Arsitektur Bangunan Stasiun Jakarta Kota

commit to user 84

4.8.2 Penerapan Arsitektur Simbiosis dalam Museum Kereta Api dan

Revitalisasi Kawasan Stasiun Jakarta Kota Keberadaan Museum Kereta Api yang akan direncanakan tidak bisa lepas dari keberadaan kawasan Stasiun Jakarta Kota yang telah ada sebelumnya. Untuk itu, sebagai upaya meningkatkan citra bangunan dan lingkungan yang sudah ada melalui bangunan dan aktivitas yang sudah ada diperlukan penyelesaian arsitektural yang dapat menguatkan satu sama lain antar bangunan dan aktivitas yang akan direncanakan. Salah satu strategi untuk menguatkan citra bangunan lama dengan bangunan baru yang akan direncanakan yaitu dengan penerapan arsitektur simbiosis. Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kisho Kurokawa, yang kita kenal sebagai Japanese Architect dan Urban Planner berpendapat bahwa simbiosis adalah maksud dari semua kerjasama. Adanya bangunan baru yaitu Museum Kereta Api dalam kaitannya sengan strategi revitalisasi kawasan Stasiun Jakarta Kota diharapkan mampu memeberi pengaruh satu sama lain sehingga dapat bersinergis guna menciptakan kesan dan keuntungan lainnya. Konsep simbiosis pada dasarnya merupakan suatu pluralisme dinamis dimana unsur-unsur dari sejarah yang ada bersimbiosis dengan arsitektur dengan lingkungan melelui simbiosis aktivitas yang saling bersinergis satu sama lain.

4.8.2.1 Arsitektur Bangunan Stasiun Jakarta Kota

Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan commit to user 85 art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, “ kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan” . Stasiun ini dianggap sebagai salah satu monumen terpenting dalam wacana arsitektur bergaya Indis Indische Bouwen – gaya yang memadukan unsur arsitektur moderen barat dengan nilai-nilai lokal. Akihary, H. 2006: 84. Unit-unit massa Stasiun Jakarta Kota terbagi dalam: unit massa kepala; unit massa sayap, gerbang masuk utama dan peron; unit massa menara utamadepan, samping, dan gerbang samping. Konfigurasi massa bangunan linier secara keseluruhan membentuk huruf T. Peron menggunakan rangka atap frame berbentuk butterfly shed kupu- kupu dengan penyangga kolom baja profil dipakai pada stasiun ini. Dinding bagian dalam hall diselesaikan dengan keramik berwarna coklat bertekstur kasar, sedangkan dinding luar bagian bawah seluruh bangunan ditutup dengan plesteran berbutir berwarna hitam. Dinding yang sama pada concourse diselesaikan dengan ubin pola waffle berwarna kuning kehijauan. Lantai stasiun menggunakan ubin berwarna kuning dan abu-abu, dan untuk lantai peron dipakai ubin pola waffle berwarna kuning. Atap barrel-vault yang digunakan pada stasiun Jakarta Kota terlihat jelas pada hall utama. Dinding bagian dalam hall diselesaikan dengan keramik berwarna coklat bertekstur kasar. Bukaan terbesar terdapat pada lunette yang berfungsi sebagai jendela. Lunette berbentuk busur semisirkular dengan unit bukaan vertikal sebanyak tujuh buah pada lunette utama. commit to user 86 Bukaan pintu pada Stasiun Jakarta Kota terbentuk akibat penggunaan kolom-kolom penyangga atap kanopi yang menghasilkan suatu unit massa sendiri. Pengolahan bidang di sekitar bukaan dengan penggunaan bata kerawang di atas pintu dan ubin waffle pada dinding bagian bawah serta daun pintu tambahan yang berfungsi sebagai pintu angin.

4.8.2.2 Penerapan Arsitektur Modern Dalam Bangunan Museum Kereta Api