Efektivitas pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing pada siswa kelas VIII Di SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2014/2015.

(1)

vii ABSTRAK

Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Problem Posing Pada Siswa Kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran problem posing pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan ditinjau dari motivasi dan hasil belajar.

Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VIIIA SMP Kanisius Kalasan semester genap tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 25 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif-kualitatif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data minat dan motivasi belajar matematika siswa dan data hasil belajar siswa. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes tertulis sedangkan data minat dan motivasi belajar matematika siswa diperoleh daripengisian angket (kuisioner). Data prestasi belajar siswa dianalisis dengan cara membandingkan banyaknya siswa tuntas dan siswa yang tidak tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Analisis kuisioner dilakukan dengan menghitung skor total, dan jenis motivasi dari masing-masing siswa. Data hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi digunakan untuk memperkuat hasil kuisioner minat dan motivasi belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A efektif ditinjau dari minat dan motivasi belajar siswa. Sebanyak 11 siswa masuk kriteria sangat tinggi dan 14 siswa masuk kriteria tinggi. (2) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A belum efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Presentase ketuntasan siswa adalah 20%, hasil ini termasuk dalam kategori rendah, karena dari 25 siswa, hanya 5 siswa yang dapat tuntas KKM.

Kata kunci : Hasil Belajar Siswa; Luas Permukaan dan Volume Prisma dan Limas; Metode Problem Posing; Minat dan Motivasi Belajar Siswa.


(2)

viii ABSTRACT

Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. The Effectiveness of Learning Process Using Problem Posing Method Implemented in Grade VIII SMP Kanisius Kalasan 2014/2015 Academic Year. Thesis. Mathematics Education, Mathematics Education and Science Study Program, Teachers Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aimed to determine the effectiveness of implemented problem posing method on topic flat side geometry for students grade VIII SMP Kanisius Kalasan are evaluated from interest and motivation and students learning results.

The subjects of this study are the twenty five students grade VIII/A in SMP Kanisius Kalasan. This study itself was conducted using

quantitative-qualitative descriptive technique. The data needed were students’ interests and

motivations in learning Math and their results of the learning process (evaluation).

The results of students’ achievement in learning process came from written test

while their interests and motivations data were from questionnaires. The analysis

on students’ learning results was done by comparing the quantity of students who successfully pass the Minimum Requirement Criteria (MRC-KKM) with those who do not pass. The analysis on questionnaire was done by counting the total score and the type of motivation that each student holds. The result of interviews, documents and observation were analyzed using qualitative descriptive technique. These data are used to support the results of questionnaire.

The results of the study are (1) the using of problem posing method in Class VIII/A effectively increases students’ interests and motivation of learning Math. (2) The using of problems posing in Class VIII/A is not effective enough to increase their achievement in learning Math. The percentage of succeeded students passing the grade was 20%. It is included as low stage because it means among 25 students, there were only 5 students who could pass the standard.

Keywords: Students’ learning achievement; area and volume of prism and pyramid; Problem Posing method; students’ interests and motivation in learning.


(3)

i

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS VIII DI SMP

KANISIUS KALASAN TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Cicilia Kristiani Tri Astuti

NIM : 111414028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Motto:

1. Berkarya untuk Tuhan dengan sepenuh hati

2. Sekali jatuh harus berusaha bangkit, bukan meratapi nasib

Persembahan :

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan banyak berkatnya untukku. Dia selalu ada untukku dalam segala hal apapun dan kapanpun, dan karena berkat dan kasihNya yang selalu membuat aku semangat menjalani kehidupan.

2. Kedua orang tuaku, Ibu dan Almarhum Bapak yang selalu memberikan semangat dan doa serta mendidik dan member seluruh usahanya untuk masa depanku.

3. Kedua kakakku yang selalu memberikan semangat dan doa.

4. Seluruh keluarga, sahabat, OMK Paroki Marganingsih Kalasan dan teman-teman yang selalu memberikan doa dan semangat.


(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan kesungguhan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Desember 2015

Penulis,


(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Cicilia Kristiani Tri Astuti NIM : 111414028

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS VIII DI SMP KANISIUS KALASAN TAHUN AJARAN 2014/2015”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hakuntuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data,mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 16 Desember 2015 Yang menyatakan,


(9)

vii ABSTRAK

Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Problem Posing Pada Siswa Kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran problem posing pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan ditinjau dari motivasi dan hasil belajar.

Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VIIIA SMP Kanisius Kalasan semester genap tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 25 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif-kualitatif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data minat dan motivasi belajar matematika siswa dan data hasil belajar siswa. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes tertulis sedangkan data minat dan motivasi belajar matematika siswa diperoleh daripengisian angket (kuisioner). Data prestasi belajar siswa dianalisis dengan cara membandingkan banyaknya siswa tuntas dan siswa yang tidak tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Analisis kuisioner dilakukan dengan menghitung skor total, dan jenis motivasi dari masing-masing siswa. Data hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi digunakan untuk memperkuat hasil kuisioner minat dan motivasi belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A efektif ditinjau dari minat dan motivasi belajar siswa. Sebanyak 11 siswa masuk kriteria sangat tinggi dan 14 siswa masuk kriteria tinggi. (2) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A belum efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Presentase ketuntasan siswa adalah 20%, hasil ini termasuk dalam kategori rendah, karena dari 25 siswa, hanya 5 siswa yang dapat tuntas KKM. Kata kunci : Hasil Belajar Siswa; Luas Permukaan dan Volume Prisma dan

Limas; Metode Problem Posing; Minat dan Motivasi Belajar Siswa.


(10)

viii ABSTRACT

Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. The Effectiveness of Learning Process Using Problem Posing Method Implemented in Grade VIII SMP Kanisius Kalasan 2014/2015 Academic Year. Thesis. Mathematics Education, Mathematics Education and Science Study Program, Teachers Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aimed to determine the effectiveness of implemented problem posing method on topic flat side geometry for students grade VIII SMP Kanisius Kalasan are evaluated from interest and motivation and students learning results.

