka pemberdayaan perempuan yang digunakan dalam kegiatan microfinance
diantaranya adalah sebagai berikut : a.
Perubahan Material 1
Income: meningkatnya pendapatan dan jaminan pendapatan, 2
Resources: meningkatnya akses terhadap kontrol atas kepemilikan asset dan pendapatan.
3 Basic needs: meningkatnya kesehatan, kesehatan anak, nutrisi,
pendidikan, rumah, ketersediaan air bersih, sanitasi, dan sumber energi.
4 Earning capacity: meningkatnya kesempatan untuk bekerja
ditambah kemampuan untuk memperoleh keuntungan dari kesempatan tersebut.
44
b. Perubahan persepsi
1 Self-esteem: berkembangnya persepsi atas diri sendiri, kepentingan,
dan nilai. 2
Self-confidence: berkembangnya persepsi atas kemampuan dan kapasitas diri sendiri.
3 Vision of future: meningkatnya kemampuan untuk berfikir visioner
dan merencanakan masa depan. 4
Visibility and respect: meningkatnya pengakuan dan penghormatan terhadap nilai dan kontribusi individual.
c. Perubahan relasional
1 Decision making: meningkatnya peran dalam pembuatan keputusan
dalam keluarga dan komunitas. 2
Bargaining power: meningkatnya Bargaining power. 3
Participation: meningkatnya partisipasi dalam kelompok non- keluarga, dalam institusi lokal, dalam pemerintahan lokal, dan dalam
proses politik. 4
Self-reliane: mengurangi ketergantungan pada penghubung untuk dapat mengakses sumber daya, pasar, institusi publik dan
meningkatnya kemampuan untuk bertindak mandiri. d.
Organisational strength: meningkatnya kekuatan oorganisasi lokal dan kepemimpinan lokal.
Kegiatan microfinance pada umumnya terorganisir dalam kelompok-kelompok pendampingan, mengandalkan prinsip kepercayaan
45
dan solidaritas sosial dalam pelaksanaanya. Dalam satu kelompok, anggota kelompok diuji rasa tenggang rasa dan keihlasananya terhadap anggota
kelompok lainnya, dengan menggunakan sistem pinjaman bergilir. Dalam satu kelompok, anggota kelompok bermusyawarah untuk menentukan siapa
saja yang mendapat prioritas mendapatkan pinjaman terlebih dahulu. Prinsip kepercayaan dan solidaritas yang tertanam ini menjadi salah satu
penentu berjalan suksesnya kegiatan microfinance.
5. Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM