72
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian
1. Hasil Penelitian
a. Motivasi Belajar Siswa
1 Kuisioner
Kuisioner  merupakan  salah  satu  instrumen  untuk  mendapatkan data motivasi belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan  metode  problem  posing.  Data  hasil  analisis  motivasi belajar siswa sebagai berikut data lengkap dapat dilihat pada lampiran
C.6 :
Tabel 4.2 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Kriteria Motivasi Belajar
Jumlah Siswa
Sangat Tinggi ST 11
Tinggi T 14
Cukup C Rendah R
Sangat Rendah SR
Berdasarkan  hasil  tabel  4.2  dapat  dilihat  bahwa  sebanyak  11  siswa memberikan  tanggapan  dengan  kriteria  motivasi  belajar  sangat  tinggi
dan  14  siswa  memberikan  tanggapan  dengan  kriteria  motivasi  belajar tinggi. 11 siswa yang memberikan tanggapan sangat tinggi terdiri dari 7
siswa  perempuan,  5  diantaranya  adalah  siswa  yang  mempunyai  nilai ujian  tulis  cukup  tinggi  dan  tuntas  KKM  dan  4  siswa  laki-laki  yang
mendapatkan  nilai  ujian  tulis  kurang  baik  bahkan  dibawah  KKM.  14 siswa yang memberikan tanggapan tinggi terdiri dari 11 siswa laki-laki
73
dan  3  siswa  perempuan.  Oleh  karena  itu  dapat  disimpulkan  bahwa seluruh  siswa  memberikan  tanggapan  positif  dari  proses  pembelajaran
dengan menggunakan metode problem posing pada pokok bahasan luas permukaan dan volume bengun datar prisma dan limas.
2 Wawancara
Wawancara dilakukan setelah siswa melaksanakan tes hasil belajar dan telah mengisi kuisioner. Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar
dan  kuisioner  motivasi  belajar,  maka  peneliti  melakukan  wawancara terhadap  seluruh  siswa  yang  telah  mengikuti  pembelajaran  dengan
menggunakan  metode  problem  posing  pada  pokok  bahasan  luas permukaan dan volume bangun datar prisma dan limas. Wawancara ini
dilakukan  terhadap  seluruh  siswa  agar  data  yang  diperoleh  lebih maksimal.
Berikut  merupakan  pertanyaan-pertanyaan  wawancara  yang  diajukan kepada siswa :
1 Apakah kamu suka dengan pelajaran matematika?
2 Apakah  kamu  suka  dengan  pembelajaran  yang  menggunakan
metode problem posing? 3
Bagaimana tanggapan kamu mengenai pembelajaran menggunakan metode problem posing?
4 Apakah  metode  problem  posing  lebih  menerik  dibandingkan
dengan pembelajaran yang menggunakan metode lain?
74
5 Apa  yang  kalian  rasakan  saat  melakukan  pembuatan  soal  secara
berkelompok? Peneliti  memberikan  kelima  pertanyaan  tersebut  kepada  siswa,
namun ada beberapa pertanyaan peneliti yang ditanyakan kepada siswa yang  bukan  merupakan  bagian  dari  kelima  pertanyaan  tersebut  agar
siswa tidak terlalu tegang dan dapat menjawab pertanyaan dengan lebih santai  sesuai  dengan  apa  yang  mereka  rasakan,  seperti  meminta
penjelasan lebih detail kepada siswa. Peneliti juga sering menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal agar siswa tidak merasa kaku dan takut
saat  dilakukan wawancara. Peneliti berusaha untuk  lebih akrab dengan siswa agar mereka mau lebih terbuka saat menjawab pertanyaan. Siswa
melakukan wawancara berdua-dua dengan teman sebangku mereka, hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa tidak terlalu tegang.
Dari  seluruh  siswa  yang  telah  dilakukan  wawancara,  diperoleh hasil  bahwa  sebagian  besar  siswa  mengatakan  menyukai  pelajaran
matematika dan suka dengan pembelajaran yang menggunakan metode problem posing,
seperti terlihat pada petikan wawancara berikut : Transkrip 1
Pn   : Kalian suka matematika ga? P7   : Suka baget
P10  : Suka Pn   : Kenapa suka matematika?
P7   : Ya suka aja, rumusnya asik P10  : Asik aja gitu, menantang
Pn   : Terus apa lagi? P10  : Ya kaya bisa mecahin masalah aja gitu
75
Transkrip 2 Pn   : Kalian berdua suka sama matematika ga?