The subjects of this study are the twenty five students grade VIII/A in SMP Kanisius Kalasan. This study itself was conducted using quantitative-qualitative descriptive technique. The data needed were students’ interests and motivations in learning Math and their results of the learning process (evaluation). The results of students’ achievement in learning process came from written test while their interests and motivations data were from questionnaires. The analysis on students’ learning results was done by comparing the quantity of students who successfully pass the Minimum Requirement Criteria (MRC-KKM) with those who do not pass. The analysis on questionnaire was done by counting the total score and the type of motivation that each student holds. The result of interviews, documents and observation were analyzed using qualitative descriptive technique. These data are used to support the results of questionnaire.

The results of the study are (1) the using of problem posing method in Class VIII/A effectively increases students’ interests and motivation of learning Math. (2) The using of problems posing in Class VIII/A is not effective enough to increase their achievement in learning Math. The percentage of succeeded students passing the grade was 20%. It is included as low stage because it means among 25 students, there were only 5 students who could pass the standard. Keywords: Students’ learning achievement; area and volume of prism and pyramid; Problem Posing method; students’ interests and motivation in learning.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikat berkat dan rahmatNya sehingga penulisdapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efektivitas Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Problem Posing pada Siswa Kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini dapat disusun dengan baik atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak maka penulis tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Bapak Dr. Hongki Julie S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika

4. Dosen Penguji Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. dan Bapak Febi Sanjaya, M.Sc. atas saran yang telah diberikan

5. Bapak Yusup Indrianto P, S.Pd. selaku Kepala SMP Kanisius Kalasan yang telah berkenan memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.


(12)

x

6. Ibu Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika kelas VIII yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam melaksanakan penelitian.

7. Dosen dan seluruh karyawan di Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membimbing dan membantu penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

8. Orang tua tersayang, Bapak Almarhum Thomas Suwarto dan Ibu Theresia Sumiyati yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungannya kepada penulis.

9. Keempat kakakku Gregorius Kristianto Anggoro, Agustina Adi Dwiyanti, Anastasia Dwi Handayani dan Aditya Setiawan yang telah memberikan semangat dan doa.

10.Seluruh keluarga, sahabat, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang turut membantu dan selalu memberikan semangat dan doa.

Saran dan masukan sangat penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 16 Desember 2015 Penulis


(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….………....…….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………..…..…………... ..…...…...ii

HALAMAN PENGESAHAN ………..……….…..….…….………….…...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………..………..iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..……. ...………v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……... ……..…vi

ABSTRAK ……….………..……….……..………vii....

ABSTRACT ………..…….……….viii

KATA PENGANTAR ……….…………..…...……….…... …...…….ix

DAFTAR ISI ………..……….……….……..…….….….xi

DAFTAR TABEL ………...……..……….….xiv

DAFTAR GAMBAR ………...………...…xv DAFTAR LAMPIRAN ……….………...…...xvi

BAB I PENDAHULUAN ……….……….………...…….1

A. Latar Belakang Masalah ……….……….1

B. Identifikasi Masalah ……….….……….5

C. Batasan Masalah ……….……..………..5

D. Rumusan Masalah ……….……….…………..…..6

E. Tujuan Penelitian ……….……….………..6

F. Batasan Istilah ………....………..7…..

G. Manfaat Penelitian ………....……..…….………10


(14)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ……….…....….…………12

A. Prinsip-prinsip Belajar ………..………...………12

1. Pengertian Belajar …………..……….………....….12.…

2. Hakikat Belajar ………...………....…14

3. Ciri-ciri Belajar ………...………15.

4. Teori-teori Belajar ………...….……...….17

B. Sifat Matematika dan Struktur Kognitifnya ……….…..………...21

C. Berpikir Geometris dan Konsep-konsep Geometri …………...………….23

D. Pembuatan Soal (Problem Posing) ………...………..…..23

E. Motivasi ………...………30.…

F. Minat ………....………32

G. Efektivitas Pembelajaran ………...………33

H. Bangun Ruang Sisi Datar Prisma dan Limas ………...………34

1. Prisma ……….…...……….34

2. Limas ………...…...……..38

BAB III METODE PENELITIAN ………..……….44

A. Jenis Penelitian ……….…...……….44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………..……….44.

C. Subjek dan Objek Penelitian ………..……….45

D. Variabel Penelitian ………..……….45...

E. Bentuk Data ………..…………...46

F. Metode Pengumpulan Data ………....…………...47


(15)

xiii

H. Metode Analisis Data ………...……….57

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………....……….59

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN ………..………....………62

A. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ………....……….62

1. Persiapan Penelitian ………...……….….…...……..62

2. Pelaksanaan Penelitian ………...…...……….64

a. Selama Pembelajaran ………...……….6. 4

b. Setelah Pembelajaran ………..……….70

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ……….…...……….72

1. Hasil Penelitian ………...………72 a. Motivasi Belajar Siswa………..……….72 b. Prestasi Belajar Siswa ………...………..……….82

2. Pembahasan Penelitian ………86

C. Keterbatasan Penelitian ……….…...………88

BAB V PENUTUP ………..……….89

A. Kesimpulan ………..……….88

B. Saran ………..…..………….90


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Macam-macam Bentuk Prisma ………..…..… .35

Tabel 2.2 Macam-macam Bentuk Limas ……….………...…39

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Di Kelas VIII A …………..…..………...…44

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner ………..…...………..….50

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Akhir ……….…….………..…... 51

Tabel 4.1 Hasil Analisis Validitas Tes Hasil Belajar ………..………..…... .…62

Tabel 4.2 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa ………....…. .…71


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh benda yang menyerupai prisma …………..….…..…..…….34

