INDAH AYU KUSUMASTUTI I 0208056

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

MUSEUM KERETA API SEBAGAI WADAH UPAYA REVITALISASI KAWASAN STASIUN JAKARTA KOTA

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

INDAH AYU KUSUMASTUTI I 0208056

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

commit to user

ii KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM KERETA API

Sebagai Wadah Upaya Revitalisasi Kawasan Stasiun Jakarta Kota Dengan Pendekatan Arsitektur Simbiosis

PENYUSUN : INDAH AYU KUSUMASTUTI NIM : I 0208056

JURUSAN : ARSITEKTUR TAHUN : 2012

Surakarta, Juli 2012

Menyetujui,

Pembimbing I Tugas Akhir

Dr. Titis S. Pitana, S.T. M.Trop. Arch. NIP. 19680609 199402 1 001

Pembimbing II Tugas Akhir

Ir. Untung J.Cahyono, M. Arch. NIP. 19630219 198903 1 002

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS

Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. NIP. 19620610 199103 1 001

Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNS

Kahar Sunoko, ST, MT. NIP. 19690320 199503 1 002


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Museum Kereta Api Sebagai Wadah Upaya Revitalisasi Stasiun Jakarta Kota” sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan sumbangan baik material maupun spiritual. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Ir.M. Muqoffa, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur FT UNS

2. Kahar Sunoko, ST, MT, selaku Ketua Prodi Arsitektur FT UNS

3. Dr. Titis Srimuda Pitana, ST, M. Trop. Arch, selakuDosenPembimbing I

TugasAkhir

4. Ir. Untung Joko C, M. Arch, selaku DosenPembimbing II TugasAkhir

5. YosafatWinarto, ST, MT, selaku Ketua Panitia Tugas Akhir Jurusan

Arsitektur FT UNS

6. Ir. M. Asrori, MT, selaku Dosen Pembimbing Akademik

7. Rekan-rekan angkatan 2008 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Surakarta, Juli 2012


(4)

commit to user

iv

“Persembahan..

Ka r ya Kecil ini a ku persemba ha n untuk:

Alla h SWT ya ng tela h menuntunku sa mpai pa da fa se ini, ya ng telah menga ja r ka n a ku sega la ha l melelui nikma t dan ujia nNya da la m hidupku.. Ya ng ter cinta , Ma ma da n Bapa k ya ng telah menua ngkan segala cinta dan ka sih yang ta k ter ba tas untuk ku..

Motto..

“ In This world, You ca n be two kind of person. You ca n be Somebody or You ca n be Nobody..”

-Frank Lucas-

“Lot Of Thanks To ..

© My God, Allah SWT atas segala berkah dan karuniaNya, karena kehendakNya lah ak bisa menyelesaikan semua ini.. terimakasih bwt cinta yang gk ada abisnya bwt aku :))


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

© Segenap keluarga, sigit, mba wiwik, mas hardi, dek altairaa. Bapak dan mama terimakasih atas kasih sayang, pengertian, smangat, perhatian yang tiada habisnya. Terimakasih telah mengantarkan aku sampai pada fase ini. Love y’all, love you mom, dad .. :*

© Om Sudiman Ade Zaelani dan keluarga, terimakasih banyak bwt segala bantuannya :)

© Pak Titis dan Pak Untung, terimakasih atas ilmu, diskusi, masukan dan pencerahan selama sy mengerjakan tugas ini. Terimakasih banyak ya pak :) © Pak Tony, Pak Bejo, Pak Wahyu, Bu Ruqayah, dan staff pengajaran yg

lain.. terimakasih sudah mau membantu saya dlm mengurus berkas2 . hehe. © Kekasih, sahabat, sandaran hati hati Taufan Krisnanto, terimakasih atas segala

pengertian, perhatian, semangat dan cinta bwt ak, terimakasih sudah mau sabar dan ak repotin hehe. Terimakasih bwt VAIO nya. Mohon maf klo sring ak marah”in dan ak ambekin .. hhe. Terimakasih jg bwt keluarga km yg udh bantu support bwt ak . Lav yu sooo much ©

© 6997 BIU ku yang uda nganter ak kmana-mana slama 4 tahun wlopun jrg ak urus .. hhi maaf yaa..

© Ndug Chepy, tiwi, adis, jun, debby, rina, uyang, apla, nita dan teman” sepergumulan kos bugil lainnya, hehe . Terimakasih atas bantuan kalian. Terimakasih telah menemani dan mengisi hari-hari ku selama 4 tahun ini (hiks..hiks). Semoga persahabatan kita bisa terjalin smpe kta jadi mbah putri nanti. Will miss y’all and I wish the best for you guys. Ayoo ndang nyusul TA .. © Teman - teman126 yang sangat aku sayangi.. Dimi, Mba wind, Apen, Nana,

Tika, Mami Sari, Boni, Henis, Dandare, ,Sarah, Temi, Cici, Fie, Amir, Echa, Zime, Mba2e, Mas2e, semuaaaaaaaanyah terimakasih bwt kerjasama dan saling


(6)

commit to user

vi

semangatnya. Akhirnya satu proses sudah kita lewati bersama. Alhamdulillah yhaa :))

© Pimen,, makasih ya men bwt smgt, wawasan arsitek, bantuannya yang ikhlas dan leluconnya. hehehe. cepet lulus men jgn turu aja !! Ajariiin sotosop n rendering doong!!

© Wendra, makasih yiaa tumpangan printnya .. Tanpa lo, konsep gw bkan apa”. wkwk

© Temen” 2008 yg gk bsa disebutin satu-satu. terimakasih bwt 4 tahunnya, for love, loath, friendship, cry and laughter. Last but not least, wish youguys the best :))

© Keluarga Wiryahardjana. terimakasih bwt bantuan fisik dan non fisiknya, haha, makasih sudah diberi penginapan, bantuan dan tempat unt mngerjakan TA, buat makeetnya, dan tugas lainnya. Mohon maaf sudah sering merepotkan :))

©smooch, love and thaaanks a lot©

*:) indh

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar ... iii


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

Persembahan dan Motto... iv

Ucapan Terima Kasih ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Tabel ... xviii

Daftar Skema ... xix

Daftar Pustaka...xxi

Daftar Unduh...xxiii

Lampiran...xxiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Esensi Judul... 1.2 Latar Belakang... 1.3 Permasalahan dan Persoalan... 1.3.1 Permasalahan... 1.3.2 Persoalan... 1.4 Tujuan dan Sasaran...

1.4.1 Tujuan... 1.4.2 Sasaran... 1.5 Batasan... 1.6 Metode………...

1 3 6 6 6 7

7 7 8 8


(8)

commit to user

viii 1.6.1 Teknik Pengumpulan Data... 1.6.2 Teknik Analisis... 1.6.3 Analisis – Sintesis...

1.7 Sistematika Penulisan Laporan Perencanaan dan Perancangan...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Konservasi………... 2.1.1 Esensi Konservasi... 2.1.2 Dasar Konservasi... 2.1.3 Prinsip-prinsip Pokok Konservasi... 2.1.4 Kriteria Konservasi... 2.1.5 Lingkup Konservasi... 2.1.6 Tujuan Konservasi... 2.1.7 Manfaat Konservasi……...

2.2 Tinjauan Revitalisasi ………...

2.2.1 Esensi Revitalisasi... 2.2.2 Strategi Revitalisasi... 2.2.3 Mekanisme Revitalisasi...

2.2.4 Konservasi Pada Stasiun Kereta Api……...

2.3 Tinjauan Museum... 2.3.1 Pengertian Museum... 2.3.2 Sejarah Museum di Indonesia... 2.3.3 Persyaratan Museum... 2.3.4 Fungsi dan Tugas Museum...

9 10 10 10 15 15 16 17 17 20 20 21 22 22 24 24 25 27 27 28 30 30


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix 2.3.5 Koleksi Museum... 2.3.6 Acuan Hukum Pendirian Museum...

2.4 Museum Kereta Api di Indonesia………...

2.5 Tinjauan Umum Arsitektur Simbiosis…...…...

2.5.1 Pengertian Arsitektur Simbiosis... 2.5.2 Prinsip Dari Simbiosis Arsitektur...

2.5.3 Arsitektur Simbiosis Antara Sejarah dan masa Depan...

2.5.4 Arsitektur Simbiosis Antara Manusia dengan Budaya...

2.5.5 Arsitektur Simbiosis Tradisi dan Teknologi... 2.5.6 Arsitektur Simbiosis Ekologi dan Perilaku...

2.5.7 Syarat Arsitektur Simbiosis dalam Budaya Berarsitektur...

2.5.8 Preseden Bangunan dengan Pendekatan Arsitektur

Simbiosis...

BAB III TINJAUAN MUSEUM DI JAKARTA DAN STASIUN JAKARTA KOTA

3.1 Kondisi Kota Jakarta... 3.1.1 Potensi Kepariwisataan di Kota Jakarta...

3.1.2 Tinjauan Museum di Jakarta... ………....…...

3.2 Kebutuhan Museum di Jakarta... 3.2.1 Museum Sebagai Sarana Edukasi... 3.2.2 Museum Sebagai Wadah Pelestarian... 3.2.3 Museum Sebagai Wisata...

3.2.4 Pengelolaan Pusaka Budaya Sebagai Objek dan Daya Tarik

32 33 34 35 35 36 37 37 39 40 41 41 45 47 47 55 55 57 58


(10)

commit to user

x Pariwisata...

3.3 Tinjauan Stasiun Jakarta Kota ………...

3.3.1 Lokasi Stasiun Jakarta Kota... 3.3.2 Sejarah Museum Jakarta Kota... 3.3.3 Perkembangan Stasiun Jakarta Kota... 3.3.4 Tinjauan Fisik Stasiun Jakarta Kota...

3.3.5 Kegiatan Perekonomian di Dalam Maupun di Sekitar Stasiun Jakarta

Kota...

3.3.6 Eksistensi Stasiun Jakarta Kota dan Museum sekitar Stasiun Jakarta Kota.

BAB IV MUSEUM KERETA API SEBAGAI WADAH UPAYA REVITALISASI KAWASAN STASIUN JAKARTA KOTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS

4.1 Perencanaan Revitalisasi Stasiun dan perencanaan Museum Kereta Api ..

4.2 Maksud, Tujuan, Fungsi dan Misi……..………...…...…...

4.2.1 Maksud dan Tujuan………..…...…...

4.2.2 Fungsi...…... 4.2.3 Misi...…...

4.3 Status dan Tugas Kelembagaan Museum Kereta Api...…...

4.3.1 Status Kelembagaan...…... 4.3.2 Tugas Kelembagaan Museum Kereta Api...…... 4.4 Kegiatan yang Diwadahi...…... 4.4.1 Kegiatan Stasiun...…... 4.4.2 Kegiatan Museum Kereta Api...…...