L9   : Enggak suka Pn   : Kenapa ga suka?
L9  : Pusing, sulit Pn   : Sulitnya gimana?
L9   : Rumusnya banyak sama ga suka ngitung L2   : Enggak suka
Pn   : Kenapa ga suka? L2   : Pusing kalau ngitung-ngitungnya banyak
Transkrip 3 Pn
: Langsung aja ya saya mau tanya kalian suka matematika ga? P3
: Saya enggak P9
: Ya agak suka agak enggak P3
: Kalo aku tergantung materinya kak, Kalau bisa ya jadi suka kalau gak ya gak
Pn : Kalau Metta gimana?
P9 : Waktu dulu dari SD ga suka tapi pas masuk SMP jadi suka kan
gurunya jelasinnya enak Pn
: Berarti tergantung gurunya? Tergantung belajarnya disekolah ya P9
: Iya Pada  transkrip  1  nampak  bahwa  siswa  tersebut  sangat  menyukai
matematika  karena  menurutnya  matematika  itu  menyenangkan  dan menantang, banyak soal yang menantang untuk dikerjakan dan menarik
untuk mencari tahu jawabannya. Pada transkrip 2 nampak bahwa siswa yang
bersangkutan tidak
menyukai matematika
dikarenakan menurutnya  matematika  sulit  dan  membuatnya  semakin  pusing  karena
76
banyak  angka  dan  menghitung  sehingga  matematika  kurang  menarik. Pada  transkrip  3  nampak  bahwa  salah  satu  siswa  yang  bersangkutan
menyukai  matematika  tergantung  dengan  guru  yang  mengajar, menurutnya  cara  mengajar  guru  sangat  mempengaruhinya  dalam
belajar.  Menurutnya  jika  guru  cara  mengajar  guru  menarik  maka  dia akan nyaman dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut.
Transkrip 4 Pn  : Terus ada lagi yang mau diceritakan?
P10   : Kalo buat soal tu susah nyari angkanya.. kan susah nyarinya kalo dicoba ternyata ga ada jawabannya. Tapi kalo ngerjainnya gampang..
Transkrip 5 Pn   : Kalian berarti suka pakai metode itu?
L5   : Senang mbak senang L11  : Senang dong mbak, iya enak banget
Pn : Kalau dibandingkan dengan metode pembelajaran yang biasa
digunakan kalian suka yang mana? L5
: Seneng mbak enak yang bikin soal kan kalau bikin soal kreatifnya beda, kita kan jadi dapat tantangan gitu lho mbak, membuat soal harus
punya jawaban yang benar Pn   : Kalau membuat kunci jawabannya bingung ga?
L11  : Ga tu mbak, gampang aja L5   :  Ya asal tahu rumusnya, caranya bener ya dapet jawabannya
Pada  pembelajaran,  banyak  dari  siswa  yang  menyukai  dengan metode  problem  posing  yang  digunakan,  nampak  pada  transkrip  5
nampak  siswa  senang  dengan  metode  yang  digunakan  karena menurutnya metode tersebut dapat membuatnya semakin kreatif karena
77
dengan membuat soal, siswa akan semakin aktif dan lebih bersemangat dalam  belajar.  Namun  tidak  menutup  kemungkinan  jika  siswa  juga
mengalami  kesulitan,  seperti  nampak  pada  transkrip  4  bahwa  siswa mengalami kesulitan saat membuat soal, kesulitan terletak pada mencari
angka-angka  yang  pas  sehingga  soal  yang  dibuat  akan  baik  dan  dapat dikerjakan.