Gambar 2....2 Bangun ruang prisma ………...….…….……..….34

Gambar 2.3 Prisma segienam ………..………...……..……..….36

Gambar 2.4 (a) Prisma segitiga ………..………..…...……..….37

Gambar 2.4 (b) Jaring-jaring prisma segitiga ………..……….…..….……..37

Gambar 2.5 (a) Bentuk limas di kehidupan sehari-hari ……..….….…...…...……38

Gambar 2.5 (b) Bangun ruang limas segiempat ………...…..…….38

Gambar 2.6 (a) Limas segiempat ………..….…..…..……41

Gambar 2.6 (b) Jaring-jaring limas segiempat ………...…..…..……41

Gambar 2.7 Kubus yang dibagi menjadi bentuk limas segiempat …..……..….…41

Gambar 4.1 Contoh Soal yang tidak dapat dikerjakan ……….... …………..87


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A

LAMPIRAN B

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………..……....………..……...93

Lampiran A.2 LKS ………..………...……...………..105

Lampiran A.3 Lembar Kerja Luas Permukaan ………..……...………..113

Lampiran A.4 Lembar Kerja Volume ………..……...………..114

Lampiran A.5 Soal Tes Tertulis………..………..…....………..115

Lampiran A.6 Pedoman Penskoran Tes Tertulis………...………..118

Lampiran B.1 Validasi Pakar ………....……….. …………...122

Lampiran B.2 Validasi Butir Soal…………..……….……..…..…………..125 Lampiran B.3 Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ………...……...…………..128 Lampiran B.4 Analisis Kuisioner ……….…...…………..130


(19)

xvii LAMPIRAN C

Lampiran C.1 Hasil Kerja Kelompok Luas Permukaan………...….... ……..……..132

Lampiran C.2 Hasil Kerja Kelompok Volume………..………….……...…………..134 Lampiran C.3 Hasil Ujian Tulis ………..…………..1.. 36

Lampiran C.4 Peta Kerawanan Kelas………..……...…………..143

Lampiran C.5 Hasil Observasi………..………..…………..…………..144 Lampiran C.6 Contoh Pengisian Kuisioner………...…………..160

Lampiran C.7 Transkrip Wawancara ………..………..………….163

Lampiran C.8 Foto ……….174


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia pendidikan, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa. Karena sifatnya yang abstrak, matematika dianggap sebagai ilmu yang sulit untuk dipahami. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa dalam mempelajari matematika, diantaranya adalah faktor dari luar dan dari dalam diri siswa. Faktor dari luar misalnya faktor guru yaitu cara mengajar dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selain faktor dari luar, faktor dari dalam siswa juga dapat mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa, misalnya anggapan siswa bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP Kanisius Kalasan, pembelajaran matematika di kelas VIII lebih didominasi oleh guru. Guru melakukan pembelajaran secara klasikal, namun juga ada kalanya guru memberikan latihan-latihan soal kepada siswa dan dikerjakan secara mandiri. Soal berasal dari guru dan buku pegangan siswa. Siswa mengerjakan soal secara mandiri dan dalam pengawasan guru.


(21)

Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa, baik kelas VIII maupun kelas IX. Pada siswa kelas VIII dilakukan wawancara mengenai pelajaran matematika dan metode pembelajaran. Banyak siswa yang kurang suka dengan pelajaran matematika karena matematika merupakan pelajaran yang sulit, banyak rumus dan susah untuk dipahami. Beberapa siswa juga mengaku tidak suka dengan pelajaran matematika karena malas menghitung dan tidak suka dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pada metode pembelajaran yang digunakan, siswa mengaku bosan dengan metode pembelajaran di kelas karena kurang bervariasi. Pada segi materi, kebanyakan siswa mengalami kesulitan pada materi Bangun Ruang Sisi Datar terutama prisma dan limas. Menurut mereka pada materi ini banyak rumus yang harus dihafal dan malas untuk menghitung.

Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan Marpaung (Marpaung, 2005:21) bahwa cara berpikir siswa hanyalah tiruan dari cara berpikir guru. Siswa bukan lagi dirinya sendiri, tetapi telah menjadi robot-robot kecil dalam cara berpikirnya. Dalam pembelajaran, guru sering memberikan contoh soal berikut dengan cara menyelesaikannya. Namun tidak jarang jika guru hanya menggunakan satu cara kemudian siswa diberikan latihan soal yang serupa dan diminta untuk mengerjakannya. Siswa akan menyelesaikan soal seperti apa yang dicontohkan guru. Siswa cenderung meniru dan kurang berani untuk menggunakan caranya sendiri karena takut salah dan tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru.


(22)

Metode pembelajaran seperti yang dicontohkan tersebut kurang efektif karena tujuan pembelajaran hanya sekedar siswa mengetahui apa yang diajarkan oleh guru, bukan memahami dan menerapkan apa yang sudah dipelajari. Tujuan pembelajaran yang diperlukan pada masa sekarang ini adalah siswa harus mengetahui, memahami, dan menerapkan pengetahuan yang didapat dalam proses belajar. Siswa diharapkan mampu untuk mencapai tujuan tersebut, maka guru juga harus dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, salah satunya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan menarik perhatian siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

Berbagai metode pembelajaran telah diciptakan demi kemajuan dunia pendidikan. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru harus tepat, bervariasi dan dapat menarik perhatian siswa. Selain metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, pembelajaran matematika di kelas juga harus difokuskan pada pemecahan masalah matematika. Dalam pembelajaran matematika hendaknya menjadikan pemecahan masalah sebagai bagian utama dari semua kegiatan pembelajaran. Pemecahan masalah perlu untuk dikuasai oleh siswa karena kemampuan ini dapat menjadi bekal bagi siswa dalam menghadapi masalah nyata yang berhubungan dengan matematika di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan alasan inilah, maka guru harus tahu metode pengajaran yang tepat dan bervariasi, dimana siswa dituntut untuk aktif dan lebih dominan dalam


(23)

pembelajaran dibandingkan dengan guru sehingga sasaran utama dari pembelajaran di kelas adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis, dan sistematis.

Cara berpikir logis, kritis, dan sistematis diperlukan siswa agar mereka dapat memahami materi dengan baik sehingga motivasi belajar siswa dapat meningkat. Jika motivasi belajar dapat terbangun dengan baik, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga sekolah yang bersangkutan dapat menghasilkan siswa-siswa dengan kualitas yang baik. Untuk mengembangkan potensi siswa tersebut, maka guru dapat menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi dan dapat menarik perhatian siswa serta dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, salah satu cara atau strateginya dengan menggunakan metode problem posing.

