72
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian
1. Hasil Penelitian
a. Motivasi Belajar Siswa
1 Kuisioner
Kuisioner merupakan salah satu instrumen untuk mendapatkan data motivasi belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan metode problem posing. Data hasil analisis motivasi belajar siswa sebagai berikut data lengkap dapat dilihat pada lampiran
C.6 :
Tabel 4.2 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Kriteria Motivasi Belajar
Jumlah Siswa
Sangat Tinggi ST 11
Tinggi T 14
Cukup C Rendah R
Sangat Rendah SR
Berdasarkan hasil tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebanyak 11 siswa memberikan tanggapan dengan kriteria motivasi belajar sangat tinggi
dan 14 siswa memberikan tanggapan dengan kriteria motivasi belajar tinggi. 11 siswa yang memberikan tanggapan sangat tinggi terdiri dari 7
siswa perempuan, 5 diantaranya adalah siswa yang mempunyai nilai ujian tulis cukup tinggi dan tuntas KKM dan 4 siswa laki-laki yang
mendapatkan nilai ujian tulis kurang baik bahkan dibawah KKM. 14 siswa yang memberikan tanggapan tinggi terdiri dari 11 siswa laki-laki
73
dan 3 siswa perempuan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa memberikan tanggapan positif dari proses pembelajaran
dengan menggunakan metode problem posing pada pokok bahasan luas permukaan dan volume bengun datar prisma dan limas.
2 Wawancara
Wawancara dilakukan setelah siswa melaksanakan tes hasil belajar dan telah mengisi kuisioner. Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar
dan kuisioner motivasi belajar, maka peneliti melakukan wawancara terhadap seluruh siswa yang telah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode problem posing pada pokok bahasan luas permukaan dan volume bangun datar prisma dan limas. Wawancara ini
dilakukan terhadap seluruh siswa agar data yang diperoleh lebih maksimal.
Berikut merupakan pertanyaan-pertanyaan wawancara yang diajukan kepada siswa :
1 Apakah kamu suka dengan pelajaran matematika?
2 Apakah kamu suka dengan pembelajaran yang menggunakan
metode problem posing? 3
Bagaimana tanggapan kamu mengenai pembelajaran menggunakan metode problem posing?
4 Apakah metode problem posing lebih menerik dibandingkan
dengan pembelajaran yang menggunakan metode lain?
74
5 Apa yang kalian rasakan saat melakukan pembuatan soal secara
berkelompok? Peneliti memberikan kelima pertanyaan tersebut kepada siswa,
namun ada beberapa pertanyaan peneliti yang ditanyakan kepada siswa yang bukan merupakan bagian dari kelima pertanyaan tersebut agar
siswa tidak terlalu tegang dan dapat menjawab pertanyaan dengan lebih santai sesuai dengan apa yang mereka rasakan, seperti meminta
penjelasan lebih detail kepada siswa. Peneliti juga sering menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal agar siswa tidak merasa kaku dan takut
saat dilakukan wawancara. Peneliti berusaha untuk lebih akrab dengan siswa agar mereka mau lebih terbuka saat menjawab pertanyaan. Siswa
melakukan wawancara berdua-dua dengan teman sebangku mereka, hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa tidak terlalu tegang.
Dari seluruh siswa yang telah dilakukan wawancara, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa mengatakan menyukai pelajaran
matematika dan suka dengan pembelajaran yang menggunakan metode problem posing,
seperti terlihat pada petikan wawancara berikut : Transkrip 1
Pn : Kalian suka matematika ga? P7 : Suka baget
P10 : Suka Pn : Kenapa suka matematika?
P7 : Ya suka aja, rumusnya asik P10 : Asik aja gitu, menantang
Pn : Terus apa lagi? P10 : Ya kaya bisa mecahin masalah aja gitu
75
Transkrip 2 Pn : Kalian berdua suka sama matematika ga?
L9 : Enggak suka Pn : Kenapa ga suka?
L9 : Pusing, sulit Pn : Sulitnya gimana?
L9 : Rumusnya banyak sama ga suka ngitung L2 : Enggak suka
Pn : Kenapa ga suka? L2 : Pusing kalau ngitung-ngitungnya banyak
Transkrip 3 Pn
: Langsung aja ya saya mau tanya kalian suka matematika ga? P3
: Saya enggak P9
: Ya agak suka agak enggak P3
: Kalo aku tergantung materinya kak, Kalau bisa ya jadi suka kalau gak ya gak
Pn : Kalau Metta gimana?
P9 : Waktu dulu dari SD ga suka tapi pas masuk SMP jadi suka kan
gurunya jelasinnya enak Pn
: Berarti tergantung gurunya? Tergantung belajarnya disekolah ya P9
: Iya Pada transkrip 1 nampak bahwa siswa tersebut sangat menyukai
matematika karena menurutnya matematika itu menyenangkan dan menantang, banyak soal yang menantang untuk dikerjakan dan menarik
untuk mencari tahu jawabannya. Pada transkrip 2 nampak bahwa siswa yang
bersangkutan tidak
menyukai matematika
dikarenakan menurutnya matematika sulit dan membuatnya semakin pusing karena
76
banyak angka dan menghitung sehingga matematika kurang menarik. Pada transkrip 3 nampak bahwa salah satu siswa yang bersangkutan
menyukai matematika tergantung dengan guru yang mengajar, menurutnya cara mengajar guru sangat mempengaruhinya dalam
belajar. Menurutnya jika guru cara mengajar guru menarik maka dia akan nyaman dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut.
Transkrip 4 Pn : Terus ada lagi yang mau diceritakan?
P10 : Kalo buat soal tu susah nyari angkanya.. kan susah nyarinya kalo dicoba ternyata ga ada jawabannya. Tapi kalo ngerjainnya gampang..
Transkrip 5 Pn : Kalian berarti suka pakai metode itu?
L5 : Senang mbak senang L11 : Senang dong mbak, iya enak banget
Pn : Kalau dibandingkan dengan metode pembelajaran yang biasa
digunakan kalian suka yang mana? L5
: Seneng mbak enak yang bikin soal kan kalau bikin soal kreatifnya beda, kita kan jadi dapat tantangan gitu lho mbak, membuat soal harus
punya jawaban yang benar Pn : Kalau membuat kunci jawabannya bingung ga?
L11 : Ga tu mbak, gampang aja L5 : Ya asal tahu rumusnya, caranya bener ya dapet jawabannya
Pada pembelajaran, banyak dari siswa yang menyukai dengan metode problem posing yang digunakan, nampak pada transkrip 5
nampak siswa senang dengan metode yang digunakan karena menurutnya metode tersebut dapat membuatnya semakin kreatif karena
77
dengan membuat soal, siswa akan semakin aktif dan lebih bersemangat dalam belajar. Namun tidak menutup kemungkinan jika siswa juga
mengalami kesulitan, seperti nampak pada transkrip 4 bahwa siswa mengalami kesulitan saat membuat soal, kesulitan terletak pada mencari
angka-angka yang pas sehingga soal yang dibuat akan baik dan dapat dikerjakan.
Melihat hasil kuisioner siswa dan hasil wawancara, nampak bahwa siswa menikmati pembelajaran dengan menggunakan metode problem
posing walaupun ada beberapa kendala, misalnya pengetahuan siswa
mengenai materi yang bersangkutan kurang baik sehingga sedikit menghambat dalam pembuatan soal, teman sekelompok yang tidak
dapat diajak untuk kerjasama, dan mencari angka yang pas untuk membuat soal. Metode problem posing dapat menarik perhatian siswa
dalam pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dalam mempelajari matematika. Transkrip lengkap wawancara dapat dilihat di
lampiran C.7. 3
Observasi dan dokumentasi Hasil observasi berupa deskripsi pengamatan observer saat
pembelajaran berlangsung. Hasil observasi dapat dilihat sebagai berikut peta kerawanan kelas dapat dilihat pada lampiran C.4 :
a Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama observer 1 mengamati 8 siswa, observer 2 mengamati 9 siswa dan observer ketiga mengamati 7 siswa karena 2
78
siswa tidak masuk. Semua siswa sudah masuk tepat waktu dan duduk ditempat duduknya masing-masing namun ada beberapa
siswa yang masih mengobrol dan asik dengan teman sebangkunya. Siswa juga sudah mempersiapkan buku dan alat tulisnya diatas
meja. Pada kegiatan inti siswa mulai mengerjakan tugas yang telah
diperintahkan oleh guru. Tidak semua siswa bersemangat saat mengerjakan tugas, beberapa siswa malah asik ngobrol dengan
teman sebangkunya bahkan teman dari kelompok lain sehingga menjadikan suasana kelas tidak kondusif, namun demikian guru
tetap mengawasi siswa dan menegur jika kondisi kelas sudah tidak kondusif. Siswa juga banyak yang aktif bertanya kepada guru serta
berkonsultasi dengan guru mengenai pembuatan soal dan kunci jawaban yang mereka buat walaupun ada beberapa dari siswa yang
mengerjakan tugas kelompoknya sendiri karena teman satu kelompoknya sibuk bergurau dan mengobrol dengan teman dari
kelompok lain. Di sisi lain guru juga tetap berkeliling kelas dan mengecek pekerjaan siswa pada setiap kelompok. Selain aktif
bertanya siswa juga mencari referensi dari buku paket dan LKS dalam pembuatan soal. Pada pertemuan ini sebagian besar siswa
mengerjakan tugasnya dengan baik walaupun tidak dapat menyelesaikan 4 soal yang harus dibuat untuk masing-masing
kelompok.
