xlii 3 Asma britel
Penderita jenis ini mempunyai saluran napas yang sangat sensitif, variabilitas obstruksi saluran napas dari hari ke hari sangat ekstrim.
Beratnya derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan dan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan untuk menangani timbulnya
serangan yang mungkin akan terjadi Kumarawati, 2004.
7. Penatalaksanaan Asma
Asma pada kebanyakan penderita dapat dikontrol secara efektif meskipun tidak dapat disembuhkan. Penatalaksanaan yang paling efektif adalah mencegah
atau mengurangi inflamasi kronik dan menghilangkan faktor penyebab. Faktor utama yang berperan dalam kesakitan dan kematian pada asma adalah tidak
terdiagnosisnya penyakit ini dan pengobatan yang tidak cukup. Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit. Asma dikatakan terkontrol bila:
a. gejala kronik minimal sebaiknya tidak ada, termasuk gejala asma malam
b. eksaserbasi minimal jarang
c. tidak ada kunjungan ke Unit Gawat Darurat
d. kebutuhan obat agonis -2 minimal idealnya tidak diperlukan
e. tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk exercise
f. variasi harian APE kurang dari 20
g. nilai APE normal atau mendekati normal
h. efek samping obat minimal tidak ada.
i. tujuan penatalaksanaan asma adalah untuk
j. menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
xliii k.
mencegah eksaserbasi penyakit l.
meningkatkan fungsi paru mendekati nilai normal dan m.
mempertahankan nilai tersebut n.
mengusahakan tercapainya tingkat aktivitas normal, ter- o.
masuk exercise p.
menghindari efek samping karena obat q.
mencegah kematian karena asma Penatalaksanaan asma jangka panjang perlu dirancang sedemikian rupa
agar penyakit dapat dikontrol dengan pemberian obat-obatan seminimal mungkin. Pengobatan diberikan berdasarkan tahap beratnya penyakit. Secara garis
besar obat asma terdiri atas 2 golongan, yaitu pertama, obat yang berguna untuk menghilangkan serangan asma, yaitu mengurangi bronkokonstriksi yang terjadi.
Obat ini disebut obat pelega napas reliever yang umumnya bekerja sebagai bronkodilator dan golongan obat kedua adalah obat yang dapat mengontrol asma
disebut sebagai controller medications. Obat ini diberikan setiap hari untuk jangka waktu yang lama.
a. Pengobatan asma ditujukan pada macam-macam aspek seperti berikut ini. 1 Kausal : mencari dan menentukan sebabnya, bila diketahui sebabnya maka
dengan menghindari sebab itu akan mengurangi kemungkinan mendapat serangan terutama dari sebab-sebab yang tergolong pada faktor pencetus.
2 Simptomatis : pengobatan yang hanya untuk menghilangkan gejala asma. 3 Obat pencegah serangan : berguna untuk mencegah agar serangan asma
tidak sering terjadi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xliv 4 Imunoterapi : dengan jalan mengurangi bahan-bahan yang menyebabkan
timbulnya serangan asma Baratawidjaja, 2001. b. Prinsip umum pengobatan asma bronkial adalah seperti berikut ini.
1 Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera. 2 Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma. 3 Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai
penyakit asma maupun tentang perjalanan penyakitnya, sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerja sama dengan
dokter yang merawatnya Baratawidjaja, 2001 . c. Obat-obat asma
Obat-obat asma terdiri dari dua bagian yaitu saat serangan asma dan pencegah serangan asma.
1 Obat saat serangan asma. a Bronkodilator
Bronkodilator menyebabkan relaksasi otot-otot polos yang berada di saluran pernafasan. Obat ini membantu mengontrol kondisi saluran pernafasan
yang menyebabkan hambatan pada aliran udara yang melewatinya. Bronkodilator sendiri terdiri atas 3 golongan yaitu:
1 Simpatomimetik Obat anti asma golongan simpatomimetik bekerja dengan jalan
merangsang reseptor-reseptor. Rangsangan ini akan menyebabkan reaksi kimia di dalam sel, yang hasilnya berupa efek yang sudah tertentu.
xlv Misalnya rangsangan terhadap reseptor beta 2 menyebabkan pelebaran
saluran nafas, obat-obatannya dikenal dengan nama agonis beta2 atau agonis beta 2 selektif. Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam
bentuk tablet, sirup, suntikan, dan semprotan Sundaru, 2001. 2 Xantin
Dalam golongan metil-xantin termasuk teofilin dan aminofilin teofilin dan etilendiamin, merupakan bronkodilator yang sering
digunakan pada pengobatan asma Bratawidjaya, 2004. Bentuk obatnya berupa tablet, kapsul, sirup, suntikan dan supositoria Sundaru, 2001.
3 Atropin Atropin hanyalah bronkodilator yang lemah sehingga tidak
dipergunakan sebagai obat utama anti asma. Turunan atropin yang lebih efektif dan aman yaitu pratiopium dalam bentuk Metered Dose Inhaler
MDI Sundaru, 2001. b
Kortikosteroid Kortikosteroid yaitu obat anti alergi dan anti peradangan
contohnya; prednison, metil prednisolon, hidrokortison. Cara kerjanya sebagai obat anti alergi yang kuat, mengurangi pembengkakan saluran
nafas dan memperbaiki kerja bronkodilator yang sudah melemah. Karena banyak efek sampingnya steroid diberikan bila obat-obatan
bronkodilator sudah tidak mempan lagi Sundaru, 1995. Hanya sebagian kecil penderita asma yang memerlukan kortikosteroid dalam
hidupnya, terutama asma menahun Bratawidjaya, 2001. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xlvi 2 Obat-obatan untuk mencegah serangan asma.
