Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang tercantum di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Mata pelajaran IPS SD mencakup beberapa materi yang berkaitan dengan bidang ilmu Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Mata pelajaran IPS sangat penting bagi peserta didik sebab dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Melalui mata pelajaran IPS SD, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab serta warga dunia yang cinta damai. Menurut Soemantri Sapriya, 2009:11 pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SDK Ganjuran kelas VB pada tanggal 12 Januari 2013, dalam proses pembelajaran IPS guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru hanya berpedoman pada buku paket IPS yang digunakan saat pembelajaran dan siswa hanya disuruh menggaris bawahi materi penting yang tertulis di buku paket tersebut. Setelah guru memberikan penjelasan, siswa disuruh mengerjakan latihan soal yang ada di buku paket. Selama observasi guru hanya duduk di kursinya dan guru juga terlihat kurang memperhatikan keadaan seluruh siswa dikelasnya. Hal ini terbukti dari 21 jumlah siswa, ada 66,67 siswa yang asyik berbicara dengan teman sebangkunya, ada 14,28 siswa yang sibuk bermain sendiri dan hanya 19,04 siswa yang memperhatikan guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa SDK Ganjuran, ada delapan siswa yang mengatakan bahwa mereka malas dengan mata pelajaran IPS karena membosankan dan banyaknya hafalan pada materi IPS. Pada hakikatnya mata pelajaran IPS dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup sulit karena materi IPS yang cukup luas mencakup bidang ilmu IPS, banyaknya konsep dan terdapat fakta sejarah sehingga siswa diharuskan menghafal seluruh materi yang bagi siswa abstrak. Menurut Suwarma Al Muchtar Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007:290, IPS lebih banyak memuat aspek kognitif pada tingkat rendah dan terpusat pada hafalan. Akibatnya pelajaran IPS lebih memberikan kesan kepada peserta didik sebagai pelajaran hafalan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPS kelas VB SDK Ganjuran, ditemukan bahwa pembelajaran IPS sama sekali tidak mengalami kesulitan. Namun dari hasil observasi dokumen nilai ulangan tengah semester UTS tahun 20112012 menunjukkan bahwa hasilnya kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yakni 62, dari 37 siswa terdapat 45,95 siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM dengan nilai rata-rata 60,89. Rendahnya hasil belajar tersebut dikarenakan materi pelajaran IPS yang banyak hafalan dan cenderung abstrak sehingga sulit diterima oleh siswa. Dari hasil observasi dan wawancara, peneliti menduga bahwa minat dan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran IPS sangat kurang. Melihat masalah yang muncul di SDK Ganjuran maka perlu adanya perubahan model dalam pembelajaran di kelas VB SDK Ganjuran. Guru dapat menggunakan salah satu contoh model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dipercaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, menghargai pendapat orang lain, memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman Rusman, 2011:205. Pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Peneliti memilih pembelajaran model kooperatif metode jigsaw dalam penelitiannya karena dengan menggunakan pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan daya ingat siswa, meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen, meningkatkan sikap anak yang positif, dan meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong. Pembelajaran metode jigsaw mempunyai ciri seperti, siswa dibagi menjadi kelompok heterogen dan masing-masing siswa berjumlah 4-6 orang. Setiap siswa dibentuk menjadi kelompok asal kemudian dibentuk lagi menjadi kelompok ahli. Di dalam kelompok ahli masing-masing kelompok mendapatkan materi yang berbeda-beda. Setiap kelompok mempelajari materi yang tersedia kemudian kembali pada kelompok asal. Pada kelompok asal setiap kelompok mendapatkan tugas yang diberikan untuk membahas materi bersama-sama. Dengan metode ini menjamin keterlibatan siswa dalam bekerjasama kelompok dan siswa mempunyai tanggungjawab yang sama terhadap materi yang dipelajari. Penggunaan pembelajaran kooperatif metode jigsaw diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi dan membantu siswa dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran kooperatif metode jigsaw mempunyai keunggulan dari model pembelajaran yang lainnya. Dengan pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar, mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik kesadaran individu dan pengaruh positif terhadap perkembangan anak.

B. Identifikasi Masalah