19 a. Prinsip Multimedia
Siswa bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-gambar daripada dari kata-kata saja.
b. Prinsip Keterdekatan Ruang Siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar terkait
disajikan saling berdekatan daripada saat disajikan saling berjauhan di halaman atau layar.
c. Prinsip Keterdekatan Waktu Siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang terkait
disajikan secara simultan berbarengan daripada secara suksesif bergantian. d. Prinsip Koherensi
Siswa bisa belajar lebih baik jika kata-kata, gambar-gambar, atau suara-suara tambahan dibuang daripada dimasukkan.
e. Prinsip Modalitas Siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada animasi dan teks
on-screen. f. Prinsip Redudansi
Siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada animasi, narasi, dan teks on-screen.
g. Prinsip Perbedaan Individual Pengaruh desain lebih kuat terhadap siswa berpengetahuan rendah daripada
siswa berpengetahuan tinggi, dan terhadap siswa berkemampuan spasial tinggi daripada berkemampuan spasial rendah.
20
8. Model Pengembangan Multimedia Interaktif
Untuk menghasilkan produk multimedia interaktif yang baik, diperlukan prosedur yang benar dalam proses pengembangannya. Prosedur pengembangan
merupakan penjabaran dari model pengembangan yang digunakan. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan multimedia
interaktif ini merupakan model pengembangan multimedia pembelajaran yang dikembangkan oleh Lee Owens. Lee Owens sebagaimana dikutip oleh
Sutirman 2013: 20 mengemukakan bahwa prosedur pengembangan multimedia pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Analisis Sebelum mengembangkan multimedia interaktif, terlebih dahulu harus
dilakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan cara studi lapangan atau melalui studi pustaka.
b. Desain Tahap desain mencakup desain pembelajaran dan desain produk multimedia.
Desain pembelajaran meliputi komponen-komponen pembelajaran antara lain standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan rancangan evaluasi.
Adapun desain produk multimedia meliputi flowchart diagram alir, storyboard, dan komponen penyusun multimedia interaktif misalnya gambar,
suara, atau animasi. c. Pengembangan
Tahap pengembangan merupakan tahapan produksi media sesuai dengan desain yang telah direncanakan. Pada tahap ini dilakukan assembling atau
21 perakitan berbagai komponen penyusun multimedia interaktif menjadi satu
kesatuan yang utuh dan siap digunakan. d. Evaluasi
Evaluasi terhadap multimedia pembelajaran dilakukan dengan cara validasi oleh ahli materi dan ahli media untuk mengetahui kualitas media yang telah
dikembangkan. Selain dilakukan penilaian oleh ahli, evaluasi juga dilakukan dalam bentuk uji coba dengan pengguna.
9. Evaluasi Multimedia Interaktif
Multimedia yang dikembangkan perlu dievaluasi terlebih dahulu sebelum dipakai secara luas. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
multimedia yang telah dibuat dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana produk yang
dikembangkan tersebut layak digunakan sebagai media pembelajaran. Evaluasi multimedia pembelajaran biasanya dilakukan sejak proses
pengembangan. Evaluasi yang dilakukan selama proses pengembangan disebut dengan ongoing evaluation. Selain ongoing evaluation, multimedia pembelajaran
yang dikembangkan harus diujicoba melalui evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan dengan melakukan alpha test dan beta test. Alpha test adalah evaluasi
yang dilakukan oleh ahli dalam bidang media atau materi, sedangkan beta test adalah penilaian yang dilakukan oleh calon pengguna produk Winarno, dkk.,
2009: 72-73. Alpha test dalam evaluasi formatif bertujuan untuk memperoleh masukan
dan saran dari ahli media dan ahli materi terhadap produk yang dikembangkan.