commit to user
37
2.5.3 Arsitektur Simbiosis Antara Sejarah dengan Masa Depan
Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kurokawa secara mendetail dalam bukunya
Interkultura l Architecture – The Philosophy of Symbiosis
. Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis memadukan beragam
hal kontradiktif, atau keragaman lain, seperti bentuk plastis dengan geometris, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, dll. Seperti dikatakan
Jencks, arsitektur simbiosi merupakan konsep
both-end, and match
dan bersifat inklusif.
Kurokawa mengadaptasi sains kontemporer the non-linear,fractal, dll pun mengambil hikmah dari pemikiran Claude Levi Strauss berkait dengan
pernyataan bahwa setiap tempat, wilayah, budaya punya
a utonomous va lue
dan memiliki struktur masing-masing walau dengan ciri yang berbeda. Dengan
demikian mengakomodir keragaman adalah suatu keharusan. Perlu ada jalan untuk menjembatani perbedaan karakter wilayah, budaya, dll. Simbiosis
diupayakan untuk secara kreatif menjaga hubungan harmonis antar tiap perbedaan merupaka
Interkultura l
,
Hybrid architecture
.
2.5.4 Arsitektur Simbiosis Antara Manusia dengan Budaya
Budaya yang tadinya menjadi cikal bakal “
Cultura l herita ge”
mengalami pergeseran, dengan lajunya modernisasi dan globalisasi dan telah mengancam
kelestarian budaya di beberapa kawasan bersejarah.. Kondisi ini diindikasikan dengan munculnya fenomena arsitektural yang tidak sesuai dengan nuansa budaya
di kawasan tersebut, dan diimbangi dengan menurunnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budayanya sendiri.
commit to user
38 Sebagai salah satu warisan budaya, kawasan dan bangunan bersejarah
secara jelas mempunyai tujuan untuk pengelolaan lingkungan hidup yang dirumuskan dengan kalimat “
mema yu ha yuning ba wa na ”
yang artinya menjaga atau melindungi keselamatan dunia dalam melestarikan warisan budaya. Hal ini
juga dipertegas lagi oleh para leluhur-leluhur kita, seperti diungkapkan, “
wewena nga n kang umure luwih sa ka pa roning a bad, ha ywa kongsi bina ba d, becik den mulya kna ka dya wujude ha wangun”
yang artinya bangunan dengan umur lebih dari 50 tahun merupakan bangunan sejarah dan budaya, dapat
digunakan sebagai penelitian, menambah ilmu pengetahuan dan kebutuhan lain serta bermanfaat sebagai tuntutan hidup. Bahkan dalam sebuah petuah bijak pun
dikatakan dengan jelas “
yen wis keliwa t separo a bad, jiwa kongsi bina bad”
artinya kalau sudah lebih dari setengah abad jangan sampai dihancurkan. Penjelasan ini mengingatkan kita bahwa budaya merupakan perkembangan
majemuk dari budidaya yang berarti daya dari budi manusia yang dituangkan dalam lingkungannya, sehingga mempunyai wujud yang berupa cipta, rasa, karsa
dan kebudayaan yang berarti hasil cipta, rasa, dan karsa. Hal yang sama pernah juga ditegaskan oleh Rapoport 1990, bahwa budaya sebagai suatu kompleks
gagasan dan pikiran manusia bersifat tidak teraga. Kebudayaan ini akan terwujud melalui pandangan hidup
world view
, tata nilai
va lue
, gaya hidup
life style
dan akhirnya aktivitas
a ctivities
yang bersifat konkret. Pemberdayaan komunitas budaya di kawasan bersejarah merupakan upaya
pendekatan
bottom-up
untuk membangkitkan kembali vitalitas komunitas budaya untuk berkreasi di tengah masyarakat yang serba modern. Pilihan pendekatan ini
sekaligus dimaksudkan pula untuk menciptakan kawasan bersejarah sebagai pusat
commit to user
39 kebudayaan dalam prespektif demokratis. Dengan demikian, diharapkan mampu
menumbuhkan daya tahan budaya terhadap tekanan-tekanan modernisasi yang terjadi.
2.5.5 Arsitektur Simbiosis Tradisi dan teknologi