Melihat hasil kuisioner siswa dan hasil wawancara, nampak bahwa siswa  menikmati  pembelajaran  dengan  menggunakan  metode  problem
posing walaupun  ada  beberapa  kendala,  misalnya  pengetahuan  siswa
mengenai  materi  yang  bersangkutan  kurang  baik  sehingga  sedikit menghambat  dalam  pembuatan  soal,  teman  sekelompok  yang  tidak
dapat  diajak  untuk  kerjasama,  dan  mencari  angka  yang  pas  untuk membuat  soal.  Metode  problem  posing  dapat  menarik  perhatian  siswa
dalam  pembelajaran  sehingga  siswa  lebih  termotivasi  dalam mempelajari matematika. Transkrip lengkap wawancara dapat dilihat di
lampiran C.7. 3
Observasi dan dokumentasi Hasil  observasi  berupa  deskripsi  pengamatan  observer  saat
pembelajaran berlangsung. Hasil observasi dapat dilihat sebagai berikut peta kerawanan kelas dapat dilihat pada lampiran C.4 :
a Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama observer 1 mengamati 8 siswa, observer 2 mengamati 9 siswa dan observer ketiga mengamati 7 siswa karena 2
78
siswa  tidak  masuk.  Semua  siswa  sudah  masuk  tepat  waktu  dan duduk  ditempat  duduknya  masing-masing  namun  ada  beberapa
siswa  yang masih mengobrol  dan asik  dengan teman sebangkunya. Siswa  juga  sudah  mempersiapkan  buku  dan  alat  tulisnya  diatas
meja. Pada  kegiatan  inti  siswa  mulai  mengerjakan  tugas  yang  telah
diperintahkan  oleh  guru.  Tidak  semua  siswa  bersemangat  saat mengerjakan  tugas,  beberapa  siswa  malah  asik  ngobrol  dengan
teman  sebangkunya  bahkan  teman  dari  kelompok  lain  sehingga menjadikan  suasana  kelas  tidak  kondusif,  namun  demikian  guru
tetap mengawasi siswa dan menegur jika kondisi  kelas sudah tidak kondusif. Siswa juga banyak yang aktif bertanya kepada guru serta
berkonsultasi  dengan  guru  mengenai  pembuatan  soal  dan  kunci jawaban yang mereka buat walaupun ada beberapa dari siswa yang
mengerjakan  tugas  kelompoknya  sendiri  karena  teman  satu kelompoknya  sibuk  bergurau  dan  mengobrol  dengan  teman  dari
kelompok  lain.  Di  sisi  lain  guru  juga  tetap  berkeliling  kelas  dan mengecek  pekerjaan  siswa  pada  setiap  kelompok.  Selain  aktif
bertanya  siswa  juga  mencari  referensi  dari  buku  paket  dan  LKS dalam  pembuatan  soal.  Pada  pertemuan  ini  sebagian  besar  siswa
mengerjakan  tugasnya  dengan  baik  walaupun  tidak  dapat menyelesaikan  4  soal  yang  harus  dibuat  untuk  masing-masing
kelompok.
79
Pertemuan  akhir  siswa  mengumpulkan  tugasnya  dan  langsung keluar kelas untuk istirahat.
b Pertemuan kedua
Pada pertemuan pertama observer 1 mengamati 8 siswa, observer 2 mengamati 9 siswa dan observer ketiga mengamati 8 siswa karena 1
siswa tidak masuk. Ada 1 siswa  yang terlambat  masuk kelas. Pada pertemuan  kali  ini  siswa  mengerjakan  soal  yang  pada  pertemuan
sebelumnya sudah dibuat oleh siswa juga. Setiap siswa mengerjakan soal  secara  mandiri.  Guru  menjelaskan  mengenai  sistematika
pengerjaan  soal,  namun  ada  satu  siswa  yang  berulangkali  bertanya kepada guru mengenai sistematika pengerjaan. Ada satu siswa yang
sama  sekali  tidak  mengerjakan  tugasnya,  malah  mengobrol  dengan teman  dan  minta  jawaban  dari  teman,  jadi  siswa  tersebut  tidak
mengerjakan  sendiri  namun  minta  dikerjakan  teman  lain.  Setelah siswa  mengerjakan  tugasnya  kemudian  dikembalikan  kepada
kelompok  pembuat  soal  untuk  dikoreksi  dan  dicocokan  dengan kunci  jawaban  yangtelah  dibuatpada  pertemuan  sebelumnya.
Setetlah  selesaikemudian  siswa  mengumpulkan  tugasnya  kepada guru untuk dikoreksi kembali oleh guru.
c Pertemuan ketiga
Pada  pertemuan  ketiga  ini  observer  1  mengamati  17  siswa  dan observer  2  mengamati  8  siswa  hal  ini  dikarenakan  1  observer
berhalangan  untuk  hadir.  Semua  siswa  sudah  masuk  kelas  dan
80
duduk  ditempat  duduknya  masing-masing,  menyiapkan  buku  dan alat  tulis.  Namun  masih  ada  beberapa  siswa  yang  asik  mengobrol
dan  bercanda  dengan  temannya.  Guru  langsung  menjelaskan  tugas yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok, sebelumnya guru
mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru.