60 62 62 63 65 66 67 68 69 70 70 70 71 73 73 74 75 75 75


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi 4.4.3 Kegiatan Pengelolaan...…... 4.4.4 Kegiatan Komersial...…... 4.5 User / Pengguna...…...

4.6 Kondisi Kawasan Stasiun Jakarta Kota...…...

4.7 Strategi Revitalisasi...…... 4.8 Bangunan yang Direncanakan...…... 4.8.1 Karakter Wadah...…... 4.8.2 Penerapan Arsitektur Simbiosis dalam Museum Kereta Api dan

Revitalisasi Kawasan Stasiun Jakarta Kota...…... 4.8.2.1 Arsitektur Bangunan Stasiun Jakarta kota...…... 4.8.2.2 Penerapan Arsitektur Modern Dalam Bangunan Museum Kereta

Api...…...…... 4.9 Karakter Komunikatif dan Rekreatif...…... 4.9.1 Karakter Komunikatif...…... 4.9.2 Karakter Rekreatif...…...

BAB V ANALISIS KONSEP PERANCANGAN

5.1 Pengolahan Site...………... 5.1.1 Identitas Site... 5.1.2 Pencapaian Site... 5.1.3 Zoning Ruang…... 5.1.4 View... 5.1.5 Noise……... 5.1.6 Klimatologis………...

77 78 78 79 81 82 82 83 84 85 88 88 89 91 91 94 100 102 107 111


(12)

commit to user

xii 5.2 Program Ruang………... 5.2.1 Program Kegiatan………... 5.2.2 Pola Kegiatan……….…... 5.2.3 Pengelompokkan Jenis Kegiatan ………... 5.2.4 Kelompok Ruang………...……... 5.2.5 Pola Hubugan Ruang………..………... 5.2.6 Besaran Ruang………...…..…………... 5.2.7 Pola Organisasi Ruang…………...…...……... 5.3 Pola Bentuk dan Tata Ruang Dalam Museum………...……… 5.3.1 Bentuk Massa dan Gubahan Massa………...………... 5.3.2 Tampilan Bangunan ……….………...……….. 5.3.3 Struktur dan Konstruksi………...………. 5.3.4 Pemilihan Material………...…………. 5.3.5 Pola Sirkulasi………...…………... 5.3.6 Tema yang Diterapkan Dalam Museum………...…………... 5.3.7 Desain interior Ruang Pamer………...…………...……… 5.3.8 Analisis Ungkapan Ruang Pamer………...…………...……… 5.3.9 Analisis Display Ruang Pamer…...…………...……….... 5.4 Utilitas………...………...……… 5.4.1 Pencahayaan………...………...……… 5.4.2 Sistem Akustik……...………...……… 5.4.3 Penghawaan…...………...……….... 5.4.4 Mekanikal Elektrikal………...………... 5.4.5 Sistem Sanitasi………...………...

112 112 122 117 119 121 124 146 154 154 155 157 163 161 164 164 165 165 169 169 174 175 176 176


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii 5.4.6 Pemadam Kebakaran………...………….………...……... 5.4.7 Pengamanan Bahaya Petir………....………….………...………... 5.4.8 Keamanan………...………….………...……...

178 179 180


(14)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

Mengungkapkan tentang pengertian judul, latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam mewujudkan perancangan museum kereta api sebagai wadah upaya revitalisasi Kawasan Stasiun Jakarta Kota.

1.1 Esensi Judul

Revitalisasi pertanian mengandung arti yaitu menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual dengan menyegarkan, memberdayakan kemampuan, dan meningkatkan kinerja pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain . Revitalisasi dalam arsitektur ialah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan yang sudah mati; meningkatkan kawasan yang masih hidup; menyuntikkan sesuatu yang baru (aktivitas dan bangunan) pada suatu kawasan. Sementara itu, dalam hal ini revitalisasi memiliki arti yaitu sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas kawasan stasiun Jakarta Kota dengan cara mengoptimalkan kembali potensi kawasan Stasiun Jakarta Kota dengan menambah fungsi yaitu museum kereta api sebagai sarana edukasi, preservasi, observasi dan rekreasi; pelestarian cagar budaya (kawasan Stasiun Jakarta Kota) dengan menyatukan dan mengolah objek lama yang sudah ada dengan objek baru (museum kereta api) yang akan direncanakan agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih, sesuai dengan kebutuhan sekarang, tetapi tetap terpelihara keaslian dan niai histori yang terkandung.


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2 Museum adalah ruang dokumentasi serta pelestarian warisan literatif masa lampau. Museum menjadi sarana untuk memproyeksikan peradaban. Lembaran institusional negara telah mengesahkan museum sebagai sarana edukatif, kultural, dan rekreatif (www.kompas.com yang diakses pada tanggal 17 maret 2012,16:56 WIB) Dalam hal ini museum kereta api memiliki arti yaitu tempat pelestarian benda kuno yang berkaitan dengan sejarah kereta api, sebagai sarana pengetahuan (edukasi, informasi), wisata (rekreasi hiburan), juga sebagai penunjang perekonomian.

Dalam ilmu biologi, simbiosis memiliki arti yaitu interaksi antara spesies yang berbeda antara sesama makhluk biologi berlangsung dalam waktu jangka panjang (Bennett, 1877) Sementara itu, dalam hal ini penerapan arsitektur simbiosis kaitannya dengan keberadaan museum kereta api dalam stasiun Jakarta kota memiliki tujuan agar dapat memberi kontribusi bagi stasiun Jakarta kota dalam aspek ekonomi dan usaha menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berpariwisata serta pengenalan sejarah perkereta apian Indonesia.

Arti dari museum kereta api sebagai wadah upaya revitalisasi kawasan

stasiun Jakarta kota dengan penerapan arsitektur simbiosis secara utuh ialah pemanfaatan potensi kawasan Stasiun Jakarta Kota selain sebagai wadah transportasi juga sebagai sarana edukasi, rekreasi, konservasi dalam bentuk museum kereta api sehingga menjadi kegiatan yang saling menguntungkan satu sama lain.


(16)

commit to user

3

1.2 LATAR BELAKANG

Stasiun Jakarta Kota atau dikenal pula sebagai Stasiun Beos adalah stasiun kereta api yang berusia cukup tua di Kota Tua Jakarta sebagai saksi bisu berdirinya kota Jakarta dan ditetapkan oleh Pemerintah Kota sebagai cagar budaya (SK Gubernur no. 475 tahun 1993). Stasiun ini adalah satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus (perjalanan akhir), yang tidak memiliki kelanjutan jalur.

Setiap hari ratusan manusia lalu lalang di stasiun ini. Dari stasiun ini kita bisa ke Bekasi, Bogor, Bandung, Solo, JogJakarta, dan beberapa tujuan lainnya. Terdapat beberapa aktivitas yang terjadi di sekitar stasiun ini. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas perdagangan (toko, kios,pedagang kaki lima, dll), dan aktivitas jasa (taksi, parkir, jasa angkut barang, dll). Kegiatan tersebut menunjukkan bahwa keberadaan Stasiun beos memiliki kemampuan untuk menggerakkan aktivitas perekonomian secara stabil dalam 24 jam.

Munculnya beragam aktivitas perekonomian baik yang ada di dalam maupun yang ada di sekitar kawasan, memperlihatkan adanya pengaruh yang cukup nyata dari aktivitas dalam stasiun terhadap aktivitas perekonomian baik yang ada di dalam maupun di sekitar stasiun. Namun demikian perlu diketahui seberapa besar pengaruh yang telah ditimbulkan tersebut terhadap aktivitas utama stasiun.

Sebab yang muncul akibat banyaknya aktivitas perekonomian lainnya yaitu bagi sirkulasi dan keindahan Stasiun Jakarta Kota yang menyebabkan beberapa permasalahan yaitu ketidakteraturan dan rumitnya akses menuju bangunan dan akses dalam bangunan serta akibat dari banyaknya pedagang kaki


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4 lima yang menjualkan barang dagangannya di area muka stasiun membuat desain arsitektur kurang ideal. Hal ini perlu ditindak lanjuti agar kegiatan seperti ini tidak berlangsung terus menerus demi terciptanya Stasiun Jakarta Kota yang rapi, indah dan nyaman sehingga bangunan cagar budaya ini dapat beratahan dan terjaga dengan baik.

Stasiun Jakarta Kota yang letaknya di kawasan pengembangan pelesatarian cagar budaya merupakan daerah dimana terdapat beberapa museum dan dijadikan kawasan wisata budaya dan sejarah dengan alur perjalanan yang saling berdekatan. Hal ini dapat menjadikan Stasiun Jakarta Kota sebagai salah satu tempat pengembangan dan pelestarian sejarah yang memberikan beberapa informasi seputar sejarah kereta api dan juga sejarah Stasiun Jakarta Kota sendiri.

Menurut pepatah budaya jawa yaitu “wewangan kang umure luwih saka

paroning abad, haywa kongsi binabad, becik den mulyakna kadya wujude hawangun”, yang artinya benda atau bangunan yang berusia lebih dari 50 tahun merupakan benda atau bangunan bersejarah dan berbudaya yang seharusnya dapat digunakan sebagai penelitian, menambah pengetahuan untuk mencapai kemajuan serta bermanfaat bagi manusia dan lingkungannya. Pepatah tersebut mengindikasikan bahwa bangunan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah patut dijadikan sarana pengetahuan yang kedepannya akan memberikan beberapa informasi yang berguna bagi pengetahuan masyarakat serta sebagai sarana pelestarian benda-benda dan bangunan cagar budaya. Hal ini berkaitan erat dengan Stasiun Jakarta Kota yang memiliki nilai sejarah yang terkandung dalam bangunannya serta berda-benda cagar budaya milik perkereta apian Indonesia sesuai dengan SK Gubernur no. 475 tahun 1993 .


(18)

commit to user

5 Saat ini, berbagai museum di tanah air telah mampu mengubah citra museum. Dari sebuah tempat menyeramkan yang menyimpan benda-benda kuno menjadi sebuah tempat yang asyik untuk dikunjungi.

