Pendekatan Pemberdayaan Pemberdayaan Perekonomian Perempuan

34 f. Harga diri perempuan lebih ditingkatkan Dengan demikian keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keterlibatan kaum perempuan dalam meningkatkan keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, sosial, politik.

f. Pendekatan Pemberdayaan

Perempuan merupakan sumber daya manusia yang sangat berharga, sehingga posisinya yang termarjinalisasi perlu diikutsertakan ke dalam pembangunan. Menurut Riant Nugroho 2008: 137-138 pendekatan WID memberikan perhatian pada peran produktif perempuan dalam pembangunan. Tujuan dari pendekatan ini adalah menekankan pada sisi produktivitas tenaga kerja perempuan, khususnya berkaitan dengan pendapatan perempuan, tanpa terlalu peduli dengan sisi reproduktifnya, sedangkan sasarannya adalah kalangan perempuan dewasa yang secara ekonomi miskin. Namun realisasinya konsep WID gagal dalam menyertakan perempuan dalam proses pengambilan keputusan suatu proyek pembangunan, maka dari itu konsep Gender and Development GAD sebagai follow-up nya. Riant Nugroho 2008: 140 mengatakan bahwa konsep GAD ini lebih didasarkan pada suatu pendekatan mengenai pentingnya keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam proses pembangunan. Pendekatan ini lebih memusatkan kepada isu gender dan tidak terlihat pada masalah perempuan semata. Pendekatan GAD merupakan 35 satu-satunya pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan dengan melihat semua aspek kehidupan perempuan dan semua kerja yang dilakukan perempuan baik kerja produktif, reproduktif, privat maupun publik dan menolak upaya apapun untuk menilai rendah pekerjaan mempertahankan keluarga dan rumah tangga. Pendekatan ini dikenal sebagai pemberdayaan. Menurut Ambar Teguh Sulistiyani 2004: 90-91 pendekatan pemberdayaan dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Pendekatan yang pertama memahami pemberdayaan sebagai suatu sudut pandang konfliktual yang didasarkan pada perspektif konflik pada pihak yang memiliki kekuatan dan pihak yang lemah. Kondisi ini memumunculkan kompetisi untuk mendapatkan daya, atau lebih simpelnya proses pemberian daya kepada kelompok lemah berakibat pada berkurangnya daya pada kelompok lain. Sudut pandang seperti ini biasa disebut dengan istilah zero-sum. Pandangan kedua bertentangan dengan pandangan pertama karena pandangan kedua menganggap bahwa ketika terjadi proses pemberdayaan dari pihak yang berkuasa kepada pihak yang lemah justru akan memperkuat daya pihak pertama. Sudut pandang demikian ini sering disebut dengan positive-sum. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pertama justru akan membuat orang enggan untuk melakukan pemberdayaan terhadap orang atau lembaga lain mengingat 36 pengalihan kekuasaan akan mengurangi kekuasaan mereka. Jadi pendekatan kedua atau positive-sum ini lah yang seharusnya dikembangkan agar dapat memfasilitasi proses pemberdayaan yang hakiki dengan adanya itikad baik untuk mengubah keadaan yang tidak berdaya menjadi berdaya. Pengalihan daya tidak melalui konflik namun bermodal dorongan kesadaran akan kewajiban untuk memberikan kontribusi yang baik bagi pemerintah dan negara serta menjadi penyeimbang bagi pemerintah dan swasta dalam bentuk kemitraan yang lebih baik.

g. Strategi Pemberdayaan Perempuan