79
Pertemuan akhir siswa mengumpulkan tugasnya dan langsung keluar kelas untuk istirahat.
b Pertemuan kedua
Pada pertemuan pertama observer 1 mengamati 8 siswa, observer 2 mengamati 9 siswa dan observer ketiga mengamati 8 siswa karena 1
siswa tidak masuk. Ada 1 siswa yang terlambat masuk kelas. Pada pertemuan kali ini siswa mengerjakan soal yang pada pertemuan
sebelumnya sudah dibuat oleh siswa juga. Setiap siswa mengerjakan soal secara mandiri. Guru menjelaskan mengenai sistematika
pengerjaan soal, namun ada satu siswa yang berulangkali bertanya kepada guru mengenai sistematika pengerjaan. Ada satu siswa yang
sama sekali tidak mengerjakan tugasnya, malah mengobrol dengan teman dan minta jawaban dari teman, jadi siswa tersebut tidak
mengerjakan sendiri namun minta dikerjakan teman lain. Setelah siswa mengerjakan tugasnya kemudian dikembalikan kepada
kelompok pembuat soal untuk dikoreksi dan dicocokan dengan kunci jawaban yangtelah dibuatpada pertemuan sebelumnya.
Setetlah selesaikemudian siswa mengumpulkan tugasnya kepada guru untuk dikoreksi kembali oleh guru.
c Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ketiga ini observer 1 mengamati 17 siswa dan observer 2 mengamati 8 siswa hal ini dikarenakan 1 observer
berhalangan untuk hadir. Semua siswa sudah masuk kelas dan
80
duduk ditempat duduknya masing-masing, menyiapkan buku dan alat tulis. Namun masih ada beberapa siswa yang asik mengobrol
dan bercanda dengan temannya. Guru langsung menjelaskan tugas yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok, sebelumnya guru
mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru.
Pada kegiatan inti siswa langsung bekerja dengan teman sebangku. Meskipun demikian nampak ada beberapa siswa yang kurang
bersemangat, nampak pada sikap siswa yang asik bermain dengan alat tulisnya dan mengobrol dengan teman tanpa mengerjakan
tugasnya dengan baik. Saat kerja kelompok juga Nampak beberapa kelompok yang tidak bekerjasama, satu siswa mengerjakan dan
lainnya sibuk mengobrol dan ada beberapa yang terlihatmelamun juga. Ada juga satu kelompok yang nampak tidak saling berdidkusi
dan terkesan mengerjakan tugas secara individu. Siswa juga aktif bertanya kepada guru dan terlihat lebih aktif. Pada pertemuan ketiga
ini siswa membuat soal mengenai volume bangun ruang sisi datar prisma dan limas. Hampir semua siswa mengerjakan tugas
kelompok sampai selesai dan mengerjakan 4 soal yang diminta sekaligus dengan kunci jawabannya. Hal ini bisa terjadi karena
siswa mulai mengenal metode problem posing dan materi yang lebih mudah dibandingkan materi sebelumnya.
81
Pada akhir pembelajaran siswa mengumpulkan semua tugas dan mendengarkan penjelasan guru mengenai pertemuan selanjutnya.
Guru menutup dengan salam. d
Pertemuan keempat Pada pertemuan ini observer 1 mengamati 8 siswa, observer 2
mengamati 9 siswa, observer 3 mengamati 8 siswa dikarenakan 1 siswa tidak masuk. Pada pertemuan kali ini siswa diminta untuk
mengerjakan soal yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Setiap siswa mengerjakan soal secara individu. Siswa mengerjakan
dengan tenang
dan kondusif,
namun pada
pertengahan pembelajaran, beberapa siswa mulai mengobrol dengan temannya
bahkan ada yang mengobrol diluar topik materi yang sedang dikerjakan. Tidak lama guru mulai menegur siswa yang mulai
kurang konsentrasi dalam pembelajaran dan memintanya untuk kembali mengerjakan tugasnya. Setelah siswa selesai mengerjakan
tugasnya maka siswa mengembalikan hasil pekerjaannya kepada kelompok pembuat soal yang kemudian akan dicocokkan dengan
kunci jawaban yang telah dibuat sebelumnya. Selesai mengoreksi kemudian siswa kembali mengumpulkan tugasnya kepada guru
untuk dikoreksi kembali. Guru memberikan penjelasan mengenai pertemuan berikutnya karena akan diadakan ujian tertulis mengenai
materi yang sudah dipelajari. Hasil observasi lengkap dapat dilihat di lampiran C.5.