Pada kegiatan inti siswa langsung bekerja dengan teman sebangku. Meskipun  demikian  nampak  ada  beberapa  siswa  yang  kurang
bersemangat,  nampak  pada  sikap  siswa  yang  asik  bermain  dengan alat  tulisnya  dan  mengobrol  dengan  teman  tanpa  mengerjakan
tugasnya dengan baik. Saat kerja kelompok juga Nampak beberapa kelompok  yang  tidak  bekerjasama,  satu  siswa  mengerjakan  dan
lainnya  sibuk  mengobrol  dan  ada  beberapa  yang  terlihatmelamun juga. Ada juga satu kelompok yang nampak tidak saling berdidkusi
dan  terkesan  mengerjakan  tugas  secara  individu.  Siswa  juga  aktif bertanya kepada guru dan terlihat lebih aktif. Pada pertemuan ketiga
ini  siswa  membuat  soal  mengenai  volume  bangun  ruang  sisi  datar prisma  dan  limas.  Hampir  semua  siswa  mengerjakan  tugas
kelompok  sampai  selesai  dan  mengerjakan  4  soal  yang  diminta sekaligus  dengan  kunci  jawabannya.  Hal  ini  bisa  terjadi  karena
siswa  mulai  mengenal  metode  problem  posing  dan  materi  yang lebih mudah dibandingkan materi sebelumnya.
81
Pada  akhir  pembelajaran  siswa  mengumpulkan  semua  tugas  dan mendengarkan  penjelasan  guru  mengenai  pertemuan  selanjutnya.
Guru menutup dengan salam. d
Pertemuan keempat Pada  pertemuan  ini  observer  1  mengamati  8  siswa,  observer  2
mengamati  9  siswa,  observer  3  mengamati  8  siswa  dikarenakan  1 siswa  tidak  masuk.  Pada  pertemuan  kali  ini  siswa  diminta  untuk
mengerjakan  soal  yang  telah  dibuat  pada  pertemuan  sebelumnya. Setiap siswa mengerjakan soal secara individu. Siswa mengerjakan
dengan tenang
dan kondusif,
namun pada
pertengahan pembelajaran,  beberapa  siswa  mulai  mengobrol  dengan  temannya
bahkan  ada  yang  mengobrol  diluar  topik  materi  yang  sedang dikerjakan.  Tidak  lama  guru  mulai  menegur  siswa  yang  mulai
kurang  konsentrasi  dalam  pembelajaran  dan  memintanya  untuk kembali  mengerjakan  tugasnya.  Setelah  siswa  selesai  mengerjakan
tugasnya  maka  siswa  mengembalikan  hasil  pekerjaannya  kepada kelompok  pembuat  soal  yang  kemudian  akan  dicocokkan  dengan
kunci  jawaban  yang  telah  dibuat  sebelumnya.  Selesai  mengoreksi kemudian  siswa  kembali  mengumpulkan  tugasnya  kepada  guru
untuk  dikoreksi  kembali.  Guru  memberikan  penjelasan  mengenai pertemuan berikutnya karena akan diadakan ujian tertulis mengenai
materi  yang  sudah  dipelajari.  Hasil  observasi  lengkap  dapat  dilihat di lampiran C.5.
82
b. Prestasi Belajar Siswa
Hasil  belajar  siswa  diperoleh  dari  tes  hasil  belajar  yang  telah dilakukan  oleh  peneliti.  Di  SMP  Kanisius  Kalasan,  untuk  pelajaran
matematika  kelas  VIII  menetapkan  KKM  adalah  76.  Berikut merupakan hasil tes hasil belajar siswa yang telah dilakukan oleh siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing
pada  materi  luas  permukaan  dan  volume  bangun  ruang  sisi datar prisma dan limas data lengkap dapat dilihat pada lampiran C.3 :
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A
Presensi Nama
Siswa Poin
Nilai Kriteria
16 P7
63 96.92
Tuntas 13
P5 62
95.38 Tuntas
25 P10
62 95.38
Tuntas 20
P9 60
92.31 Tuntas
3 P1
50 76.92
Tuntas 17
P8 46
70.77 Tidak Tuntas
4 L3
44 67.69
Tidak Tuntas 21
L12 35
53.85 Tidak Tuntas
14 P6
32 49.23
Tidak Tuntas 9
L7 30
46.15 Tidak Tuntas
10 P3
29 44.62
Tidak Tuntas 18
L10 27
41.54 Tidak Tuntas
22 L13
25 38.46
Tidak Tuntas 11
P4 22
33.85 Tidak Tuntas
6 L5
20 30.77
Tidak Tuntas 8
P2 18
27.69 Tidak Tuntas
24 L15
18 27.69
Tidak Tuntas 7
L6 16
24.62 Tidak Tuntas
12 L8
16 24.62
Tidak Tuntas 1
L1 15
23.08 Tidak Tuntas
83
Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa 5 siswa dapat melampaui KKM. dapat dilihat persentase siswa yang lulus KKM adalah sebesar :
�� �� � � = 5
25 × 100 = 20
Pada  kelas  ini,  siswa  yang  lulus  KKM  sebesar  seperlima  dari  jumlah siswa  secara  keseluruhan.  Jika  dilihat  dari  rata-rata  kelasnya,  ada  10
siswa  yang  mempunyai  nilai  diatas  rata-rata.  Persentase  siswa  yang mempunyai nilai diatas nilai rata-rata kelas adalah :
�� �� � � = 7
25 × 100 = 28
Jika  dilihat  dari  nilai  rata-rata  kelas,  siswa  yang  mempunyai  nilai diatas rata-rata kelas juga hampir sama dengan persentase siswa  yang
lulus  KKM.  Melihat  nilai  yang  diperoleh  siswa  sangat  kontras.  Nilai siswa  ada  yang  sangat  tinggi  namun  juga  ada  yang  sangat  rendah.
