Pembahasan Hasil Penelitian ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

hanya diimplementasikan pada sekolah-sekolah yang dipilih oleh pemerintah. Sekolah-sekolah tersebut merupakan institusi yang dirasa cukup siap untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul. Berdasarkan pengamatan penulis selama penelitian, para guru saling berdiskusi dan bertukar pengalaman baik guru yang telah lama mengajar maupun guru yang belum lama mengajar. Karena saling berdiskusi bersama, informasi yang mereka dapatkan pun akan sama dan tidak jauh berbeda. Karena hal tersebut, guru dengan pengalaman yang berbeda dapat mempunyai pandangan yang sama sehingga menimbulkan persepsi yang sama tentang implementasi Kurikulum 2013. Pada saat ini guru muda lebih up to date dengan model-model pembelajaran tertentu, biasanya guru baru dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dengan menyediakan berbagai macam media pembelajaran yang baru, kegiatan belajar yang menarik peserta didik dan sumber belajar yang lebih up to date yang baru diperoleh dari pendidikannya. Hal ini sesuai dengan tema Kurikulum 2013 menurut Mulyasa 2013:99, menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi Kurikulum 2013, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna atau menyenangkan, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan. 2. Perbedaan Persepsi Guru yang Signifikan terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru Hasil analisis data untuk menguji perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru diketahui bahwa ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Hasil ini berdasarkan perhitungan dua sampel independent dengan nilai t hitung sebesar -2,004 lebih kecil dari nilai t tabel sebesar -1,985 dan nilai probabilitas Sig. 0,042 lebih kecil dari alpha 0,05 yang berarti Ha diterima. Berdasarkan deskripsi data menunjukkan bahwa terdapat 76 guru berjenjang pendidikan S-1, dan 22 guru berjenjang pendidikan S- 2. Sedangkan deskripsi data tentang perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru diperoleh hasil, 27 guru mempunyai persepsi sangat positif, 63 guru mempunyai persepsi positif, 8 guru mempunyai persepsi cukup positif, dan tidak ada guru yang mempunyai persepsi negatif dan sangat negatif. Hal ini menujukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai jenjang pendidikan S-1 dan berpersepsi positif terhadap implementasi Kurikulum 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013. Adanya perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru dapat ditunjukkan pada mean lampiran hal. 156 dan penilaian perbedaan persepsi guru terhadap implementasi Kurikulum 2013 berdasarkan PAP II lampiran hal. 149. Mean pada jenjang pendidikan S-1 adalah 148,30 masuk ke dalam kategori positif sedangkan mean pada jenjang pendidikan S-2 adalah 153,91 masuk ke dalam kategori positif. Meskipun kedua jenjang pendidikan berpersepsi positif, guru-guru dengan jenjang pendidikan S-2 memiliki persepsi positif yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru S-1. Guru dengan jenjang pendidikan S-2 mempunyai tingkat persepsi positif lebih tinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan S-1. Artinya adalah jenjang pendidikan S-2 lebih positif dalam mempersepsikan perubahan komponen Kurikulum 2013. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Anton 2008, yang menyatakan ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan. Dari hasil kesimpulan diperoleh bahwa tingginya jenjang pendidikan seorang guru erat kaitannya dengan kemampuan dan kompetensi mengajar yang dimiliki oleh guru tersebut. Semakin tinggi jenjang pendidikan seorang guru, maka akan memiliki kompetensi mengajar yang baik, mampu menerapkan teknologi dan seni dalam proses pembelajaran, dan mampu menerima perubahan-perubahan dan penyesuaian, berpusat pada pengembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungan. Seorang guru yang memiliki latar belakang jenjang pendidikan yang berbeda pasti akan memiliki pandangan yang berbeda pula. Misalnya guru yang memiliki latar belakang pendidikan S-1 tentu memiliki pandangan dan sikap yang lebih baik dari pada guru yang latar belakang pendidikannya lebih rendah yaitu D-3, D-2, maupun D-1. Tidak jauh berbeda dengan KTSP, dalam implementasi Kurikulum 2013 guru-guru dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah membutuhkan waktu atau proses penyesuaian terhadap perubahan Kurikulum. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam bidang penguasaan teknologi, kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung di lingkup sekolah, serta kurangnya kesadaran para guru untuk menggali informasi sebanyak- banyaknya mengenai Kurikulum 2013. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Lestari 2009, yang menyatakan tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan. Dari hasil penelitian Lestari 2009, menyatakan bahwa, banyak guru merasakan pada saat dirinya menguasai metode pembelajaran dari suatu kurikulum, kurikulum tersebut kemudian berganti lagi dan menuntut guru meningkatkan kreatifitas mengajarnya untuk mewujudkan Kurikulum itu. Baik guru dengan jenjang pendidikan S1 maupun S2 berusaha menguasai aspek yang diinginkan dari Kurikulum yang baru itu dengan berusaha mencari informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai KTSP melalui media massa maupun perkembangan teknologi berupa internet sehingga jenjang pendidikan tidak banyak mempengaruhi persepsi guru terhadap KTSP. Peningkatan kualitas tenaga kependidikan perlu memperhatikan salah satunya dengan meningkatkan kualitas tenaga kependidikan melalui pendidikan formal, informal, dan non formal. Dalam hal ini, lembaga-lembaga diklat di lingkungan dinas pendidikan nasional perlu senantiasa dioptimalkan perannya sesuai dengan tugas dan fungsinya Mulyasa, 2013:57-58. Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara dan pengamatan penulis ketika melakukan penelitian. Guru-guru dengan jenjang pendidikan rendah masih dalam proses penyesuaian dalam menghadapi perubahan kurikulum yang terjadi. Hal ini disebabkan karena salah satu strategi umum yang dilakukan pemerintah untuk mencapai pelaksanaan Kurikulum 2013 yaitu pelatihan-pelatihan kepada para guru-guru dirasa masih kurang. Kurikulum 2013 akan diimplementasikan secara bertahap, rencananya akan dilakukan pendampingan agar memiliki pemahaman dan kompetensi yang menunjang terlaksananya tematik integratif dalam mengembangkan potensi peserta didik secara optimal Mulyasa, 2013:105.