82
b. Prestasi Belajar Siswa
Hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar yang telah dilakukan oleh peneliti. Di SMP Kanisius Kalasan, untuk pelajaran
matematika kelas VIII menetapkan KKM adalah 76. Berikut merupakan hasil tes hasil belajar siswa yang telah dilakukan oleh siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing
pada materi luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar prisma dan limas data lengkap dapat dilihat pada lampiran C.3 :
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A
Presensi Nama
Siswa Poin
Nilai Kriteria
16 P7
63 96.92
Tuntas 13
P5 62
95.38 Tuntas
25 P10
62 95.38
Tuntas 20
P9 60
92.31 Tuntas
3 P1
50 76.92
Tuntas 17
P8 46
70.77 Tidak Tuntas
4 L3
44 67.69
Tidak Tuntas 21
L12 35
53.85 Tidak Tuntas
14 P6
32 49.23
Tidak Tuntas 9
L7 30
46.15 Tidak Tuntas
10 P3
29 44.62
Tidak Tuntas 18
L10 27
41.54 Tidak Tuntas
22 L13
25 38.46
Tidak Tuntas 11
P4 22
33.85 Tidak Tuntas
6 L5
20 30.77
Tidak Tuntas 8
P2 18
27.69 Tidak Tuntas
24 L15
18 27.69
Tidak Tuntas 7
L6 16
24.62 Tidak Tuntas
12 L8
16 24.62
Tidak Tuntas 1
L1 15
23.08 Tidak Tuntas
83
Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa 5 siswa dapat melampaui KKM. dapat dilihat persentase siswa yang lulus KKM adalah sebesar :
�� �� � � = 5
25 × 100 = 20
Pada kelas ini, siswa yang lulus KKM sebesar seperlima dari jumlah siswa secara keseluruhan. Jika dilihat dari rata-rata kelasnya, ada 10
siswa yang mempunyai nilai diatas rata-rata. Persentase siswa yang mempunyai nilai diatas nilai rata-rata kelas adalah :
�� �� � � = 7
25 × 100 = 28
Jika dilihat dari nilai rata-rata kelas, siswa yang mempunyai nilai diatas rata-rata kelas juga hampir sama dengan persentase siswa yang
lulus KKM. Melihat nilai yang diperoleh siswa sangat kontras. Nilai siswa ada yang sangat tinggi namun juga ada yang sangat rendah.
Sedikitnya siswa yang lulus KKM disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
a Siswa tergolong baru dalam menggunakan metode problem posing
sehingga siswa masih harus beradaptasi dalam mempelajari materi ini.
26 L16
14 21.54
Tidak Tuntas 2
L2 13
20.00 Tidak Tuntas
23 L14
12 18.46
Tidak Tuntas 19
L11 11
16.92 Tidak Tuntas
15 L9
10 15.38
Tidak Tuntas 5
L4 8
12.31 Tidak Tuntas
Rata-rata 44.85
84
b Siswa kurang memahami soal dengan baik sehingga kurang teliti
dalam menjawab soal c
Siswa lemah dalam beberapa materi tertentu, misalnya luas bangun datar dan pythagoras sehingga siswa kesulitan dalam membedakan
antara tinggi suatu bangun datar dengan tinggi bangun ruang dan menentukan akar suatu bilangan
d Manajemen waktu yang kurang baik dalam mengerjakan soal
sehingga ada beberapa siswa yang kekurangan waktu dan beberapa soal tidak dapat dikerjakan
e Siswa kurang teliti dalam menghitung dan cenderung terburu-buru
untuk menyelesaikan soal yang diberikan sehingga beberapa siswa mengalami kesalahan dalam menghitung sehingga hasil yang
didapat kurang tepat. f
Sikap pantang menyerah siswa dalam mengerjakan soal masih kurang tinggi sehingga mudah menyerah dalam mengerjakan soal
sehingga soal tidak dikerjakan sampai tuntas.