Berbagai museum di Indonesia telah mampu menjadi objek wisata. Manfaat museum sebagai objek wisata inilah yang akhirnya membuat museum semakin mampu menjadi perwakilan dari sejarah. Melalui pandangan museum sebagai objek wisata, semakin banyak masyarakat yang datang untuk menyaksikan benda-benda koleksi museum. Manfaat museum dirasa betul dengan perubahan wajah museum. Di museum, tak hanya benda-benda koleksi berupa artefak saja yang ada. Naskah-naskah kuno dan dokumentasi lainnya yang bisa “berbicara” mengenai keadaan saat itu atau pun prediksi di masa mendatang bisa kita dapatkan, baca, dan kaji.

Museum kereta api yang dimiliki Indonesia tersebar diberbagai kota, salah satu diantaranya yang berada di pulau Jawa ialah museum kereta api yang berada di Ambarawa. Kondisi museum kereta api Ambarawa sendiri sekarang ini terlihat kurang terawat dikarenakan beberapa hal. Salah satu diantaranya ialah karena kurangnya dana untuk perawatan bangunan dan benda koleksi museum. Hal ini disebabkan karena kurangnya kontribusi yang didapat karena fungsinya yang hanya merupakan museum kereta api serta letaknya yang kurang memiliki alur wisata sejarah membuat para wisatawan tidak menjadikan museum kereta api sebagai tujuan wisata yang menarik.

Perlunya wadah yang dapat menampung benda koleksi perkereta apian Indonesia dan dapat dijadikan peluang pendapatan bagi pelestarian benda-benda tersebut merupakan hal penting bagi kelangsungan pelestarian benda sejarah. Hal


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6 ini mendorong keinginan penulis untuk menjadikan Stasiun Jakarta kota sebagai salah satu tujuan wisata sejarah dan wadah pelestarian benda sejarah milik perkereta apian Indonesia. Hal ini didukung oleh kawasan Stasiun Jakarta Kota sendiri yang letaknya sejalur dengan alur kawasan wisata sejarah Kota Tua Jakarta serta bangunan Stasiun Jakarta Kota yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.

1.3 PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

1.3.1 Permasalahan

Menjadikan kawasan Stasiun Jakarta Kota sebagai stasiun kereta api dan cagar budaya yang terawat, rapi, nyaman, dan tertata sebagai sarana edukasi serta rekreasi yang menarik dengan memunculkan museum kereta api sesuai dengan konsep Arsitektur simbiosis.

1.3.2 Persoalan

Dari permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka persoalan yang timbul sebagai berikut.

1) Perencanaan tata site yang baik meliputi penzoningan dan sirkulasi pencapaian

ketika adanya penambahan bangunan baru yaitu museum kereta api dalam kaitanya dengan proses revitalisasi kawasan stasiun Jakarta kota dan penerapan arsitektur simbiosis.

2) Perencanaan program ruang dengan menentukan jenis kegiatan museum

kereta api dan Stasiun Jakarta Kota yang mewadahi pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, sirkulasi ruang, pola peruangan dalam bangunan, dan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat berjalan


(20)

commit to user

7 berdampingan dan dapat terkondisikan dengan baik sehingga dapat bersinergis satu sama lain tanpa mengurangi kenyamanan dan keamanan pengguna.

3) Perencanaan bangunan museum kereta api sesuai dengan karakter kereta api

yang yang bergerak cepat (moveable) yang dapat diaplikasikan dengan kesan

bangunan yang atraktif, futuristik dan menyenangkan sesuai dengan fungsinya sebagai sarana edukasi dan rekreasi.

4) Perencanaan sistem utilitas, tata landscape, struktur, sirkuasi yang dapat

mendukung kegiatan dan bangunan.

1.4 Tujuan dan Sasaran 1.4.1 Tujuan

Merumuskan solusi desain revitalisasi kawasan Stasiun Jakarta Kota dan museum kereta api yang mampu mewadahi kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya dengan perpaduan fungsi keduanya sebagai bangunan yang memiliki fungsi berbeda satu sama lain dengan penerapan arsitektur simbiosis.

1.4.2 Sasaran

1) Konsep tata dan olah site dari kawasan stasiun Jakarta Kota dengan melihat

kondisi lingkungan sehingga tercapai solusi desain yang baik;

2) Konsep jenis kegiatan yang diwadahi, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran

ruang, organisasi ruang, pola peruangan dalam bangunan, dan tata ruang bangunan museum kereta api serta tata masa bangunan dalam penyatuan fungsinya dengan kawasan stasiun kereta api sebagai bangunan rekreasi dan pendidikan sesuai dengan persyaratan revitalisasi ruang bangunan Stasiun Jakarta Kota dan perencanaan Museum kereta api yang harus dipenuhi;


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

3) Bentuk dan penampilan bangunan museum kereta api, sebagai upaya menarik

pengunjung baik dari interior maupun eksteriornya;

4) Sistem struktur dan sistem utilitas yang digunakan dalam bangunan museum

kereta api.

I.5 Batasan

Batasan yang digunakan dalam konsep ini menggunakan batasan dalam

konteks revitalisasiyaitu sebagai berikut.

1) Memperhatikan kelangsungan fungsi bangunan atau bangunan berfungsi lebih

produktif.

2) Perubahan mengingat nilai-nilai estetis, originalitas langgam, kenangan atau

peran bangunan di masa lalu.

3) Penambahan baru diperbolehkan, tetapi harus mempertimbangkan

1.6 Metode

1.6.1 Teknik pengumpulan data 1.6.1.1 Survey / Observasi

Pengamatan langsung pada objek sasaran yaitu Stasiun Kota Jakarta secara fisik. Pengamatan tersebut meliputi studi kegiatan di dalam bangunan dengan mengamati kinerja pengguna serta sirkulasinya, untuk mendapatkan fakta dan fenomena.


(22)

commit to user

9

1.6.1.2 Studi literatur

Dengan pengambilan informasi berupa sumber-sumber data tertulis dari beberapa buku referensi dan sumber lain seperti situs-situs internet yang terkait dengan judul.

Data-data yang didapat dari studi literatur tersebut yakni antara lain sebagai berikut.

1) Kriteria bangunan cagar budaya yang perlu direvitalisasi;

2) Tata cara revitalisasi;

3) Batasan-batasan dalam revitalisasi;

4) Sejarah dan perkembangan kawasan Stasiun Kota Jakarta;

5) Teori tentang pendirian dan syarat-syarat museum.

1.6.1.3 Wawancara

Melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung kelengkapan data. Wawancara dilakukan dengan beberapa pihak, yakni sebagai berikut.

1) Humas Stasiun Jakarta Kota;

2) Pimpinan Jakarta Railways Center;

3) Assistant Manager Pusat Pelestarian Benda Bersejarah PT. KAI;

4) Humas Pusat Pelestarian Benda Bersejarah PT. KAI;


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

1.6.1.4 Dokumentasi

Berupa foto-foto dari objek yang menjadi tujuan studi observasi guna menambah kelengkapan data dan memudahkan penjelasan objek.

1.6.2 Teknik Analisis 1.6.2.1 Studi komparasi

Untuk lebih mendukung objek pembahasan, dilakukan juga studi banding dari objek yang memiliki latar belakang atau pendekatan konsep yang hampir sama dengan objek perencanaan dan perancangan.

1.6.2.2 Pembahasan

Dilakukan melalui metode analisis – sintesis melalui tahap-tahap: identifikasi permasalahan – pengkajian teori - analisis/pembahasan - Sintesis/penarikan kesimpulan (Konsep Perancangan).

1.6.3 Analisis - Sintesis

Penysunan hasil analisis kedalam suatu konsep, dimana hasil dari konsep akhir ini mengarah kedalam perencanaan fisik / mengarah pada desain.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan Perencanaan dan Perancangan BAB I Pendahuluan

Mengungkapkan tentang pengertian judul, latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam mewujudkan perancangan museum kereta api sebagai wadah upaya revitalisasi kawasan Stasiun Jakarta Kota dengan pendekatan arsitektur simbiosis.


(24)

commit to user

11

BAB II Tinjauan Pustaka

Meliputi kajian pustaka mengenai bangunan kawasan cagar budaya, stasiun, proses revitalisasi serta museum sebagai objek perancangan desain, tinjauan serta batasan revitalisasi sebagai fokus tambahan dalam perencanaan serta perancangan bangunan museum kereta api. Studi komparatif terhadap bangunan dengan fasilitas serupa yang sudah ada yang nantinya akan dijadikan pembanding / preseden bagi fasilitas yang akan direncanakan.

BAB III Tinjauan Museum Di Jakarta dan Stasiun Jakarta Kota

Mengulas tinjauan kondisi dan potensi kawasan Kota Jakarta terutama yang berkaitan dengan Stasiun dan Museum yang telah ada.

BAB IV Museum Kereta Api Sebagai Wadah Upaya Revitalisasi Kawasan Stasiun Jakarta Kota

Mengemukakan garis besar dasar-dasar perencanaan museum kereta api dalam batasannya dengan proses revitalisasi Stasiun Jakarta Kota yang akan direncanakan.

BAB V Analisis Pendeatan Konsep Perancangan

Mengemukakan tentang analisis perencanaan dan konsep

perancangan “Museum Kereta Api Sebagai Wadah Upaya Revitalisasi Kawasan Stasiun Jakarta Kota” yang dimulai dengan analisis makro yaitu analisis site dalam konteks lingkungan makro


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12 dan pengolahannya beserta hasilnya, serta analisis mikro yaitu analisis program kegiatan, kebutuhan besaran ruang, dan kebutuhan utilitas dalam bangunan beserta hasilnya.


(26)

commit to user

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini akan mengulas kajian pustaka mengenai bangunan cagar budaya, stasiun, proses revitalisasi serta museum sebagai objek perancangan desain, tinjauan serta batasan revitalisasi sebagai fokus tambahan dalam perencanaan serta perancangan bangunan museum kereta api. Studi komparatif terhadap bangunan dengan fasilitas serupa yang sudah ada yang nantinya akan dijadikan pembanding / preseden bagi fasilitas yang akan direncanakan.

2.1 Tinjauan Konservasi 2.1.1 Esensi Konservasi

Menurut piagam The Burra Cha rter for The Conservation of Pla ce of Kultura l Significa nt, konservasi merupakan istilah yang menjadi payung dari semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan internasional yang telah dirumuskan dalam piagan Burra tahun 1981 tersebut. Istilah konservasi secara umum diterjemahkan sebagai suatu proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural didalamnya terpelihara dengan baik, meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Kegiatan konservasi dibedakan menjadi sebagai berikut.