Metode problem posing adalah metode pembelajaran yang meningkatkan aktifitas kognitif siswa untuk menghasilkan soal baru dari soal yang telah diberikan dan diselesaikan kemudian dimodifikasi untuk mencari solusi penyelesaian yang lebih mudah dan bervariasi. Metode ini diharapkan cocok digunakan dalam pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar karena pada materi ini, siswa dapat lebih banyak memodifikasi soal-soal sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi ini. Sesuai dengan uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian yang berjudul Efektivitas Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Problem Posing pada Siswa Kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan.


(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu :

1. Ada siswa yang kurang suka dengan pelajaran matematika karena menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami

2. Ada siswa yang malas belajar matematika karena banyak rumus dan menghitung

3. Guru lebih aktif di kelas sedangkan siswa pasif

4. Beberapa siswa hanya meniru apa yang dicontohkan guru sehingga siswa kesulitan memahami makna dari penyelesaian soal yang diberikan guru

5. Ada siswa yang tidak memahami materi dengan baik

6. Metode pembelajaran matematika yang digunakan kurang menarik perhatian siswa

7. Ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran karena metode pembelajaran yang monoton dan kurang menarik

8. Nilai siswa yang kurang baik dalam pelajaran matematika

C. Batasan Masalah

Karena keterbatasan dalam waktu, tenaga, serta biaya, maka peneliti membatasi masalah yang ada sebagai berikut :


(25)

1. Penelitian dilakukan di SMP Kanisius Kalasan kelas VIII Semester II tahun pelajaran 2014/2015

2. Penelitian dipusatkan pada proses pembelajaran, minat dan motivasi belajar, dan hasil belajar siswa

3. Materi yang digunakan adalah materi Bangun Ruang Sisi Datar Prisma dan Limas

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dapat di simpulkan beberapa rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran ditinjau dari motivasi belajar siswa?

2. Bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran ditinjau dari prestasi belajar siswa?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran problem posing pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :


(26)

1. Mengetahui bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran ditinjau dari motivasi belajar siswa?

2. Mengetahui bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran ditinjau dari prestasi belajar siswa?

F.Batasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka perlu diberikan batasan istilah sebagai berikut :

1. Prinsip-prinsip belajar

Ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli, salah satunya adalah Drs. Slameto yang merumuskan pengertian belajar sebagai berikut : belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Seseorang yang telah belajar maka dia akan mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman yang baru yang merupakan hasil dari belajar.

2. Sifat matematika dan struktur kognitifnya

Matematika merupakan ilmu yang abstrak. Manusia tumbuh dan berkembang, olehkarenanya maka manusia juga mengalami tahapan-tahapan berpikir kognitif sesuai dengan usianya.


(27)

3. Berpikir geometris dan konsep-konsep geometri

Berpikir geometris perlu untuk diberikan kepada siswa karena dapat memberikan manfaat kepada siswa yaitu logika (pemahaman) keruangan dan materi geometri.

4. Pembuatan soal (problem posing)

Problem posing merupakan istilah lain dari kata pembuatan soal. Dalam pembelajaran matematika, pembuatan soal merupakan salah satu tema utama. Problem posing bukan lagi ide baru dalam pembelajaran matematika. Istilah tersebut sudah diperkenalkan di beberapa negara di dunia seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang, dan Singapura.

Problem posing dapat diartikan sebagai pembentukan soal berdasarkan konteks, cerita, informasi atau gambar yang diketahui. Menurut Silver (Abu Elwan, 2000), pengertian problem posing tidak terbatas pada pembentukan soal yang betul-betul baru, tetapi dapat berarti mereformulasi soal-soal yang diberikan.

5. Motivasi

Menurut Mc Donald (Djamarah, 2011:148) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi dapat muncul dari dalam diri seseorang (intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya


(28)

tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang aktif berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Kedua macam motivasi tersebut diperlukan para peserta didik untuk kemajuan belajar.

6. Minat

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.

7. Efektivitas pembelajaran

Efektivitas berkaitan dengan tercapainya tujuan, katepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota (kelompok).

8. Bangun ruang sisi datar prisma dan limas

Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi datar prisma dan limas, lebih khususnya adalah volume dan luas permukaan prisma dan limas.


(29)

G.Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi siswa

Menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sehingga dapat memotivasi siswa untuk mempelajari matematika dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru

Menambah wawasan dalam penggunaan metode pembelajaran sehingga dapat menarik minat dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar matematika.

3. Bagi sekolah

Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi.

H.Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, manfaat hasil penelitian, batasan istilah, manfaat hasil penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi landasan teori yang berisi penjelasan mengenai beberapa teori yang digunakan sebagai dasar penelitian, seperti : (i) prinsip-prinsip belajar, (iii) sifat matematika dan struktur kognitifnya (iv) berpikir geometris dan


(30)

konsep-konsep geometri, (vi) pembuatan soal (problem posing), (vii) motivasi, (viii) minat, (ix) efektivitas pembelajaran, (x) Bangun Ruang sisi Datar Prisma dan Limas.

Bab III merupakan metode penelitian yang berisi penjelasan mengenai tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, metode pengumpulan data, instrument penelitian, data penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data. Bab IV merupakan hasil penelitian yang berisi tentang diskripsi tentang proses pelaksanaan penelitian dan hasil penelitian. Pada bab V merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk pembelajaran dan penelitian selanjutnya.


(31)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prinsip-prinsip Belajar

Belajar merupakan kata yang sering disengar setiap hari. Belajar biasanya identik dengan para pelajar baik siswa SD, SMP, SMA dan mahasiswa. Bukan hanya sekedar kata, namun belajar sudah sangat lekat dengan kegiatan sehari-hari bagi para pelajar dalam menuntut ilmu di institusi pendidikan formal. Kegiatan belajar dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun sesuai dengan keinginan masing-masing orang. Meskipun kata “belajar” selalu dipakai, didengar, dan di lakukan setiap saat, namun tidak semua orang tahu apa arti dan makna dari belajar.

