xxxix
6. Klasifikasi Asma
a. Klasifikasi asma berdasarkan derajat penyakit Pedoman nasional asma anak membagi derajat asma menjadi 3 derajat
penyakit : 1 asma episodik jarang, 2 asma episodik sering, 3 asma persisten. Tabel III. Klasifikasi Derajat Penyakit Asma Rahajoe dkk, 2004
Parameter klinis,kebutuhan
obat,dan faal paru Asma Episodik
Jarang Asma Episodik
Sering Asma Persisten
1.Frekuensi serangan
2.Lama serangan 3.Intensitas
serangan
4.Diantara
serangan
5.Tidur dan
aktivitas
6.Pemeriksaan fisis
diluar serangan
7.obat pengendali
antiinflamasi
8.Uji faal paru
diluar serangan
9.Variabilitas faal
paru bila ada serangan
1×bulan 1 minggu
biasanya ringan tanpa gejala
tidak terganggu normal tidak
ditemukan kelainan
tidak perlu FEV1FVC80
Variabilitas 15 ×bulan
1 minggu biasanya sedang
sering ada gejalanya
sering terganggu mungkin terganggu
ditemukan kelainan
perlu FEV1FVC 60-
80 Variabilitas 30
Sering Hampir sepanjang
tahun, tidak ada remisi
biasanya berat gejala siang dan
malam sangat terganggu
tidak pernah normal
perlu FEV1FVC 60
Variabilitas20- 30
Variabilitas 50
Konsensus Internasional III membagi derajat penyakit asma anak berdasarkan keadaan klinis dan kebutuhan obat menjadi 3 yaitu, asma episodik
xl jarang yang meliputi 75 persen populasi anak asma, asma episodik sering meliputi
20 persen populasi, dan asma persisten meliputi 5 persen populasi Rahajoe dkk, 2004.
b. Berdasarkan macam rangsangan atau faktor pencetus asma patogenesisnya dapat dibedakan menjadi dua.
1 Asma ekstrinsik imunologik Bentuk asma ekstrinsik biasanya terdapat pada anak-anak dengan
riwayat keluarga semua bentuk alergi yang jelas. Proses imun berperan pada suatu penyakit, bila penyakit tersebut terdapat antigen atau alergen dan
antibodi atau sel yang tersensitisasi. Pada asma, alergen merupakan zat-zat yang ditemukan di sekitar lingkungan seperti debu, bulu-bulu binatang, tungau
dan sebagainya. Pada proses imun sebagai antibodi adalah Ig E dan sebagai sel yang tersensitisasi adalah sel mastosit. Sel mastosit akan mengeluarkan
zat-zat kimia yang disebut mediator ke jaringan sekitarnya. Bila mediator dilepaskan pada saluran napas akan menyebabkan penyempitan saluran napas
dan menimbulakan gejala asma Abidin dan Ekarini, 2002. 2 Asma intrinsik Non imunologik
Asma intrinsik merupakan asma yang tidak disebabkan oleh faktor lingkungan dan tidak diketahui penyebabnya serta dipicu oleh faktor-faktor
non alergen seperti infeksi oleh virus, iritan, emosi dan olahraga. Asma ini umumnya terjadi pada orang dewasa dan mempunyai kecenderungan lebih
sering kambuh dan lebih berat keparahannya dibanding dengan asma ekstrinsik. Asma intrinsik dan imunologik dipostulasikan sebagai hasil
xli berbagai abnormalitas kontrol parasimpatik fungsi saluran nafas. Otot polos
saluran udara, kelenjar submukosa dan kapiler diatur oleh sistem saraf otonom, rangsangan kolinergik dan alfa adrenergik menyebabkan
bronkokonstriksi dan sekresi mukosa, adanya rangsangan beta-alfa reseptor dari sel mukosa bronkial dapat menyebabkan banyaknya gejala asma.
Kemungkinan beberapa intervensi yang menghambat jalur beta adrenergik dapat juga menyebabkan bronkokonstriksi Abidin dan Ekarini, 2002.
c. Klasifikasi berdasarkan pola waktu serangan Klasifikasi asma juga bisa dibuat berdasarkan pola waktu terjadi serangan
yang dipantau dengan pemeriksaan APE. Klasifikasi ini mencerminkan berbagai kelainan patologi yang menyebabkan gangguan aliran udara serta mempunyai
dampak terhadap pengobatan. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah: 1 Asma intermiten
Pada jenis ini serangan asma timbul kadang-kadang. Di antara dua serangan APE normal, tidak terdapat atau ada hiperreaktivitas bronkus yang
ringan. 2 Asma persisten
Terdapat variabilitas APE antara siang dan malam hari, serangan sering terjadi dan terdapat hiperaktivitas bronkus. Pada beberapa penderita
asma persisten yang berlangsung lama, faal paru tidak pernah kembali normal meskipun diberikan pengobatan kortikosteroid yang intensif.
xlii 3 Asma britel
Penderita jenis ini mempunyai saluran napas yang sangat sensitif, variabilitas obstruksi saluran napas dari hari ke hari sangat ekstrim.
Beratnya derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan dan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan untuk menangani timbulnya
serangan yang mungkin akan terjadi Kumarawati, 2004.
7. Penatalaksanaan Asma