1) Preservasi, merupakan pelestarian suatu tempat persis seperti aslinya tanpa ada perubahan termasuk upaya pencegahan dan penghancuran;

2) Restorasi, merupakan kegiatan pengembalian suatu tempat pada keadaan semula tanpa menggunakan bahan baru;


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16 3) Rekonstruksi, merupakan upaya pengembalian suatu tempat pada keadaan semirip mungkin dengan keadaan semula dengan menggunakan bahan lama dan baru;

4) Adaptasi atau Revitalisasi, merupakan upaya merubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai dengan kebutuhan sekarang, tidak menuntut perubahan fisik yang signifikan sehingga kondisi awal tetap dominan.

2.1.2 Dasar Konservasi

Dasar diperlukannya konservasi adalah sebagai berikut.

1) Keterkaitan dengan masa lalu, yaitu masa lalu atau peninggalan sejarah akan memberikan kesan kota sebagai suatu proses kesinambungan sejarah;

2) Sudah merupakan bagian dari hidup kita, maksudnya ialah dalam suatu kota, banyak aspek yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Jadi perlu dikonservasi karena lingkungan, bangunan dan langgam arsitektur yang telah menjadi ciri khusus dari kota tersebut;

3) Melestarikan jati diri (identitas). Akibat proses globalisasi, bangunan-bangunan di lingkungan kota semakin mirip di seluruh dunia. Teknologi komunikasi dan informasi yang canggih menyebabkan suatu kota dengan kota lainnya hampir sama dan perbedaannya sangat transparan. Oleh karena itu bangunan dan lingkungan kota lama perlu dilestarikan karena merupakan cirri dari tempat tersebut dan meembedakan jati diri (identitas) bagi suatu kota. Peninggalan atau asset bersejarah tersebut merupakan kekayaan yang tak tergantikan dan akan memberikan citra terhadap kota tersebut.


(28)

commit to user

17

2.1.3 Prinsip - prinsip Pokok Konservasi

Pelaksanaan konservasi juga harus dilakukan dalam koridor yang dibatasi prinsip-prinsip pokok, yaitu sebagai berikut.

1) Konservasi dilandasi atas penghargaan terhadap keadaan semula dari satu tempat dan sedikitnya melakukan intervensi fisik bangunan supaya tidak merubah bukti sejarah yang terkandung;

2) Maksud konservasi adalah untuk menangkap kembali makna kultural suatu tempat dan harus dapat menjamin keamanan dan pemeliharaanya di masa yang akan datang;

3) Konservasi suatu tempat harus dipertimbangkan terhadap segenap aspek yang berkaitan dengan makna kultural tanpa menekankan pada satu aspek dengan mengorbankan aspek yang lain;

4) Suatu bangunan atau hasil karya sejarah harus tetap pada lokasi historisnya; 5) Konservasi menjaga terpeliharanya latar visual yang cocok seperti bentuk,

skala, warna, tekstur, dan bahan bangunan. Setiap perubahan baru yang akan dibuat yang berakibat negative harus dicegah;

6) Kebijaksanaan konservasi yang sesuai untuk suatu tempat harus didasarkan atas pemahaman terhadap makna kultural dan kondisi fisik bangunannya.

2.1.4 Kriteria Konservasi

Dasar kriteria inventarisasi objek-objek yang ditengerai sebagai bangunan cagar budaya (piagam Burra) adalah sebagai berikut.

1) Estetika, yakni bangunan-bangunan atau bagian kota yang dilestarikan karena mewalakili prestasi khusus dalam gaya sejarah tertentu. Tolak ukur estetika


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18 dikaitkan dengan nilai estetis arsitektur dan struktur yang tinggi dalm bentuk, tata ruang dan ornamen;

2) Kejamakan, yaitu bangunan atau bagian kota yang dilestarikan karena mewakili satu khas atau jenis khusus yang cukup luas berperan. Tolok ukur kejemakan ditekankan pada seberapa jauh arsitektur tersebut mewakili satu ragam atau jenis khusus yang khas;

3) Kelangkaan, yakni objek yang dilestarikan karena aspek tunggal, hanya satu dari jenisnya atau merupakan contoh terakhir yang masih ada sehingga termasuk dalam karya yang sangat langka;

4) Peran sejarah, yaitu bangunan atau kawasan kota yang pernah menjadi lokasi pariwisata bersejarah bagi kota dan negara, dilestarikan sebagai ikatan simbolik antara peristiwa masa lalu dengan sekarang;

5) Peran terhadap kawasan, yakni bangunan atau bagian dari kota yang karena investasi di dalamnya akan mempengaruhi kawasan di dekatnya, atau kehadirannya sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas citra lingkungan sekitarnya;

6) Keistimewaan, yaitu bangunan atau bagian dari kota yang dilindungi karena memiliki keistimewaan, misalnya tertinggi, terpanjang, tertua, terbesar atau yang pertama.

Selain aspek pertimbangan yang menjadi dasar dari bangunan yang layak dilestarikan, maka komponen-komponen yang harus dikendalikan untuk mencapai aspek pertimbangan tersebut diidentifikasikan dari komponen bangunan yang terdapat dalam standar pekerjaan/kegiatan pelestarian, yakni sebagai berikut.


(30)

commit to user

19 1) Gaya Arsitektur, yaitu merupakan pola arsitektural bangunan tua yang terbagi berdasarkan masa berkembangnya dan pola-pola/bentuk-bentuk arsitektural yang digunakan dalam gaya tersebut antara lain gaya Art Deco, gaya Neo Cla ssica l, gaya Indische Empire dan lain-lain.

2) Skala dan Proporsi Bangunan. Skala bangunan merupakan perbandingan antara satu bangunan dengan bangunan lainnya, sementara proporsi adalah perbandingan elemen yang terdapat dalam satu bangunan. Unsur-unsur dalam skala ini adalah panjang, lebar, dan tinggi.

3) Ormnamen, merupakan pola-pola yang digunakan sebagai elemen estetis bangunan, biasanya bermotif geometri, flora, fauna, dan lain-lain tergantung dari gaya arsitektur yang digunakan dalam suatu bangunan.

4) Fasade bangunan yaitu merupakan bagian yang dapat memperlihatkan ekspresi dari suatu bangunan.

5) Warna yang dapat memberikan ekspresi tersendiri bagi bangunan, dengan warna bangunan bisa mencerminkan fungsi di dalamnya.

6) Interior, merupakan penataan ruang dalam bangunan yang disesuaikan dengan fungsi kegiatan yang ditampung oleh suatu bangunan.

7) Bentuk bangunan, merupakan olahan massa bangunan yang sebaiknya diolah menarik sesuai dengan lingkungan sekitarnya.

8) Material Bangunan, merupakan bahan bangunan yang digunakan dalam pekerjaan struktur dan konstruksi bangunan.

9) Struktur dan Konstruksi, merupakan pola pembebanan pada bangunan dan konstruksi merupakan bagaimana cara bangunan tersebut dapat berdiri/didirikan.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20 10)Fungsi, merupakan kegiatan yang ditampung dalam bangunan tersebut.

2.1.5 Lingkup Konservasi

Dalam satu lingkungan kota, objek, dan lingkup konservasi digolongkan ke beberapa luasan, yakni sebagai berikut.

1) Satuan area, di dalam kota yang dapat berwujud sub wilayah kota (bahkan keseluruhan kota sebagai suatu sistem kehidupan). Ini dapat terjadi pada bagian tertentu kota yang dipandang mempunyai cirri-ciri atau nilai khusus kota yang bersangkutan atau bahkan daerah dimana kota itu berada.

2) Satuan pandangan/visual/lansekap yakni satuan yang dapat mempunyai artri dan peran penting bagi suatu kota. Satuan ini berupa aspek visual, yang dapat memberikan bayangan mental atau image yang khas tentang suatu lingkungan kota. Dalam satuan ini ada lima unsur pokok penting, yaitu jalur (pa th), tepian (edge), kawasan (district), pemusatan (node), tengeran (la ndma rk). Termasuk ke dalam golongan ini adalah jaringan fungsional rute bersejarah atau jalur angkutan tradisional.

3) Satuan fisik adalah satuan yang berwujud bangunan, kelompok atau deretan bangunan-bangunan, rangkaian bangunan yang membentuk ruang umum atau dinding jalan, apabila dikehendaki lebih jauh hal ini bias diperinci sampai kepada unsur-unsur bangunan, baik unsure fungsional maupun struktur.

2.1.6 Tujuan Konservasi

Meskipun telah ada rumusan kriteria, tetapi masih diperluikan faktor pendorong sehingga pihak yang menjadi pemilik atau yang mewakili, ahli-ahli tau


(32)

commit to user

21 pihak pengelola merasa perlu melakukan pelestarian. Dalam buku “introduction to Urba n Pla nning” (1979:313) motivasi yang mendorong tindakan pelestarian yaitu sebagai berikut.

1) Melindungi warisan kita. Bila sisa-sisa masa lalu tidak dilindungi, maka proses-proses perubahan alamiah akan merubah atau melenyapkannya.

2) Menjamin variasi dalam bangunan kota trkait dua aspek yaitu estetis dan strategis. Estetis, pelestarian bangunan yang berasal dari periode tertentu menjamin variasi pandangan/tidak monoton. Strategis, tidak mampu mengadakan akomodasi baruuntuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan kelompok-kelompok sosial tertentu.

3) Ekonomis, pelestarian bangunan dapat meningkatkan nilainya bila dipelihara dengan baik (merupakan investasi). Pelestarian bangunan karena potensi penghasilan yang ditimbulkan. Dalam beberapa hal, lebih murah merehabilitasi dan mengadaptasi suatu bangunan yang ada pada penggunaan baru dari pada membangun ruang baru yang serupa.

4) Simbolis, motif simbolis untuk pelestarian berkaitan dengan suatu pandangan bahwa menghancurkan bangunan hampir sama dengan memusnahkan kelompok sosial tertentu. Motif simbolis yang lain adalah sebagai peringatan atas peristiwa-peristiwa tertentu (bangunan monumental).

2.1.7 Manfaat Konservasi

Hasil dari gerakan pelestarian ternyata tidak terlalu mengecewakan. Selain terjaganya kesinambungan peninggalan sejarah serta elemen-elemen pembentuk citra kotanya, Negara-negara tersebut pada umumnya mendapat tambahan dari


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22 sector pariwisata. Menurut Prof. Ir. Eko Budihardjo upaya pelestarian akan menghasilkan manfaat. Manfaat-manfaat tersebut yakni senagai berikut.

1) Pelestarian memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat untuk kontinuitas, memberi kaitan yang berarti masa lalu, serta memberi pilihan untuk tinggal dan bekerja di samping lingkungan modern.

2) Pada saat perubahan dan pertumbuhan terjadi secara cepat seperti sekarang, kelestarian lingkungan lama member suasana permanen yang menyegarkan. 3) Pelestarian member “keamanan psikologis” bagi seseorang untuk dapat

melihat, menyentuh, dan merasakan bukti sejarah.

4) Pelestarian warisan arsitektur menyediakan catatan sejarah tentang masa lalu dan melambangkanketerbatasan hodup manusia.

5) Pelestarian lingkungan lama adalah suatu asset komersial dalam kegiatan wisata internasional.

2.2 Tinjauan Revitalisasi 2.2.1 Esensi Revitalisasi

Revitalisasi berasal dari kata re dan vita lita s, re dapat diartikan kembali sedangkan vitalitas berasal dari kata vita yang artinya hidup. Vitalitas diartikan sebagai daya hidup, daya tahan, atau kemampuan untuk bertahan hidup (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam lingkup kawasan vitalitas dapat diartikan sebagai kemampuan, kekuatan untuk bertahan hidup.

Sehingga revitalisasi diartikan sebagai upaya untuk mengembalikan serta menghidupkan kembali vitalitas yang pernah ada pada kawasan kota yang mengalami degradasi, melalui intervensi fisik dan non fisik (rehabilitasi ekonomi, rekayasa sosial budaya serta pengembangan institusional).


(34)

commit to user

23 Revitalisasi termasuk di dalamnya adalah konservasi-preservasi merupakan bagian dari upaya perancangan kota untuk mempertahankan warisan fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan estetika-arsitektural. Atau tepatnya merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan.Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi dan/atau rekonstruksi. Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian baru. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang-ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revita lization) yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmenta l objectives). Hal ini mutlak diperlukan karena melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuklah sebuah mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan infrastruktur kota. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. (www.WordPress.comdiakses pada 15 maret 2012)


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2.2.2 Strategi Revitalisasi

Strategi revitalisasi dibagi ke dalam tiga kategori utama. Pengkategorian ini didasarkan kepada penggolongan bobot yaitu tingkat, sifat, dan skala dari perubahan yang terjadi di dalam revitalisasi itu sendiri yang dikemukakan oleh Danisworo. Ketiga kategori tersebut adalah sebagai berikut.

1) Tingkat perubahan kecil yaitu preservasi/konservasi 2) Tingkat perubahan sedang yaitu rehabilitasi

3) Tingkat perubahan besar yaitu pembangunan kembali (redevelopment).

2.2.3 Mekanisme Revitalisasi

Upaya revitalisasi dilakukan sesuai dengan batas-batas perlakuan yang diperbolehkan terhadap sebuah bangunan konservasi. Mekanisme revitalisasi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Memperhatikan kelangsungan fungsi bangunan atau bangunan berfungsi lebih produktif.

2) Perubahan dilakukan sebatas dapat mengantisipasi fungsi baru (umumnya dilakukan pada peruangna atau interior bangunan)

3) Perubahan mengingat nilai-nilai estetis, originalitas langgam, kenangan atau peran bangunan di masa lalu.

4) Penambahan baru (bangunan pendukung”street furniture”) diperbolehkan, tetapi harus mempertimbangkan kesinambungan antara unsur baru dengan unsur lama.


(36)

commit to user

25

2.2.4 Konservasi Pada Stasiun Kereta Api

Pelestarian Benda Cagar Budaya di Indonesia lebih banyak mengacu pada pepatah dalam kebudayaan Jawa dengan tujuan memaknai tata pengelolaan dan melestarikan lingkungan hidup agar mampu bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, yaitu.

1) "mema yu ha yuning ba wa na", artinya menjaga, melindungi dan menyelamatkan dunia serta melestarikan warisan budaya;

2) “wewa ngan kang umure luwih sa ka pa roning a bad, ha ywa kongsi bina bad, becik den mulya kna ka dya wujude ha wangun”, artinya benda atau bangunan yang berusia lebih dari 50 tahun merupakan benda atau bangunan bersejarah dan berbudaya, seharusnya dapat digunakan sebagai penelitian, menambah pengetahuan untuk mencapai kemajuan serta bermanfaat bagi manusia dan lingkungannya;

3) ”yen wis kliwat separo a ba d, jwa kongsi bina ba d”, artinya jika benda atau bangunan sudah berusia melewati separuh abad agar tidak dihancurkan.

Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dalam tahap awal pendiriannya segera membuat sebuah panduan (guideline) tentang pedoman teknis konservasi bangunan perkeretaapian Masa Pemerintahan Hindia-Belanda. Buku panduan ini akan menjadi acuan utama dalam melakukan konservasi, preservasi dan revitalisasi bangunan-bangunan kuno peninggalam masa lalu perekeretaapian Indonesia dengan maksud agar ciri khas dan nilai-nilai yang ditinggalkan tidak menjadi hilang akibat modernisasi bangunan kuno yang tidak menggunakan kaidah dan estetika konservasi, preservasi dan revitalisasi terhadap bangunan kuno dan bersejarah.


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26 Sesuai amanat UU No. 5 Tahun 1992, secara konkrit PT. Kereta Api Indonesia (Persero) melalui Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan melaksanakan konservasi, preservasi dan revitalisasi pada beberapa benda dan bangunan milik perusahaan baik yang saat ini masih digunakan atau sudah tidak dapat digunakan lagi, benda dan bangunan milik perusahaan tersebut yaitu sebagai berikut.

BANGUNAN

Tabel 2.1 Data Bangunan milik PT.KAI 1 Gedung Lawang Sewu

Semarang

Tahapan Pekerjaan :

· Pendataan Kerusakan Bangunan

· Studi Teknis BP3 Jateng

· Laporan Perbaikan Tahap Pertama

· Pembangunan Pagar Baru

2 Wisma Parahyangan

Bandung

Tahapan Pekerjaan :

Pendataan Kerusakan Bangunan

3 Stasiun Solo Jebres Tahapan Pekerjaan :

Pendataan Kerusakan Bangunan

4 Rumah Sinyal

Tanjungpriok

Tahapan Pekerjaan :

Pendataan Kerusakan Bangunan (Sumber: Indonesian Heritage Railways (2012))

NON BANGUNAN

Tabel 2.2 Data Non-Bangunan milik PT.KAI 1 Lokomotif Diesel

Serie D300 23

Tahapan Pekerjaan :

Pendataan Kerusakan Benda 2 Crane Manual

UH-995

Tahapan Pekerjaan :

Pendataan Kerusakan Benda 3 Lokomotif Uap C12

18

Tahapan Pekerjaan :

Pendataan Kerusakan Benda (Sumber: Indonesian Heritage Railways(2012))


(38)

commit to user

27

2.3 Tinjauan Museum 2.3.1 Pengertian Museum

Menurut Internationa l Council of Museums ( ICOM ), museum ialah institusi permanen/lembaga permanen, yang melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum, tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, dengan cara mengumpulkan (pengoleksian), memelihara (konservasi), meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda nyata material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi. Karena itu, ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan. Atau dengan kata lain museum adalah tempat dimana kebudayaan dan keseniaan dari jaman dahulu yang bernilai seni tinggi bisa dilihat.

Museum menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Museum dalam menjalankan aktivitasnya, mengutamakan dan mementingkan penampilan koleksi yang dimilikinya. Pengutamaan kepada koleksi itulah yang membedakan museum dengan lembaga-lembaga lainnya. Setiap koleksi merupakan bagian integral dari kebudayaan dan sumber ilmiah, hal itu juga mencakup informasi mengenai objek yang ditempatkan pada tempat yang tepat, tetapi tetap memberikan arti dan tanpa kehingan arti dari objek. Penyimpanan informasi dalam bentuk susunan yang teratur rapi dan


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28 pembaharuan dalam prosedur, serta cara dan penanganan koleksi. Museum dapat didirikan oleh Instansi Pemerintah, Yayasan, atau Badan Usaha yang dibentuk berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, maka pendirian museum harus memiliki dasar hukum seperti Surat Keputusan bagi museum pemerintah dan akte notaris bagi museum yang diselenggarakan oleh swasta. Bila perseorangan berkeinginan untuk mendirikan museum, maka dia harus membentuk yayasan terlebih dahulu.

2.3.2 Sejarah Museum di Indonesia

Sejarah museum di Indonesia mengalami tiga periodesasi yaitu sebagai berikut. 1. Periode Belanda;

2. Periode Inggris; dan 3. Periode Indonesiasi.

Pada tahun 1966, Lembaga Museum-museum Nasional diubah menjadi Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jendral Kebudayaan. Tahun 1971, Direktorat Museum mengelompokkan museum dalam tiga kelompok menurut jenis koleksinya yaitu sebagai berikut.

1. Museum umum; 2. Museum khusus; dan 3. Museum lokal.

Pada tahun 1975 pengelompokkan diubah, menjadi sebagai berikut. 1. Museum umum;

2. Museum khusus; dan 3. Museum pendidikan.


(40)

commit to user

29 Pada tahun 1980, pengelompokkan tersebut diubah lagi menjadi dua kelompok, yaitu museum umum dan museum khusus. Berdasarkan tingkat kedudukan Direktorat Permuseuman mengelompokkan museum umum dam museum khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Tingkat Regional (Propinsi), dan Museum Tingkat Lokal ( Kodya / Kabupaten ). Pada tahun 1981, berdasarkan catatan terakhir, di Indonesia ada 135 bangunan Museum.

Ada perbedaan antara museum sesudah kemerdekaan dengan sebelum kemerdekaan, yaitu:

Tabel 2.3 Sejarah Museum di Indonesia

Perbedaan Museum sebelum Kemerdekaan

Museum sesudah Kemerdekaan

Tujuan Pendirian Untuk kepentingan ilmu pengetahuan yang menunjang pelaksanaan politik kolonial dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Untuk melestarikan warisan budaya dalam pengembangan

kebudayaan bangsa dan sarana pendidikan non formal.

Pengadaan koleksi Banyak. Sebagian dipamerkan dalam tata pameran yang

berorientasi pada tata pameran museum-museum di Eropa.

Terbatas.

Bangunan Sebagian tidak direncanakan untuk museum. Bangunannya tua dan tidak memenuhi tatas bangunan museum modern. Direncanakan khusus untuk museum. Mencerminkan gaya arsitektur tradisional daerah tertentu. Tenaga Memiliki tenaga ilmiah

yang berpengalaman, namun jumlah tidak memadai.

Masih kekurangan tenaga ahli.


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30 Struktur Organisasi Sebagian mempunyai

bagian yang melayani bimbingan edukatif. Sarana penunjang belum mencukupi.

Struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan.

(Sumber: Direktorat Permuseuman (2010))

2.3.3 Persyaratan Museum

Secara garis besar museum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. 1) Mempunyai ruang kerja bagi para konservatornya, dibantu perpustakaan dan

staffnya.

2) Mempunyai tempat/ruang untuk pameran koleksi.

3) Mempunyai laboratorium untuk merawat benda-benda koleksinya dari segala sesuatu yang dapat menyebabkan rusaknya benda-benda koleksi.

4) Mempunyai studio dengan perlengkapannyauntuk pembuatan audio visual, studio untuk reproduksi barang koleksi.

5) Mempunyai perpustakaan sebagai referensi.

6) Mempunyai ruangan untuk kegiatan penerangan dan pendidikan.

2.3.4 Fungsi dan Tugas Museum

Menurut Internationa l Council of Museums (ICOM), museum memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.

1) Mengumpulkan dan pengaman warisan alam dan kebudayaan; 2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah;

3) Konservasi dan preservasi;

4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum; 5) Pengenalan dan penghayatan kesenian;


(42)

commit to user

31 6) Visualisasi warisan baik hasil alam dan budaya;

7) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia;

8) Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tugas museum secara rinci dijelaskan oleh Drs. Moch. Amir Sutaarga sebagai berikut.

1) Pengumpulan atau pengadaan

Tidak semua benda padat dimasukkan ke dalam koleksi museum, hanyalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai berikut.

a) Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika;

b) Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya, dan sebagainya; c) Harus dapat dianggap sebagai dokumen.

2) Pemeliharaan

Tugas pemeliharaan ada 2 aspek yakni sebagai berikut. a) Aspek Teknis

Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan diawetkan serta dipertahankan tetap awet dan tercegah dari kemungkinan kerusakan. b) Aspek Administrasi

Benda-benda materi koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang menjadikan benda-benda koleksi tersebut bersifat monumental. 3) Konservasi

Merupakan usaha pemeliharaan, perawatan, perbaikan, pencegahan dan penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab kerusakan.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32 4) Penelitian

Bentuk penelitian ada 2 macam, yakni sebsgai berikut. a) Penelitian Intern

Penelitian yang dilakukan oleh curator untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan museum yang bersangkutan.

b) Penelitian Ekstern

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar, seperti mahasiswa, pelejar, umum dan lain-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi, karya tulis, dll.

5) Pendidikan

Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi koleksi yang dipamerkan yaitu sebagai berikut.

a) Pendidikan formal yaitu berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah, dan sebagainya

b) Pendidikan non formal yaitu berupa kegiatan pameran, pemutaran film, slide, dan sebagainya.

6) Rekreasi

Sifat pameran mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati, yang mana merupakan kegiatan rekreasi yang segar, tidak diperlukan konsentrasi yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan.

2.3.5 Koleksi Museum

Benda materi koleksi menurut Sutaarga yaitu sebagai berikut. 1) Benda Asli


(44)

commit to user

33 a) Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika;

b) Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya, dan sebagainya;

c) Harus dapat dianggap sebagai dokumen. 2) Benda Reproduksi

Benda buatan baru dengan cara meniru benda asli menurut cara tertentu. Macam benda reproduksi yakni sebagai beikut.

a) Replika: Benda tiruan yang memiliki sifat-sifat benda yang ditiru;

b) Miniatur: Benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki bentuk, warna dan cara pembuatan yang sama dengan benda asli;

c) Refrensi: diperoleh dari rekaman atau fotocopy suatu buku mengenai ethnografi, sejarah dan lainya;

d) Benda-benda berupa foto yang dipotret dari dokumen/mikro film yang sukar dimiliki.

3) Benda Penunjang

Benda yang dapat dijadikan pelengkap pameran untuk memperjelas informasi/pesan yang akan disampaikan, misalnya : lukisan, foto, dan contoh bahan.

2.3.6 Acuan Hukum Pendirian Museum

Pendirian sebuah museum memiliki acuan hukum yaitu sebagai berikut. 1) Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34 3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaandan

Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum.

4) Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.33/PL.303/MKP/2004 tentang Museum.

2.4 Museum Kereta Api di Indonesia

Benda-benda heritage merupakan aset sejarah yang berbicara akan dipajang menjadi koleksi museum kereta api. Benda-benda yang akan dipajang dapat berupa rolling stock (lokomotif, kereta penumpang, gerbong, crane), sinyal, alat-alat atau prasarana kerja (topi, baju, pluit, sepatu dan lain-lain). Aset-aset museum mampu menjadi edukasi sejarah kereta api sekaligus membuka ruang pemikiran generasi muda untuk mencintai kereta api.

PT Kereta Api Indonesia (Persero), telah menyediakan ruang untuk dijadikan tempat museum. Saat ini bisa dikunjungi Museum Kereta Api Ambarawa (Jawa Tengah), museum Sawah Lunto (Sumatra Barat) dan aset-aset lama kereta api telah menjadi aset Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta). Seluruh museum kereta api akan dilakukan revitalisasi dan restorasi sehingga menjadi museum seperti keinginan masyarakat.

Tabel 2.4 Museum Kereta Api di Indonesia

Gambar Museum Deskripsi Koleksi

Ambarawa Museum Kereta Api Ambarawa berada di kota Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki luas 127500 meter persegi. Museum ini memiliki ciri khas Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan

Terdapat peralatan komunikasi, topi masinis, alat pembolong tiket, stempel, mesin ketik, jam kuno dan perabot meja kursi. Selain itu sejumlah 22 lokomotif uap untuk dipajang dan 2 lokomotif uap untuk kereta api wisata


(46)

commit to user

35 merupakan salah satu

dari tiga yang masih tersisa di dunia

Sawahlunto Museum Kereta Api Sawahlunto terletak di Jalan Abdul Rahman Hakim, Kampung Aia

Dingin, Kota

Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat memiliki luas 1500 meter persegi.

Terdapat alat-alat sinyal/komunikasi, foto dokumentasi, brankas, dongkrak rel, label pabrik, timbangan dan lonceng penjaga. Selain itu, juga terdapat beberapa gerbong ketel, gerbong pengangkut batubara, beberapa lori wisata dan dua kereta yang berdinding kayu serta lokomotif uap E10 60. Transportasi Museum Transportasi

terletak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta

Terdapat 24 lokomotif uap yang dipajang

(Sumber: Indonesian Heritage Railways (2012))

2.5 Tinjauan Umum Arsitektur Simbiosis 2.5.1 Pengertian Arsitektur Simbiosis

Simbiosis berasal dari bahasa yunani yang berarti “hidup bersama” (living toegether), makna ini mengacu pada sebuah hubungan timbal balik antara makhluk hidup atau lebih yang tidak hanya saling bergantungan tapi memang sangat diperlukan bagi keduanya.

Kisho Kurokawa, yang kita kenal sebagai Ja pa nese Architect dan Urban Pla nner berpendapat bahwa simbiosis adalah maksud dari semua kerjasama. Simbiosis ditandai dengan sebagai berikut.

1) Penghargaan pada tradisi sejarah, contoh: metode arsitektur jepang yang disebut Sukiya yaitu memberikan makna baru untuk bangunan tua dengan material baru.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36 2) Menempatkan kehidupan kontemporer sebagai sebuah konteks sejarah dan

menyandang sebuah makna baru.

3) Menempatkan kebudayaan atau bahkan hasil manipulasi hal-hal yang aneh dan lucu dalam simbol sejarah mereka sebagai sebuah bentuk ekspresi.

2.5.2 Prinsip dari Simbiosis Arsitektur

Prinsip dari arsitektur simbiosis adalah sebagai berikut.

1) Mixed Function yaitu adanya beberapa aktivitas pada waktu yang sama di dalam dan di luar yang terkait satu sama lain;

2) Keselarasan budaya dan sosial yaitu memelihara identitas dan sistem nilai luhur dan kultur yang berbeda membawa bersama-sama melalui/sampai hubungan timbal balik;

3) Berimbang dengan lingkungan yaitu emelihara sebuah ekosistem lingkungan dimana bangunan akan dibangun;

4) Intermedia space yaitu sebuah ruang yang difungsikan zona transisi antar lingkungan dan bangunan;

5) Diakronik yaitu penekanan kebutuhan untuk sentuhan dengan sejarah dan kultur sebuah daerah. Sejarah menyatakan di (dalam) format secara ilmu bangunan, berhubungan dengan perhiasan motif, dan lambang menerima warisan dari masa lalu dengan memperkenalkan historis terukur tanda ke dalam arsitektur modern;

6) Teknologi yaitu ungkapan teknoligi akan berproses dengan otonomi gedung yang akan mempertimbangkan arsitektur simbiosis baru.


(48)

commit to user

37

2.5.3 Arsitektur Simbiosis Antara Sejarah dengan Masa Depan

Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kurokawa secara mendetail dalam bukunya Interkultura l Architecture – The Philosophy of Symbiosis. Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis memadukan beragam hal kontradiktif, atau keragaman lain, seperti bentuk plastis dengan geometris, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, dll. Seperti dikatakan Jencks, arsitektur simbiosi merupakan konsep both-end, and match dan bersifat inklusif.

Kurokawa mengadaptasi sains kontemporer (the non-linear,fractal, dll) pun mengambil hikmah dari pemikiran Claude Levi Strauss berkait dengan pernyataan bahwa setiap tempat, wilayah, budaya punya a utonomous va lue dan memiliki struktur masing-masing walau dengan ciri yang berbeda. Dengan demikian mengakomodir keragaman adalah suatu keharusan. Perlu ada jalan untuk menjembatani perbedaan karakter wilayah, budaya, dll. Simbiosis diupayakan untuk secara kreatif menjaga hubungan harmonis antar tiap perbedaan merupaka Interkultura l, Hybrid architecture.

2.5.4 Arsitektur Simbiosis Antara Manusia dengan Budaya

Budaya yang tadinya menjadi cikal bakal “Cultura l herita ge”mengalami pergeseran, dengan lajunya modernisasi dan globalisasi dan telah mengancam kelestarian budaya di beberapa kawasan bersejarah.. Kondisi ini diindikasikan dengan munculnya fenomena arsitektural yang tidak sesuai dengan nuansa budaya di kawasan tersebut, dan diimbangi dengan menurunnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budayanya sendiri.