BAB VI KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan Bab V, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar. Hasil ini ditunjukkan dari nilai F hitung sebesar 1,614 lebih kecil dari nilai F tabel sebesar 3,0922 dengan nilai probabilitas Sig. 0,205 yang lebih besar dari alpha 0,05. 2. Ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Hasil ini ditunjukkan dari nilai t hitung sebesar -2,004 lebih kecil dari nilai t tabel sebesar -1,985 dengan nilai probabilitas Sig. 0,042 yang lebih kecil dari alpha 0,05.

B. Keterbatasan Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Di beberapa sekolah, peneliti tidak terlibat langsung dalam membagikan kuesioner, sehingga tidak dapat mengendalikan situasi saat pengisian kuesioner. Oleh karena itu, data yang diperoleh dimungkinkan tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis ketika melakukan penelitian maka saran yang dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru berkategori cukup berpengalaman. Sebaiknya guru lebih profesional dengan selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, rajin membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan pengetahuan yang di gelutinya dalam merancang pembelajaran efektif dan bermakna atau menyenangkan, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran, dan lebih up to date dengan model-model pembelajaran serta berbagai macam media pembelajaran yang baru. 2. Hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai jenjang pendidikan S-1. Sebaiknya Pemerintah Kabupaten Bantul harus lebih mempersiapkan, melakukan supervisi dan evaluasi, serta sering melakukan pelatihan-pelatihan yang ditujukan kepada semua guru baik guru yang berjenjang pendidikan rendah, maupun guru yang berjenjang pendidikan tinggi. Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut diharapkan para guru lebih siap dalam menghadapi perubahan Kurikulum yang terjadi. Dengan itu, guru lebih memahami implementasi Kurikulum 2013 sehingga tujuan Kurikulum 2013 dapat terlaksana sesuai dengan tujuan maupun harapan dunia pendidikan saat ini. Sebaiknya pemerintah juga sering datang ke sekolah untuk melihat secara langsung pelaksanaan Kurikulum 2013 supaya dapat menjadi bahan evaluasi untuk pelaksanaan di tahun ajaran berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Afifah, Riana. 2012. Kurikulum Diubah karena Kemampuan Siswa “Mandek”, Online, http:www.kompas.com, diakses 22 Desember 2012. Apriyanto, Markus Eko. 2007. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Kepegawaian, dan Lama Menjalani Profesi Guru. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Aulia, Luki. 2013. Jangan Paksa Diri demi Kurikulum 2013, Online, http:www.kompas.com, diakses 2 September 2013. Cahyaningsih, Cicilia Wulan. 2007. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Kepegawaian, dan Lama Menjalani Profesi Guru. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dokumen Kurikulum 2013: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Desember 2012 Dikutip dari: http:www.wordpress.com Effendi dan Tukiran. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Faiq, Muhammad. 2013. Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013 Online, http:penelitiantindakankelas.blogspot.com, diakses 5 Desember 2013. Faiq, Muhammad. 2013. Konsep Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013 Online, http:penelitiantindakankelas.blogspot.com, diakses 5 Desember 2013. Irwanto, dkk. 1988. Psikologi Umum. Jakarta: Pusat Penelitian Unika Atma Jaya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2013. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun 2002. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Mulyasa, E.. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E.. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muslich, Masnur. 2007. Sertifikasi Guru Menuju profesionalisme Pendidik. Jakarta : Bumi Aksara. Nazir, Moh.. 2005. Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Nugroho, Anton. 2008. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Kepegawaian, dan Lama Menjalani Profesi Guru. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Dasar- dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE. Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Sangadji dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam Penelitian Edisi I. Yogyakarta: ANDI. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV Pustaka Setia. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis Penedekatan Kuantitatif, Kualititatif, dan RD. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Penedekatan Kuantitatif, Kualititatif, dan RD. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods. Bandung: Alfabeta. Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala. Taniredja dan Mustafidah. 2011. Penelitian Kuantitatif Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Pustaka. Undang-Undang Nomor 14 Pasal 1 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 30 ayat 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2. Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum Edisi Kelima. Yogyakarta: ANDI. Wiryokusumo dan Mulyadi. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara.