lxvii
3. Jenis Obat yang Digunakan
Jenis obat tiap golongan yang digunakan oleh pasien anak penderita asma bronkial rawat jalan di RSPR Yogyakarta Tahun 2006 dapat dilihat sebagai
berikut.
a. Simpatomimetik
Jenis obat simpatomimetik yang digunakan untuk pasien anak asma bronkial antara lain terbutalin, salbutamol, prokaterol HCl.
Tabel VIII. Jenis Obat Simpatomimetik yang Digunakan Pasien Anak Asma Bronkial yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Tahun 2006 No Simpatomimetik
Jumlah 0bat
Persentase 1
Terbutalin 6
7,4 2 Salbutamol
51 63,0
3 Prokaterol HCl
11 13,6
Jumlah 68
84,0 Penggunaan simpatomimetik sebagai bronkodilator untuk mengatasi sesak
napas. Pada kasus ini salbutamol sebagai stimulant adrenoseptor beta-2 selektif yang efektif mengatasi serangan asma ringan sampai sedang dengan cepat paling
banyak digunakan, karena golongan simpatomimetik dapat merelaksasikan otot polos saluran pernapasan dan menghambat pelepasan senyawa bronkokontriksi
dari mediator pencetus alergi. Salbutamol, terbutalin sulfat, dan prokaterol hidroklorida yang termasuk dalam golongan simpatomimetik memiliki toksisitas
sistemik yang rendah dibandingkan dengan aminofilin dan teofilin dari golongan xantin serta lebih efektif bila digunakan dalam sediaan inhalasi, karena efek dari
zat-zat golongan simpatomimetik lebih cepat menuju ke saluran pernapasan yang mengalami bronkokontriksi dan merelaksasikan otot polos saluran pernapasan.
lxviii
b. Xantin
Jenis obat Xantin yang digunakan untuk pasien anak asma bronkial dapat diamati pada tabel IX.
Tabel IX. Jenis Obat Xantin yang Digunakan Pasien Anak Asma Bronkial yang Menjalani Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006
No Xantin Jumlah
0bat Persentase
1 Aminofilin 24
29,6 2 Teofilin
11 13,6
Jumlah 35
43,2
Dalam penanganan asma secara umum, teofilin dan aminofilin merupakan pilihan yang baik untuk mengatasi obstruksi saluran napas, menghambat reaksi
lambat tetapi tidak mempunyai efek terhadap hiperreaksi bronkus dan dapat memperkuat kerja otot diafragma. Pada kasus yang diamati, teofilin dan
aminofilin penggunaanya lebih sedikit dibanding dengan simpatomimetik. Pada data pengobatan asma bronkial pasien anak rawat jalan menunjukkan beberapa
kasus menggunakan simpatomimetik dan xantin secara bersamaan. Teofilin digunakan untuk mengatasi obstruksi saluran napas, dimana cara
kerjanya yaitu menekan pelepasan mediator peradangan yang ditimbulkan oleh alergen misalnya histamin dari sel mastosit yang disensitisasikan oleh IgE.
Kadar teofilin dalam serum yang diinginkan berkisar dari 10 sampai 20 μgml,
dan biasa diperoleh dengan memberikan dosis 5 sampai 6 mgkg BB setiap 6 jam. Aminofilin merupakan bentuk garam dari teofilin yang larut dalam air atau
suatu campuran teofilin dengan etilendiamin sehingga memiliki kelarutan 20 kali lebih baik dibanding teofilin, yang bekerja mengurangi pembebasan mediator.
Larutan steril aminofilin digunakan secara luas untuk penobatan intravena pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lxix asma berat, tetapi menyebabkan rasa sakit yang berat dan cedera jaringan jika
disuntikkan melalui jalan lain. Pemakaian kombinasi antara bronkodilator xantin dan simpatomimetik
dapat memperkuat efek terhadap jantung yaitu menyebabkan kerja jantung bertambah sehingga menyebabkan pasien merasa gemetar dan dada berdebar-
debar. Efek ini dapat dikurangi dengan menggunakan obat bronkodilator dalam bentuk sediaan aerosol dan dengan pemantauan dokter dimana pemakaian teofilin
dimulai dengan dosis terkecil dan secara bertahap setiap tiga hari dosisnya ditingkatkan dengan memperhatikan kadarnya dalam darah, namun dalam
penelitian ini tidak memperhatikan keadaan klinis pasien setelah menggunakan obat asma di RSPR
Hal ini hendaknya diteliti lebih lanjut apakah kombinasi dari kedua golongan tersebut yang fungsinya sama-sama sebagai bronkodilator benar-benar
efektif, mengingat prinsip pemberian obat pada anak dan biaya yang akan dikeluarkan.
c. Kortikosteroid