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38 Sebagai salah satu warisan budaya, kawasan dan bangunan bersejarah secara jelas mempunyai tujuan untuk pengelolaan lingkungan hidup yang dirumuskan dengan kalimat “mema yu ha yuning ba wa na ” yang artinya menjaga atau melindungi keselamatan dunia dalam melestarikan warisan budaya. Hal ini juga dipertegas lagi oleh para leluhur-leluhur kita, seperti diungkapkan, “wewena nga n kang umure luwih sa ka pa roning a bad, ha ywa kongsi bina ba d, becik den mulya kna ka dya wujude ha wangun” yang artinya bangunan dengan umur lebih dari 50 tahun merupakan bangunan sejarah dan budaya, dapat digunakan sebagai penelitian, menambah ilmu pengetahuan dan kebutuhan lain serta bermanfaat sebagai tuntutan hidup. Bahkan dalam sebuah petuah bijak pun dikatakan dengan jelas “yen wis keliwa t separo a bad, jiwa kongsi bina bad” artinya kalau sudah lebih dari setengah abad jangan sampai dihancurkan. Penjelasan ini mengingatkan kita bahwa budaya merupakan perkembangan majemuk dari budidaya yang berarti daya dari budi manusia yang dituangkan dalam lingkungannya, sehingga mempunyai wujud yang berupa cipta, rasa, karsa dan kebudayaan yang berarti hasil cipta, rasa, dan karsa. Hal yang sama pernah juga ditegaskan oleh Rapoport (1990), bahwa budaya sebagai suatu kompleks gagasan dan pikiran manusia bersifat tidak teraga. Kebudayaan ini akan terwujud melalui pandangan hidup (world view), tata nilai (va lue), gaya hidup (life style) dan akhirnya aktivitas (a ctivities) yang bersifat konkret.

Pemberdayaan komunitas budaya di kawasan bersejarah merupakan upaya pendekatan bottom-up untuk membangkitkan kembali vitalitas komunitas budaya untuk berkreasi di tengah masyarakat yang serba modern. Pilihan pendekatan ini sekaligus dimaksudkan pula untuk menciptakan kawasan bersejarah sebagai pusat


(50)

commit to user

39 kebudayaan dalam prespektif demokratis. Dengan demikian, diharapkan mampu menumbuhkan daya tahan budaya terhadap tekanan-tekanan modernisasi yang terjadi.

2.5.5 Arsitektur Simbiosis Tradisi dan teknologi

Ada dua tawaran kuat yang dijanjikan sebagai ‘gong’ konsep ini. Pertama simbiosis antara perkembangan dan preservasi budaya. Sebagai contoh bandara malaysia perlu dipertahankan karakter budaya bangsanya sehingga masih meskipun terus terjadi perkembangan, identitas budaya masih melekat seiring dengan multimedia. Kekayaan sumber daya alam Malaysia dalam eco-teknologi dan eco-industri perlu diselaraskan dengan teknologi dan multimedia mikro mekanik dan elektronik.

Simbiosis penuh antara arsitektur dan alam sesungguhnya konsep yang sangat menarik, tapi juga tidak realistis karena arsitektur sukar mengelakkan kerusakan terhadap alam. Hal ini karena bangunan sendiri tidak bisa dipindah, dialirkan, atau diadaptasikan sepenuhnya dengan bangunan terbaru.

Masing-masing komponen kota dalam rencana Kurokawa sebenarnya terbatas dalam ukuran padahal sistem itu sendiri fleksibelitasnya tidaklah terbatas.

Proyek di malaysia ini dapat dikatakan semacam kepulangan kembali Kurokawa, merupakan relisasi penuh dari konsepnya selama ini dengan skala dan program yanglayak ambisinya. Bagian terpenting yang menjadi preseden bagi Kurokawa disini adalah bahwa arsitektur yang sustainabledan model-model kota dalam kawasan prinsipnya cenderung mengalahkan keindahan keaslian alam (irrepla cea ble na tura l bea uty) atas tekanan modernisasi. Karakter alam imitasi


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40 diupayakan seasli mungkin sebagaimana kondisi alamiahnya sebagai tuntutan dualitas, naturalitas dan modernitas.

2.5.6 Arsitektur Simbiosis Ekologi dan Perilaku

Manusia dan alam lingkungan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling berinteraksi yang akan mempengaruhi pada tingkah laku manusia. Pola tigkah laku manusia berkembang menjadi kebudayaan dalam bentuk arsitektur. Arsitektur adalah usaha untuk memberi bentuk dari jiwa ruang sehingga arsitektur bukanlah semata-mata teknik dan estetika, melaikan mampu membentuk ruang yang harus ditinjau sebagai habitat.. arsitektur sebagai habitat berarti kesatuan dari diri dan hal yang di luar diri. Karena arsitektur sebagai titik pandang, berarti penelitian didasarkan pada bentuk, ruang, dan jalinannya yang mempunyai hubungan kait mengkait. Pendeskripsian hubungan antara bentuk, ruang, dan jalinannya disebut Loekx sebagai bentuk morfologi. Kita akan dapat melihat kemungkinan-kemungkinan dari keindahan bentuk kota jika kita pertama-tama mengerti betuk kodratnya (Woods, Shadra ch ‘der mensch auf der Stra sse’, majalah Bauen+wohnen. No.7/1996, hlm.268). Arsitektur dalam masyarakat aedalah pembentukan ruang sebagai wadah tempat kegiatan, ruang yang berbentuk wujud, fisik, teknik dan estetika, serta citra keindahan lingkungan yang bertempat di suatu lahan. Karya asritektur tergolong ke dalam pembentukkan lingkungan hidup yang cukup penting. Bertitik tolak darihal tersebut dapat disimpulkan bahwa antara manusia dengan bentuk lingkungan terdapat hubungan timbal balik yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Bentuk lingkungan erat hubunganyya dengan ruang arsitektur. Bentuk ruang arsitektur tersebut dapat mamberikan imajinasi terhadap kemungkinan bentuk kota.


(52)

commit to user

41

2.5.7 Syarat Arsitektur Simbiosis dalam budaya berarsitektur

Dari keterangan di atas maka dapat ditarik benang merah sebagai berikut.

1) Simbiosis antara ruang dalam dengan ruang luar yaitu adanya ruang transisi dengan karakter yang berbeda baik dalam maupun luar.

2) Simbiosis antara ruang privat dengan ruang publik yaitu adanya sebuah transisi dengan karakter yang kuat dalam maupun luar, hal ini dapat melalyui warna, pedestrian, lansekap, dll.

3) Simbiosis antara identitas budaya dengan kemajuan teknologi yaitu identitas budaya melalui teknologi diwujudkan dengan kearmonisan arsitektur lokal. 4) Simbiosis antara sejarah dengan kontemporer yaitu sejarah menjadi bagian

untuk membentuk sebuah karakter masa depan.

5) Simbiosis antara abstraksi dengan simbolisme yaitu abstraksi sebagai wujud simbol bahwa inovatif sebuah karyaarsitektur adalah sesuatu yang unik dan khas.

2.6 Preseden Bangunan dengan Pendekatan Arsitektur Simbiosis

Contoh atau preseden dari bangunan dengan penerapan arsitektur Simbiosis yang sudah ada adalah sebagai berikut.


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42 1) Nakagin Capsule Tower, Taiwan

Gambar 2.1 Nakagin Capsule Tower, Taiwan (Sumber: www.google.com diakses pada 17 maret 2012)

Arsitek Kisho Kurokawa sangat inovatif dalam penciptaan tentang Nakagin Kapsul Tower pada tahun 1972, yang merupakan desain arsitektur pertama kapsul. Modul ini dibuat dengan tujuan untuk pengusaha perumahan bepergian yang bekerja di pusat kota .Ini adalah prototipe untuk arsitektur keberlanjutan dan resikliabilitas, sebagai modul masing-masing dapat terpasang ke inti pusat dan diganti atau ditukar bila diperlukan. Bangunan ini sebenarnya terdiri dari dua menara beton yang saling berhubungan, masing-masing sebelas dan tiga belas lantai, yang 140 rumah prefabrikasi modul (atau "kapsul") yang masing-masing mandiri unit. Tiap kapsul berukuran 2,3 m (7,5 kaki) × 3,8 m (12 kaki) × 2,1 m (6,9 kaki) dan berfungsi sebagai hidup kecil atau ruang kantor. Kapsul dapat dihubungkan dan dikombinasikan untuk menciptakan ruang yang lebih besar. Setiap kapsul terhubung ke salah satu dari dua poros utama hanya oleh empat baut tegangan tinggi dan dirancang untuk menjadi tergantikan. Tidak ada unit telah diganti sejak pembangunan asli.


(54)

commit to user

43 Gambar 2.2 Bandara Internasional Kuala Lumpur

(Sumber: www.google.com diakses pada 17 maret 2012)

Desain dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur ini dibuat oleh seorang arsitek asal Jepang, Kisho Kurokawa. Lokasi bangunan terminal didesain dengan menggunakan konsep Bandar Udara di tengah hutan, hutan di dalam Bandara, yang dikelilingi oleh pohon-pohon penghijauan. Konsep ini dilakukan dengan kerjasama dari Institut Penelitian Hutan Malaysia. Keseluruhan hutan hujan ditransplantasikan dari hutan dan diletakkan di tengah-tengah bangunan satelit bandara ini. Konsep semacam ini dapat dikategorikan sebagai arsitektur simbiosis Teknologi dengan Ekologi.

6.7 Teori Revitalisasi Pada Stasiun Jakarta Kota dengan Konsep Arsitektur Simbiosis

Konsep revitalisasi yang membatasi adanya perubahan dan penambahan pada bangunan cagar budaya perlu diperhatikan dan dipertimbangkan. Salah satu upaya dalam revitalisasi yaitu penambahan fungsi baru yang diharapkan dapat membantu eksistensi suatu bangunan cagar budaya.

Potensi dan kekurangan yang dimiliki Stasiun Jakarta Kota dapat diangkat sebagai upaya revitalisasi. Adanya Museum dalam kawasan Stasiun Jakarta Kota


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44 diharapkan dapat bersinergis dengan Stasiun Jakarta Kota dan potensi lainnya. Arsitektur Simbiosis sebagai pendekatan yang diangkat, merupakan upaya agar revitalisasi yang diharapkan dapat bersinergis antar satu fungsi dengan fungsi yang lain dan memberi impa ct yang baik bagi eksistensi Stasiun Jakarta Kota.


(56)

commit to user

45

BAB III

TINJAUAN MUSEUM DI JAKARTA DAN STASIUN JAKARTA KOTA

Mengulas tinjauan kondisi dan potensi kawasan kota Jakarta terutama yang berkaitan dengan Stasiun Jakarta Kota dan museum yang telah ada di sekitarnya.

3.1 Kondisi Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972).

Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia (Biro Pusat Statistik 2010).