1. Pengertian Belajar

Setiap orang seharusnya tahu setiap arti dan kata yang diucapkan, namun dalam kenyataannya kadang orang kurang tahu arti dan makna dari kata yang sedang diucapkannya. Mengerti dan memahami dengan baik suatu kata merupakan hal yang penting agar tidak menjadikan pemahaman yang keliru akan suatu kata. Seperti kata “belajar” juga harus diketahui dengan baik apa arti dan maknanya agar tidak menimbulkan kekeliruan makna dari kata tersebut.

Beberapa ahli psikologi dan pendidikan telah mengemukakan pengertian belajar sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing.


(32)

Ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli (Djamarah, 2011:12), diantaranya adalah

a) James O Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. b) Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

c) Howard L Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

d) Geoch merumuskan learning is change is performance as a result of practice. Belajar adalah perubahan suatu tindakan yang merupakan akibat dari latihan.

e) Slameto juga merumuskan pengertian belajar yaitu belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktifitas yang melibatkan fisik dan


(33)

psikis. Gerakan fisik dilakukan sebagai suatu perantara dari aktifitas psikis, sebagai contoh dengan melihat atau menggerakkan anggota tubuh. Namun demikian, belajar merupakan suatu perubahan dari psikis seseorang dengan adanya kesan baru. Kesan tersebut akan mempengaruhi dan mengubah psikis seseorang menjadi lebih baik yang kemudian dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah, 2011:13).

2. Hakikat Belajar

Pada pembahasan sebelumnya telah disampaikan pengertian belajar menurut beberapa ahli. Dari beberapa pendapat mengenai belajar, ada kata yang sangat penting yaitu “perubahan” atau “change“. Beberapa pendapat tentang belajar yang telah dikemukakan sebelumnya, yang paling penting dalam belajar adalah adanya sebuah perubahan. Perubahan yang dikehendaki tentu saja merupakan suatu perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki dalam pengertian belajar.

Dengan demikian, seseorang yang telah melakukan aktivitas belajar, maka ia akan mengalami perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman atau kesan yang baru. Namun perlu dipahami bahwa perubahan dalam belajar merupakan perubahan pada aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Akhirnya dapat disimpulkan


(34)

bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar (Djamarah,2011:14).

3. Ciri-ciri Belajar

Berikut merupakan ciri-ciri belajar berdasarkan hakikat belajar yang merupakan perubahan tingkah laku (Djamarah,2011:15-16), yaitu a) Perubahan yang terjadi secara sadar

Perubahan yang terjadi secara sadar berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu telah merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia akan menyadari akan kemampuannya yang bertambah, kecakapan bertambah, atau kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan individu yang terjadi karena ia tidak sadar bukan termasuk ke dalam perubahan dalam pengertian belajar.

b) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Sebagai contoh adalah seorang anak yang belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan yang semula tidak bisa menulis menjadi dapat menulis. Selanjutnya ia dapat menulis dengan baik dan dapat menggunakan berbagai macam alat tulis. Disamping itu, ia akan memperoleh


(35)

kecakapan dalam menulis surat, catatan, mengerjakan soal, dan sebagainya.

c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Pada dasarnya, belajar akan menghasikan perubahan-perubahan yang selalu bertambah dan akan menuju ke hal yang lebih baik. Dengan demikian, semakin banyak belajar, maka akan semakin banyak pengalaman dan perubahan yang diperoleh. Perubahan yang diharapkan dalam belajar adalah perubahan yang aktif, artinya bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu yang bersangkutan.

d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang hanya bersifat sementara (temporer) bukan merupakan perubahan dalam pengertian belajar, misalnya menangis, berkeringat, dan sebagainya. Perubahan dalam belajar bersifat menetap (permanen) dan kemungkinan akan terus berkembang bila terus digunakan atau dilatih.

e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada tingkah laku yang benar-benar disadari dan yang telah ditetapkan.

f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan secara keseluruhan tingkah laku. Jika


(36)

seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

4. Teori-teori Belajar

Berbagai macam teori belajar telah ditemukan oleh para ahli melalui penelitian. Teori-teori yang didapat terus menerus dikembangkan oleh para ahli sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian dan mendapatkan teori yang baru dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Berikut akan dikemukakan teori-teori belajar menurut para ahli (Djamarah,2011:17-27)

a) Teori belajar menurut ilmu jiwa daya

Menurut para ahli ilmu jiwa daya, jiwa manusia mempunyai daya-daya. Manusia akan memanfaatkan daya itu dengan cara melatihnya sehingga ketajamannya akan dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal, misalnya mengenal, mengingat, dan sebagainya.

Akibat adanya teori inimaka belajar hanyalah melatih semua daya dengan cara menghafal kata-kata atau angka. Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanya bersifat hafalan dan kurang menekankan makna dari apa yang dipelajari. Walaupun begitu,teori ini cocok digunakan untuk menghafal rumus, kata-kata asing, dan sebagainya. Oleh karena itu menurut para ahli jiwa daya, bila ingin berhasil dalam belajar maka latihlan semua daya yang ada dalam diri.


(37)

b) Teori tanggapan

Teori tanggapan merupakan suatu teori yang menentang teori jiwa daya. Tokoh dalam teori ini adalah Herbart. Menurut Herbart, teori yang dikedepankan oleh ilmu jiwa daya tidak ilmiah, sebab psikologi daya tidak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Oleh karena itu Herbart menunjukkan teorinya yaitu teori tanggapan, karena menurutnya unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.

Menurut teori tanggapan, belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai. Sedikit tanggapan berarti dikatakan kurang pandai. Maka orang pandai berarti orang yangbanyak mempunyai tanggapan yang tersimpan dalam otaknya. Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka belajar adalah memasukkan kesan-kesan kedalam otak dan menjadikan orang pandai.

c) Teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt

Gestalt merupakan sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting daripada bagian, sebab bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan.