a Kromon Sodium kromolin adalah senyawa yang sudah lama tersedia bagi
perawatan profilaksis asma kurang lebih selama hampir 20 tahun. Mekanisme senyawa ini belum diketahui. Hal yang sudah diketahui
adalah bahwa kromon menghalangi early asthmatic respons EAR dan late asthmatic respons LAR serta mencegah menigkatnya
hiperaktivitas bronki berikutnya. Hal ini diduga bahwa semua aktivitas kromolin merupakan hasil stabilitas tiang sel membran. Profilaksis
jangka panjang dengan kromolin mencegah reaksi umum pada hiperaktivitas bronki yang disebabkan oleh tepung sari, debu dan alergen
yang dapat menghasilkan pengurangan pada dasar hiperaktivitas bronki. Kromilin menghalangi pergerakan invitro dalam neutrofil, makrofag,
dan eosinofil manusia Kelly dan Kamada, 1997. b Ketotifen
Dibandingkan dengan obat-obatan pencegah serangan asma yang lain seperti kortikosteroid aerosol, obat ini lebih praktis dan mudah
dipakai karena bentuk obatnya berupa tablet dan sirup. Angka keberhasilan pengobatan ketotifen pada asma berkisar antara 60-70.
Dosis pada anak-anak sama dengan orang dewasa yaitu 2 kali 1 mg sehari. Ketotifen terutama bermanfaat pada asma yang penyebabnya
alergi Sundaru, 2001. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xlvii c Kortikosteroid aerosol
Kebalikan dari obat yang bekerja sistematik, obat aerosol bekerja dengan jalan menempel di permukaan bagian tubuh yang sakit. Cara
kerja steroid aerosol pada dasarnya sama dengan yang sistematik yaitu sebagai anti alergi dan anti peradangan. Untuk melihat manfaatnya
diperlukan waktu sekitar 4 minggu. Diperkirakan steroid aerosol juga membantu memperkuat kerja dari bronkodilator Sundaru, 2001.
d Nedokromil Obat ini diduga mempunyai efek anti peradangan seperti halnya
natrium kromolin, nedokromil dipakai untuk mencegah asma ringan dan sedang, terutama yang disebabkan oleh alergen, kegiatan jasmani
maupun iritan seperti hawa dingin atau asap Sundaru, 2001. e Antileukotrien
Leukotrien adalah salah satu mediator dari reaksi alergi yang dapat menyebabkan gejala asma. Obat-obatan yang termasuk golongan anti
leukotrien bekerja dengan jalan mencegah terjadinya serangan asma. Oleh karena itu obat ini dipakai terus menerus untuk jangka panjang.
Keuntungan anti leukotrien bermanfaat pada asma yang dicetuskan oleh alergen, kegiatan jasmani, aspirin, dan iritan karena polusi udara
Sundaru, 2001. f Suntikan alergen Laprin
Istilah suntikan allergen bermacam-macam. Ada yang menyebut hiposensitisasi atau imunoterapi atau desensitasi, yang disuntikkan
xlviii adalah alergen atau zat penyebab alergi. Bila disuntikkan ke badan akan
membentuk zat anti kebal, sehingga suatu hari jika penderita terpapar kontak dengan alergen tadi, reaksi alergi tidak terjadi sama sekali dan
hasil akhirnya serangan asma tidak timbul Sundaru, 2001. Obat pengontrol asma yang paling efektif adalah kortikosteroid.
Cara pemberian yang paling baik adalah secara inhalasi. Pemakaian kortikosteroid inhalasi jangka panjang dapat menurunkan kebutuhan
terhadap kortikosteroid sistemik. Pada asma kronik berat dibutuhkan dosis inhalasi yang tinggi untuk mengontrol asma. Bila dengan dosis
inhalasi yang tinggi belum juga dapat mengontrol asmanya, maka ditambahkan kortikosteroid oral. Pada pemakaian kortikosteroid inhalasi
jangka panjang dapat timbul efek samping kandidiasis orofaring, disfonia dan kadang-kadang batu. Efek samping itu dapat dicegah
dengan pemakaian spacer atau dengan mencuci mulut sesudah pemakaian alat. Obat kortikosteroid sistemik diberikan bila obat inhalasi
masih kurang efektif dalam mengontrol asma. Obat sistemik juga diberikan pada seat terjadi serangan asma yang berat. Pemberian obat
selama 57 hari dapat digunakan sebagai terapi maksimal untuk mengontrol gejala asma. Pemberian demikian dilakukan pada permulaan
terapi jangka panjang maupun sebagai terapi awal pada asma yang tidak terkontrol atau selama masa perburukan penyakit. Pemberian obat
kortikosteroid jangka panjang mungkin perlu untuk mengontrol asma PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xlix persisten berat, tetapi pemberian itu terbatas oleh karena risiko terhadap
efek samping. Pemberian inhalasi kortikosteroid jangka lama selalu lebih baik
daripada pemberian secara oral maupun parenteral. Bila pemberian oral diberikan untuk jangka lama harus diperhatikan kemungkinan timbal
efek samping. Untuk jangka panjang pemberian obat secara oral lebih baik daripada parenteral. Preparat oral golongan steroid yang bersifat
short acting seperti prednison, prednisolon dan metil prednisolon lebih baik karena efek mineralokortikoidnya minimal, masa kerja pendek
sehingga efek samping lebih sedikit dan efeknya terbatas pada otot. Bila mungkin prednison oral jangka lama diberikan selang sehari pada pagi
hari untuk mengurangi efek samping. Tetapi kadang-kadang penderita asma berat memerlukan obat tiap hari bahkan dua kali sehari Anonim,
2003.
C. Peresepan pada anak-anak