Kendala-kendala tersebut muncul saat pembelajaran berlangsung, terutama saat ujian tertulis. Kendala-kendala lain saat pembelajaran
menggunakan metode problem posing juga dapat mempengaruhi siswa dalam mengerjakan ujian tertulis, diantaranya adalah :
85
a Beberapa siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran menggunakan
metode problem posing dengan baik karena matematika merupakan pelajaran yang kurang disukai
b Sikap siswa yang masih malas dan kurang mau untuk berusaha
memahami materi karena mereka menganggap materi sulit dan banyak rumus yang dipakai.
c Beberapa siswa kurang aktif dan tidak mau bertanya kepada guru
mengenai materi yang belum mereka pahami, mereka cenderung diam dan kurang aktif dalam kelompok
d Pemahaman materi yang bersangkutan masih rendah, sebagai
contoh adalah materi phytagoras dan luas bangun datar kurang dipahami siswa dengan baik sehingga mengalami kesulitan saat
mengerjakan ujian tertulis e
Beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, sebagai contoh siswa yang sudah selesai
mengerjakan mulai mencari perhatian dengan mengajak siswa lain untuk mengobrol, sehingga konsentrasi siswa lain menjadi
terganggu f
Motivasi siswa dalam mengerjakan soal tidak sebesar motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran karena beberapa siswa kurang
percaya diri dalam mengerjakan soal, hal ini terjadi karena saat pembelajaran tidak semua siswa bekerjasama dengan baik bersama
dengan kelompoknya.
86
Melihat hasil belajar siswa dan mengidentifikasi beberapa kendala yang dialami siswa dalam mengerjakan tes tertulis, maka metode
problem posing kurang meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Pembahasan Penelitian
Pembuatan soal oleh siswa dilakukan selama 4 kali pertemuan. Dalam proses pembelajaran tersebut siswa diminta untuk membuat soal
mengenai luas permukaan dan volume prisma dan limas. Pembuatan soal yang dilakukan siswa adalah pembuatan soal jenis structured problem
posing problem posing terstruktur yaitu siswa memodifikasi soal
berdasarkan soal yang telah ada sebelumnya. Dengan kata lain, siswa memodifikasi soal sehingga mendapatkan variasi baru dari soal yang
lama. Siswa memodifikasi berdasarkan soal yang telah ada pada buku paket atau LKS yang telah dimiliki siswa.
Siswa diminta untuk membuat soal, bukan meniru apa yang sudah ada dalam buku. Sebagai contoh, siswa memodifikasi angka pada soal
sehingga mendapatkan variasi soal yang baru, selain itu siswa juga dapat memodifikasi subjek yang ditanyakan pada soal misalkan pada soal yang
berhubungan dengan volume prisma, pada soal sebelumnya yang ditanyakan adalah volume prisma namun siswa dapat memodifikasinya
menjadi tinggi prisma yang ditanyakan padasoal tersebut. Soal-soal yang dibuat siswa beraneka ragam, seperti halnya
kemampuan siswa dalam memahami materi. Menurut teori yang ada, jika siswa dapat membuat soal dengan baik, maka siswa tersebut memahami
87
materi dengan baik pula. Dapat juga dikatakan bahwa siswa dengan pemahaman materi yangbaik,maka siswa tersebut dapat membuat soal
yang baik pula. Namun pada kenyataannya, pada penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa tidak semua soal yang telah dibuat siswa
merupakan soal yang baik. Padapembuatan soal ini dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu soal yang salah dan soal yang tidak dapat
dikerjakan. Soal yang salah adalah soal yang dibuat kurang baik yang
dikarenakan pemahaman konsep mengenai suatu materi masih kurang baik pula. Sedangkan soal yang tidak dapat dikerjakan adalah soal yang
dibuat karena kesalahan dalam perhitungan,pengetikan,dan sebagainya.
Gambar 4.1 Contoh soal yang tidak dapat dikerjakan
Pada gambar 4.1 nampak bahwa soal yang telah dibuat oleh siswa tersebut tidak dapat dikerjakan karena siswa tidak mencantumkan tinggi
prisma sebagai salah satu syarat untuk mencari volume prisma. Pada soal tersebut justru diberikan panjang ketiga sisi segitiga, yang sebenarnya
jika dua sisi diketahui sudah cukup dan dapat dikerjakan.
88
Gambar 4.2 Contoh soal yang salah
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa soal tersebut merupakan soal yang salah karena pada alas prisma tersebut Nampak bahwa alas berbentuk segitiga
siku-siku dengan ketiga sisinya diketahui, namun ukuran ketiga sisinya kurang tepat karena jumlah kuadrat dua sisi terpendek tidak sama dengan
kuadrat sisi terpanjang, hal ini tidak sesuai dengan konsep pythagoras yang menyatakan bahwa jumlah kuadrat dua sisi terpendek harus sama
dengan kuadrat sisi terpanjang. hal ini dapat disebabkan karena siswa kurang memahami konsep pythagoras yang telah dipelajari.
C. Keterbatasan Penelitian