Sedikitnya  siswa  yang  lulus  KKM  disebabkan  oleh  beberapa  faktor diantaranya :
a Siswa tergolong baru dalam menggunakan metode problem posing
sehingga siswa masih harus beradaptasi dalam mempelajari materi ini.
26 L16
14 21.54
Tidak Tuntas 2
L2 13
20.00 Tidak Tuntas
23 L14
12 18.46
Tidak Tuntas 19
L11 11
16.92 Tidak Tuntas
15 L9
10 15.38
Tidak Tuntas 5
L4 8
12.31 Tidak Tuntas
Rata-rata 44.85
84
b Siswa  kurang  memahami  soal  dengan  baik  sehingga  kurang  teliti
dalam menjawab soal c
Siswa lemah dalam beberapa materi tertentu, misalnya luas bangun datar dan pythagoras sehingga siswa kesulitan dalam membedakan
antara  tinggi  suatu  bangun  datar  dengan  tinggi  bangun  ruang  dan menentukan akar suatu bilangan
d Manajemen  waktu  yang  kurang  baik  dalam  mengerjakan  soal
sehingga ada beberapa siswa yang kekurangan waktu dan beberapa soal tidak dapat dikerjakan
e Siswa kurang teliti dalam menghitung dan cenderung terburu-buru
untuk menyelesaikan soal yang diberikan sehingga beberapa siswa mengalami  kesalahan  dalam  menghitung  sehingga  hasil  yang
didapat kurang tepat. f
Sikap  pantang  menyerah  siswa  dalam  mengerjakan  soal  masih kurang  tinggi  sehingga  mudah  menyerah  dalam  mengerjakan  soal
sehingga soal tidak dikerjakan sampai tuntas.
Kendala-kendala  tersebut  muncul  saat  pembelajaran  berlangsung, terutama  saat  ujian  tertulis.  Kendala-kendala  lain  saat  pembelajaran
menggunakan metode problem posing juga dapat mempengaruhi siswa dalam mengerjakan ujian tertulis, diantaranya adalah :
85
a Beberapa siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran menggunakan
metode  problem  posing  dengan  baik  karena    matematika merupakan pelajaran yang kurang disukai
b Sikap  siswa  yang  masih  malas  dan  kurang  mau  untuk  berusaha
memahami  materi  karena  mereka  menganggap  materi  sulit  dan banyak rumus yang dipakai.
c Beberapa siswa kurang aktif dan tidak mau bertanya kepada guru
mengenai  materi  yang  belum  mereka  pahami,  mereka  cenderung diam dan kurang aktif dalam kelompok
d Pemahaman  materi  yang  bersangkutan  masih  rendah,  sebagai
contoh  adalah  materi  phytagoras  dan  luas  bangun  datar  kurang dipahami  siswa  dengan  baik  sehingga  mengalami  kesulitan  saat
mengerjakan ujian tertulis e
Beberapa  siswa  masih  kurang  konsentrasi  dalam  mengikuti pembelajaran,  sebagai  contoh  siswa  yang  sudah  selesai
mengerjakan mulai mencari perhatian dengan mengajak siswa lain untuk  mengobrol,  sehingga  konsentrasi  siswa  lain  menjadi
terganggu f
Motivasi  siswa  dalam  mengerjakan  soal  tidak  sebesar  motivasi siswa  saat  mengikuti  pembelajaran  karena  beberapa  siswa  kurang
percaya  diri  dalam  mengerjakan  soal,  hal  ini  terjadi  karena  saat pembelajaran tidak semua siswa bekerjasama dengan baik bersama
dengan kelompoknya.