Menurut teori Gestalt, yang terpenting dalam belajar adalah penyesuaian pertama yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang


(38)

tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi, namun mengerti atau memperoleh insight (pengertian).

d) Teori belajar dari R. Gagne

Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu 1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2) Belajar adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari instruksi

Gegne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the domains of learning, yaitu

i. Keterampilan motoris (motor skill) ii. Informasi verbal

iii. Kemampuan intelektual iv. Strategi kognitif

v. Sikap

e) Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi

Teori asosiasi disebut juga teori sarbond. Sarbond merupakan singkatan dari Stimulus (rangsangan), Respons (tanggapan), dan Bond (dihubungkan). Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah asosiasi. Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya


(39)

terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Penyatupaduan bagian-bagian melahirkan konsep keseluruhan.

Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal, yaitu teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari Ivan P Pavlov.

1) Teori konektionisme

Dalam penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa respons lepas dari kurungan itu lambat laun diasosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar coba-coba, trial and error. Respons benar lambat laun akan diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang, sedangkan renpons yang tidak benar akan diperlambat atau dihilangkan. Gejala ini disebut substitusi respons (kondisioning instrumental). Ada tiga hokum belajar menurut Torndike, yaitu

i. Hukum efek

Hukuman tidak sama pengaruhnya dengan ganjaran dalam belajar

ii. Hukum latihan

Pengalaman yang diulang-ulang akan memperbesar peluang timbulnya respons yang benar

iii. Hukum kesiapan

Pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu impuls yang kuat menimbulkan kepuasan, sedangkan


(40)

menghalang-halangi pelaksanaan tindakan akan memaksanya menimbulkan kejengkelan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Thorndike, dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. 2) Teori conditioning

Manusia pasti pernah melakukan hal-hal sesuai dengan kebiasaan dalam kondisi tertentu. Bentuk-bentuk kelakuan tersebut terjadi karena adanya conditioning. Karena kondisinya diciptakan, maka dapat menjadi sebuah kebiasaan, sehingga kondisi yang diciptakan merupakan syarat memunculkan refleks bersyarat.

B. Sifat Matematika dan Struktur Kognitifnya

Matematika merupakan suatu ilmu yang abstrak, objek-objeknya tidak dapat diamati oleh indera manusia. Konsep-konsep matematika semuanya merupakan hasil rekayasa mental (mental construct) yang terjadi melalui proses abstraksi, generalisasi, idelaisasi, deduksi, dan sebagainya, dan oleh karenanya sifatnya abstrak. Hanya representasi obyek matematika yang dapat diamati (Marpaung, 1995).


(41)

Menurut Piaget (Baharuddin, 2009) perkembangan intelegensi manusia dibagi dalam tahapan-tahapan yang berjenjang sebagai berikut :

1. Tahap sensori-motor : pada umur sekitar 0 - 2 tahun Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi: a. Meniru, mengingat, dan berpikir

b. Mulai mengenal dunia luar meskipun masih secara samar c. Aktifitas gerak refleks

2. Tahap pre-operasional : pada umur sekitar 2 tahun - 7 tahun Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi:

a. Mengembangkan kecakapan berbahasa

b. Mempunyai kemampuan berpikir dalam bentuk simbol c. berpikir logis

3. Tahap operasional konkrit : umur sekitar 7 tahun - 11 tahun Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi:

a. Mampu memecahkan masalah yang nyata

b. Mengerti hukum dan mampu membedakan baik buruk 4. Tahap operasi formal : pada umur lebih dari 11 tahun

Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi: a. Mampu memecahkan masalah yang abstrak b. Dapat berpikir ilmiah

c. Mengembangkan kepribadian

Siswa SMP berada pada tahap keempat yaitu tahap operasi formal. Pada tahap ini siswa sudah mampu untuk mengembangkan cara berpikir yang


(42)

lebih ilmiah dan dapat memecahkan masalah yang abstrak. Pada jenjang SMP, siswa sudah diajak untuk berpikir matematis dan lebih abstrak dibandingkan dengan jenjang sekolah dasar.

C. Berpikir Geometris dan Konsep-konsep Geometri

Berpikir geometris perlu untuk diberikan kepada siswa karena dapat memberikan manfaat kepada siswa yaitu logika (pemahaman) keruangan dan materi geometri. Pemahaman ruang dan materi mengenai geometri bermanfaat untuk siswa karena dapat membantu perkembangan siswa. Walle (Van De Walle, 2008:150) mendefinisikan pemahaman ruang sebagai naluri akan bentuk-bentuk dan kaitan diantaranya. Seseorang yang memiliki pemahaman ruang mempunyai kepekaan akan aspek-aspek geometri di sekelilingnya dan berbagai bentuk bangun yang terbentuk oleh objek-objek di lingkungan sekitar.

Walle juga berpendapat bahwa pemahaman ruang didapat bukan dari bakat yang dimiliki seseorang, namun karena seseorang mau berlatih secara konsisten. Tanpa pengalaman geometri, maka kebanyakan orang tidak berkembang dalam pemahaman dan logika keruangan. Pada materi geometri mencakup empat tingkatan, yaitu bentuk dan sifat, transformasi, lokasi, dan visualisasi baik geometri dua dimensi maupun tiga dimensi.


(43)

D. Pembuatan Soal (Problem posing)

Menurut Gonzales (Abu Elwan, 2000) salah satu tujuan utama pembelajaran matematika adalah untuk mendorong para murid untuk menjadi pemecah masalah terbaik. Untuk mencapai tujuan tersebut, diajarkan strategi pemecahan masalah matematika dengan melibatkan keaktifan siswa. Metode yang menekankan pada pemecahan masalah bagi para siswa adalah metode problem posing. Gaya baru dalam pendidikan matematika merekomendasikan perubahan pembelajaran yang meminta siswa untuk memecahkan masalah, mengembangkan pengetahuan dengan memodifikasi pertanyaan-pertanyaan siswa, menambahkan data baru, menghilangkan beberapa data, mengubah variabel atau membangun masalah baru berdasarkan gagasan yang asli.

Problem posing merupakan istilah lain dari kata pembuatan soal. Dalam pembelajaran matematika, pembuatan soal merupakan salah satu tema utama. Problem posing bukan lagi ide baru dalam pembelajaran matematika. Istilah tersebut sudah diperkenalkan di beberapa negara di dunia seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang, dan Singapura.