Nama Jakarta digunakan sejak masa penjajahan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda tahun 1905. Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya artinya ialah


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46 "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha" (Thee Liang Gie; Sejarah Pemerintahan Kota Djakarta, Jakarta: Kotapraja Djakarta Raja, 1958).

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal abat ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia.

Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi. Waktu itu luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka di Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.


(58)

commit to user

47

3.1.1 Potensi Kepariwisataan di Kota Jakarta

Kota Jakarta yang disebut juga sebagai kota metropolitan memiliki banyak tempat wisata. Baik yang bersifat edukasi, hiburan. Tempat wisata yang bersifat edukasi dapat dikunjungi dengan mengunjungi berbagai museum yang tersebar di Jakarta. Museum-museum yang sering dikunjungi sebagai tempat wisata para wisatawan lokal, macanegara ataupun para pelajar yaitu antara lain : Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), Museum Wayang, Museum Seni Rupa, Museum Keramik, Museum Bahari, Museum (Taman) Prasasti, Museum Tekstil, Museum (Gedung) Juang ’45, Museum MH Thamrin, serta Balai Informasi Sejarah dan Budaya Jakarta, Museum Gajah, dan lain sebagainya.

Selain Museum, Jakarta juga memiliki banyak tempat rekreasi sekaligus edukasi seperti Ancol dan Taman Mini Indonesia Indah. Semua tempat wisata ini patut dikunjungi dan juga sebagai potensi kepariwisataan yang dimiliki Kota Jakarta yang dapat memberikan banyak manfaat dan keuntungan bagi seluruh lapisan masyarakat.

3.1.2 Tinjauan Museum di Jakarta

Jakarta dijuluki Kota Metropolitan, namun sebenarnya Jakarta pantas pula dijuluki Kota Museum. Berbagai museum ada di sini, terutama di kawasan Kota Tua Jakarta Kota. Saat ini di Jakarta terdapat lebih dari 30 museum dengan jenis-jenis yang berbeda. Museum-museum ini dikelola oleh berbagai pihak, seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi pemerintah/swasta, dan kelompok/perorangan.


(59)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48 Tabel 3.1 Jumlah Pengunjung Museum di Jakarta

NAMA MUSEUM DI JAKARTA 2006 2007 2008

Museum ABRI Satria Mandala 50,014 50,915 44,658

Museum Nasional DKI Jakarta 127,875 167,450 235,003

Museum Kebangkitan Nasional 9,455 11,291 17,950

Museum Fatahillah (Sejarah Jakarta) 84,612 78,081 143,058

Museum Tekstil 19,072 33,255 27,291

Museum Basuki Abdullah 1,931 21,106 7,652

Museum Bahari 9,878 14,082 10,033

Museum Seni Rupa dan Keramik 17,349 20,747 27,386

Museum Sumpah Pemuda 7,531 8,636 6,855

Museum Naskah Proklamasi 6,053 9,565 10,344

Museum Pancasila Sakti (Lubang Buaya) 103,157 82,636 96,775

Museum Purna Bakti Pertiwi, TMII 84,522 89,098 74,142

Museum Bayt Al Qur'an, TMII 46,187 36,570 12,827

Museum Listrik dan Energi Baru, TMII 361,020 427,114 499,766

Museum Serangga, TMII 335,957 303,722 95,646

Museum Transportasi, TMII 78,344 49,948 54,718

Museum Graha Widya Patra, TMII 40,604 40,075 14,623

Museum Indonesia, TMII 20,748 16,751 6,748

Museum Komodo/Reptilia, TMII 44,233 28,794 22,288

Museum Perangko, TMII 15,560 10,287 1,910

Museum Keprajuritan, TMII 28,681 31,527 32,745

Museum Pusat Peragaan Teknologi, TMII 336,538 249,974 256,650

Museum Olah Raga, TMII 1,531 1,650 175

Museum Telekomunikasi, TMII 15,677 8,781 9,299

Museum Pusaka, TMII 7,078 5,116 6,318

Museum Asmat, TMII 48,132 19,553 6,614

Sumber : Data dan Informasi Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

Pemda DKI Jakarta melalui Dinas Museum dan Pemugaran (DMP) relatif banyak mengelola museum. Museum-museum yang berada di bawah pengawasan DMP adalah Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), Museum Wayang, Museum Seni Rupa, Museum Keramik, Museum Bahari, Museum (Taman)


(1)

commit to user

176

5.4.4 Mekanikal Elektrikal

Sumber listrik utama berasal dari PLN yang didukung genset. Apabila terjadi kerusakan pada pendistribusian listrik dari PLN, maka akan diganti dengan

menggunakan sta ndby emergency power dari genset. Instalasi listrik di dalam

bangunan secara umum dibagi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Instalasi Penerangan

Instalasi yang digunakan untuk mendistribusikan listrik untuk seluruh jaringan penerangan baik di luar maupun di dalam ruangan.

b) Instalasi power

Instalasi yang mendistribusikan listrik untuk alat-alat elektronik lainnya seperti AC, pompa dan sebagainya.

Skema 5.27 Penyediaan Listrik

5.4.5 Sistem Sanitasi

1) Sistem air bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM dan sumur yang ditampung pada bak penmpungan dan distribuiskan melalui pipa-pia saluran. Pendistribusian air bersih di dalam bangunan menggunakan sisem down feed distribution, air dari

PDAM dan sumur disalurkan menuju tanki yang berada di atas (roof ta nk)

melewati wa ter treatment dengan menggunakan pompa, kemudian disalurkan

menuju ruang-ruang yang memerlukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Penyalaan pompa air menggunakan saklar otomatis yang menyala apabila


(2)

commit to user

177 Skema 5.28 Sistem Air Bersih

2) Sistem air kotor

Sistem sanitasi harus memilkiki kemampuan tidak merusak lingkungan pada saat pengoperasian maupun pembuangan. Sistem sanitasi dalam bangunan mencakup pembuangan atau penyaluran air kotor dan air hujan.

Skema 5.29 Sistem Air Kotor

3) Sistem pembuangan air hujan

Untuk saluran horizontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan tanah dan daerah yang terkena jatuhan air hujan. Untuk penyerapan ke dalam tanah selain menggunakan lapangan rumput disekitar bangunan,


(3)

commit to user

178 Skema 5.30 Sistem Air Hujan

5.4.6 Pemadam Kebakaran

1. Dasar Pertimbangan

1) Fungsi bangunana

2) Luas bangunan

3) Kenyamanan Pengguna

2. Pembahasan

Untuk penanggulangan kebakaran pada bangunan, digunakan beberapa cara agar kebakaran tidak terus membesar dan merugikan. Hal-hal yang dapat memicu adanya kebakaran antara lain dikarenakan oleh konsleting, kecerobohan pengguna, ledakan gas dan lain sebagainya. Untuk penanggulangan bahaya kebakaran dalam bangunan museum kereta api dan dalam stasiun Jakarta Kota ialah dengan menggunakan sistem pemadam kebakaran yang dapat bekerja dengan cepat dan otomatis mengingat pentingnya bangunan dan kegiatan yang berjalan di dalamnya. Sistem penanganan yang digunakan adalah sebagai berikut. a) Fire Ala rm

Fire a la rm wajib digunakan pada setiap bangunan gedung maupun gedung lainnya termasuk museum dan stasiun. Mengingat kebakaran adalah salah satu musibah yang dapat merenggut jiwa dan aset materi, maka penanggulangan

kebakaran harus ditanggulangi secepat mungkin. Fire a la rm merupakan indikator


(4)

commit to user

179 b) Sprinkler Air

Air sprinkle adalah sistem penanggulangan kebakaran dengan

menyemrotkan air pada api. Sprinkler air ini digunakan pada tiap-tiap radiun

tertentu dengan sensor untuk mengetahui lokasi adanya kebakaran. Digunakan pada hall, ruang pengelola, ruang servis dan lain sebagainya.

c) Tabung gas CO2

Tabung gas CO2 digunakan untuk penanggulangan kebakaran secara

manual yang dikendalikan manusia pada saat kebakaran. Ditempatkan pada titik-titik strategis, mudah dijangkau dan dikenali serta ditempatkan pada ruang yang memiliki resiko kebakaran yang cukup tinggi.

d) Tangga Darurat

Tangga Darurat merupakan alat keselamatan yang dapat digunakan para pengunjung ketika terdesak dalam bahaya kebakaran.

5.4.7 Pengamanan Bahaya Petir

Tujuan dari pengamanan bahaya petir adalah mendapat solusi untuk bahaya petir. Faktor yang menentukan ialah kemampuan untuk melindungi dari bahaya petir dan tidak menyebabkan efek flashover dan elektrifikasi pada saat penangkal petir mengaruskan arus listrik ke grounding.


(5)

commit to user

180 Gambar 5.54 Penangkal Petir

(Sumber : www.google.co.id diakses pada tanggal 7 maret 2012)

5.4.8 Keamanan

Museum merupakan tempat penyimpanan barang-barang berharga dan memiliki nilai sejarah yang tinggi, untuk itu perlu adanya sistem keamanan yang digunakan untuk memproteksi materi koleksi dari tindakan-tindakan jahat yang mungkin terjadi. Untuk menghindari tindakan-tindakan tersebut, maka akan lebih baik jika menggunakan sistem keamanan yang baik dan ketat pada museum kereta api ini. Berikut merupakan bentuk dari sistem keamanan yang dapat digunakan pada museum kereta api ini. Sistem keamanan tersebut ialah sebagai berikut.

a) Security Control System

Ialah ruang kontrol keamanan yang dilengkapi server dan peralatan

jaringan untuk mengelola sub system CCTV, a ccess control, interussion dan

alarm.

b) CCTV

CCTV (closed circuit television) adalah kamera yang digunakan untuk


(6)

commit to user

181 c) Ga te Protection System

Sistem ini digunakan pada jalur-jalur akses yang dilewati pengguna museum. Alat ini dapat mendeteksi barang-barang yang di sengaja maupun tidak sengaja dibawa dengan tujuan keamanan. Jika ketahuan membawa barang

koleksi/barang berharga milik museum, maka secara otomatis Ga te Protection

System akan memberi tanda pada pihak keamanan.

d) Distribution a la rm System

Aplikasi alarm sistem lebih untuk mendistribusikan sinyal alarm ke tempat pos penjagaan. Konsep utama dari Distribution alarm ini adalah quick respon, yaitu seberapa cepat sinyal bahaya tersebut dapat disampaikan dengan bentuk yang sejelas-jelasnya agar kecepatan tanggap dapat terpenuhi.