86
Melihat hasil belajar siswa dan mengidentifikasi beberapa kendala yang dialami siswa dalam mengerjakan tes tertulis, maka metode
problem posing kurang meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Pembahasan Penelitian
Pembuatan  soal  oleh  siswa  dilakukan  selama  4  kali  pertemuan. Dalam  proses  pembelajaran  tersebut  siswa  diminta  untuk  membuat  soal
mengenai luas permukaan dan volume prisma dan limas. Pembuatan soal yang  dilakukan  siswa  adalah  pembuatan  soal  jenis  structured  problem
posing problem  posing  terstruktur  yaitu  siswa  memodifikasi  soal
berdasarkan  soal  yang  telah  ada  sebelumnya.  Dengan  kata  lain,  siswa memodifikasi  soal  sehingga  mendapatkan  variasi  baru  dari  soal  yang
lama.  Siswa  memodifikasi  berdasarkan  soal  yang  telah  ada  pada  buku paket atau LKS yang telah dimiliki siswa.
Siswa diminta untuk membuat soal, bukan meniru apa yang sudah ada  dalam  buku.  Sebagai  contoh,  siswa  memodifikasi  angka  pada  soal
sehingga mendapatkan variasi soal yang baru, selain itu siswa juga dapat memodifikasi subjek yang ditanyakan pada soal misalkan pada soal yang
berhubungan  dengan  volume  prisma,  pada  soal  sebelumnya  yang ditanyakan  adalah  volume  prisma  namun  siswa  dapat  memodifikasinya
menjadi tinggi prisma yang ditanyakan padasoal tersebut. Soal-soal  yang  dibuat  siswa  beraneka  ragam,  seperti  halnya
kemampuan siswa dalam memahami materi. Menurut teori yang ada, jika siswa  dapat  membuat  soal  dengan  baik,  maka  siswa  tersebut  memahami
87
materi  dengan  baik  pula.  Dapat  juga  dikatakan  bahwa  siswa  dengan pemahaman  materi  yangbaik,maka  siswa  tersebut  dapat  membuat  soal
yang  baik  pula.  Namun  pada  kenyataannya,  pada  penelitian  yang  telah dilakukan  diperoleh  bahwa  tidak  semua  soal  yang  telah  dibuat  siswa
merupakan  soal  yang  baik.  Padapembuatan  soal  ini  dapat  dikategorikan menjadi  dua  macam  yaitu  soal  yang  salah  dan  soal  yang  tidak  dapat
dikerjakan. Soal  yang  salah  adalah  soal  yang  dibuat  kurang  baik  yang
dikarenakan  pemahaman  konsep  mengenai  suatu  materi  masih  kurang baik  pula.  Sedangkan  soal  yang  tidak  dapat  dikerjakan  adalah  soal  yang
dibuat karena  kesalahan dalam perhitungan,pengetikan,dan sebagainya.
Gambar 4.1 Contoh soal yang tidak dapat dikerjakan
Pada  gambar  4.1  nampak  bahwa  soal  yang  telah  dibuat  oleh  siswa tersebut tidak dapat dikerjakan karena siswa tidak mencantumkan tinggi
prisma sebagai salah satu syarat untuk mencari volume prisma. Pada soal tersebut  justru  diberikan  panjang  ketiga  sisi  segitiga,  yang  sebenarnya
jika dua sisi diketahui sudah cukup dan dapat dikerjakan.
88
Gambar 4.2 Contoh soal yang salah
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa soal tersebut merupakan soal yang salah karena pada alas prisma tersebut Nampak bahwa alas berbentuk segitiga
siku-siku  dengan  ketiga  sisinya  diketahui,  namun  ukuran  ketiga  sisinya kurang tepat karena jumlah kuadrat dua sisi terpendek tidak sama dengan
kuadrat  sisi  terpanjang,  hal  ini  tidak  sesuai  dengan  konsep  pythagoras yang  menyatakan  bahwa  jumlah  kuadrat  dua  sisi  terpendek  harus  sama
dengan  kuadrat  sisi  terpanjang.  hal  ini  dapat  disebabkan  karena  siswa kurang memahami konsep pythagoras yang telah dipelajari.
C. Keterbatasan Penelitian