Problem posing dapat diartikan sebagai pembentukan soal berdasarkan konteks, cerita, informasi atau gambar yang diketahui. Menurut Silver (Abu Elwan, 2000), pengertian problem posing tidak terbatas pada pembentukan soal yang betul-betul baru, tetapi dapat berarti mereformulasi soal-soal yang diberikan. Terdapat beberapa cara pembentukan soal baru dari soal yang telah diberikan, misalnya dengan mengubah atau menambah data atau informasi


(44)

pada soal itu, misalnya mengubah bilangan,operasi, objek, syarat, atau konteksnya.

Tentang pembentukan pertanyaan oleh siswa, Brown dan Walter (1990:10) menyatakan bahwa : There is a myth that it is the role ofthe expert or authority (textbook, teachers, research mathematician) to ask the question and for the student merely to answer them. Of course,it is considered good pedagogy to encourage students to ask questions,but there are usually questions of an instrumental nature questions that enable teachers to pursue their pre-conceived agendas.

Seorang guru diharapkan dapat memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh siswa yang berguna untuk mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan balikan kepada guru. Seorang siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan agar dapat mengikuti alur pembelajaran yang sudah direncanakan oleh guru. Misalnya di sekolah dasar, guru mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk memastikan bahwa siswa dapat memahami dengan baik materi yang telah disampaikan. Menurut Silver (Mahmudi, 2008), problem posing meliputi beberapa pengertian,yaitu (1) perumusan soal atau perumusan ulang soal yang telah diberikan dengan beberapa perubahan agar lebih mudah dipahami siswa, (2) perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka penemuan alternatif penyelesaian, dan (3) pembuatan soal dari suatu situasi yang diberikan.


(45)

Silver dan Cai (Abu Elwan, 2000) mengklasifikasikan tiga aktivitas kognitif dalam pembuatan soal sebagai berikut :

1. Pre solution posing

Pre solution posing adalah p

embuatan soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan. Contoh :

Buatlah soal berdasarkan informasi berikut ini : Ali bermaksud membeli sebuah buku seharga Rp 10.000,00 tetapi ia hanya mempunyai uang Rp 6.000,00

Soal-soal yang mungkin dibuat siswa adalah (1) Apakah Ali mempunyai cukup uang untuk membeli buku?, (2) Baerapa rupiah lagi yang dibutuhkan Ali agar dapat membeli buku itu?

2. Within solution posing

Pembuatan atau formulasi soal yang sedang diselesaikan. Pembuatan soal demikian sebagai penyederhanaan dari soal yang sedang diselesaikan. Dengan demikian, pembuatan soal demikian akan mendukung penyelesaian semula.

Contoh :

Diketahui soal sebagai berikut :

Sebanyak 20.000 galon air diisikan ke kolam renang dengan kecepatan tetap. Setelah 4 jam pengisian, isi kolam renang tersebut menjadi 5

8 nya. Jika sebelum pengisian kolam tersebut telah berisi seperempatnya, berapakah kecepatan aliran air tersebut?


(46)

Soal-soal yang mungkin disusun oleh siswa yang dapat mendukung penyelesaian soal tersebut adalah sebagai berikut:

a) Berapa gallon air di kolam renang ketika kolam berisi seperempatnya? Berapa gallon air di kolam renang ketika kolam renang itu berisi 5

8 nya?

b) Berapakah perubahan banyaknya air dalam kolam renang setelah 5 jam pengisian?

c) Berapakah rata-rata perubahan banyaknya air kolam renang itu? d) Berapa waktu yang diperlukan untuk mengisi kolam renang tersebut

sampai penuh? 3. Post solution posing

Post solution posing disebut juga sebagai find a more challenging problem. Siswa memodifikasi atau merevisi tujuan atau kondisi soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang lebih menantang. Pembuatan soal demikian merujuk pada strategi what if not atau what happen if . Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membuat soal dengan strategi itu adalah sebagai berikut :

a) Mengubah informasi atau data pada soal semula b) Menambah informasi atau data pada soal semula

c) Mengubah nilai data yang diberikan, tetapi tetap mempertahankan kondisi atau situasi soal semula

d) Mengubah situasi atau kondisi soal semula, tetapi tetap mempertahankan data atau informasi yang ada pada soal semula


(47)

Contoh :

Luas persegi panjang dengan panjang 4 m dan lebar 2 m adalah 8 m² Soal-soal yang dapat disusun adalah sebagai berikut :

a) Bagaimana jika lebarnya menjadi 3 m? Bagaimana luasnya?

b) Apa yang terjadi jika mengubah panjang dan lebarnya menjadi masing-masing dua kali? Apakah luasnya juga akan menjadi dua kaliluas semula?

c) Bagaimana jika kita mengubah panjangnya menjadi dua kali dan mengurangi lebarnya menjadi setengahnya? Apakah luasnya akan tetap?

d) Tentukan panjang dan lebar suatu persegi panjang yang luasnya sama dengan dua kali luas semula?

Abu-Elwan (Abu Elwan, 2000) mengklasifikasikan problem posing menjadi tiga tipe yaitu :

1. Free problem posing (problem posing bebas)

Menurut tipe ini siswa diminta untuk membuat soal secara bebas berdasarkan situasi di kehidupan sehari-hari (dalam atau luar sekolah). Pada tipe ini guru dapat menghubungkan situasi kehidupan nyata dengan ilmu matematika dan meminta para siswa untuk membuat contoh masalah yang baru namun masih berhubungan dengan contoh yang diberikan guru. 2. Semi structured problem posing (problem posing semi terstruktur)

Dalam hal ini siswa diberikan suatu situasi bebas dan diminta untuk mengeksplorasinya dengan menggunakan pengetahuan,


(48)

keterampilan, atau konsep yang telah mereka miliki. Bentuk soal yang dapat diberikan adalah soal terbuka yang melibatkan aktivitas integrasi matematika, membuat soal berdasarkan soal yang diberikan, membuat soal dengan konteks yang sama dengan soal yang diberikan, membuat soal terkait dengan teorema tertentu, atau membuat soal berdasarkan gambar yang diberikan.

3. Structured problem posing (problem posing terstruktur)

Dalam hal ini siswa diminta untuk membuat soal berdasarkan soal yang diketahui dengan mengubah data atau informasi yang diketahui. Brown dan Walter (1990) merancang formula pembuatan soal berdasarkan soal-soal yang telah diselesaikan dengan menvariasikan kondisi atau tujuan dari soal yang diberikan.

Pada metode ini, guru harus mendorong siswa untuk membuat contoh masalah baru dan bekerjasama dengan teman sebangku (satu kelompok 2 siswa) untuk membuat contoh soal serta penyelesaiannya, dengan demikian siswa menjadi lebih kompeten dalam memahami materi. Kerjasama dengan teman dapat juga dilakukan dengan teman lain sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru, jumlah kelompok tidak begitu dipermasalahkan karena kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan melatih siswa agar dapat membuat soal dengan baik sesuai dengankompetensi yang akan dicapai pada materi yang bersangkutan.


(49)

Dengan kata lain dapat di simpulkan bahwa metode problem posing (pembuatan soal) ini digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan agar siswa dapat memahami materi dengan baik, bukan menghafal namun memahami. Siswa yang dapat membuat soal pasti dapat memberikan jawaban atas soal yang telah dibuat (kunci jawaban), dengan demikian jika siswa tidak memahami materi dengan baik, maka siswa tidak dapat membuat soal dengan baik pula.

E. Motivasi

Menurut Mc Donald (Djamarah, 2011:148) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar mengajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Menurut Moslow (Djamarah, 2011:149), dia sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, misalnya kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, pengharapan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang dapat memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.


(50)

Motivasi dapat muncul dari dalam diri seseorang (intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang aktif berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Kedua macam motivasi tersebut diperlukan para peserta didik untuk kemajuan belajar.

Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Fungsi motivasi dalam belajar adalah

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Siswa senang dengan hal-hal baru dan akan terus mencari tahu hal-hal lainnya untuk memuaskan rasa keingintahuannya itu. Sesuatu yang belum diketahuinya itu dapat menjadi pendorongnya untuk belajar. Keingintahuannya yang tinggi inilah yang membuat siswa terdorong untuk belajar.

2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Motivasi siswa juga dapat diperlihatkan dengan aktifitas fisik siswa. Dengan melakukan aktifitas fisik, siswa sudah melakukan kegiatan belajar.

3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Motivasi jugadapat menjadikan siswa dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan.


(51)

Ketiga fungsi motivasi tersebut sangat penting untuk dicapai. Untuk dapat mengoptimalkan fungsi motivasi tersebut, maka harus ada upaya peningkatan motivasi belajar siswa. Siswa yang kurang termotivasi untuk belajar biasanya cenderung kurang aktif saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Menurut De Decce dan Grawford, guru harus dapat menggairahkan peserta didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajatan.

F. Minat

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Djamarah, 2011:166).

Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tidak menghiraukan yang lain.


(52)

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya secara sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai minat. Minat merupakan alat motivasi utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu guru perlu untuk membangkitkan minat peserta didik agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami oleh peserta didik.

G. Efektivitas Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan) atau ada pengaruhnya (tentang akibatnya, pengaruhnya, kesannya), sedangkan efektivitas berarti keberhasilan (tentang usaha, tindakan) atau keadaan berpengaruh.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan tercapainya tujuan, katepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota (kelompok).


(53)

H. Bangun Ruang Sisi Datar Prisma dan Limas

(Sumber : Marsigit. 2009.Matematika 2 SMP Kelas VIII.Jakarta: Yudhistira dan Agus,Nuniek Avianti.2007.Mudah Belajar Matematika 2.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional)

1. Prisma

a. Pengertian Prisma

Gambar 2.1 Contoh benda yang menyerupai prisma

Gambar 2.2 Bangun ruang prisma

Benda tersebut memiliki alas dan atap (tutup) yang bentuk dan ukurannya sama (kongruen), selain itu semua sisi bagian samping berbentuk jajar genjang. Bangun ruang seperti ini disebut prisma. Jadi dapat disimpulkan bahwa prisma adalah benda yang dibatasi dua bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang berbentuk jajargenjang yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar.


(54)

b. Macam-macam Prisma

Tabel 2.1 Macam-macam Bentuk Prisma

Gambar Nama Jumlah

Sisi (S)

Jumlah Rusuk

(R )

Jumlah Titik Sudut (T)

Prisma

segitiga 5 9 6

Prisma

segiempat 6 12 8

Prisma segilima

7 15 10

Prisma

segienam 8 18 12


(55)

c. Unsur-unsur Prisma

Perhatikan prisma segienam ABCDEF.GHIJKL berikut :

Gambar 2.3 Prisma segienam

Prisma segienam tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1) Sisi/ Bidang

Pada prisma segienam tersebut memiliki 8 sisi atau bidang yaitu ABCDEF (sisi alas), GHIJKL (sisi atas), BCIH, CDJI, DEKJ, EFLK, FAGL, dan ABHG yang merupakan sisi tegak yang berbentuk persegi panjang.

2) Rusuk

Pada prisma segienam tersebut terdapat 18 rusuk , 6 diantaranya adalah rusuk tegak. Rusuk-rusuk tersebut adalah AB, BC, CD, DE, EF, FA, HI, IJ, JK, KL, LG, dan rusuk tegaknya adalah AG, BH, CI, DJ, EK, dan FL.

3) Titik sudut

Prisma segienam memiliki 12 titik sudut, yaitu Titik A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, dan L


(56)

4) Diagonal bidang

Pada prisma segienam terdapat 30 diagonal bidang, diantaranya adalah BG, CJ, KG, dan KH.

5) Bidang diagonal

Pada prisma segienam memiliki 9 bidang diagonal salah satunya adalah bidang ACIG, ADJG, dan AEKG.

d. Sifat-sifat prisma

1) Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen 2) Sisi tegak prisma berbentuk jajargenjang

3) Prisma memiliki rusuk-rusuk tegak

4) Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang sama

e. Luas Permukaan Prisma Perhatikan gambar berikut ini

Gambar 2.4 (a) Prisma segitiga (b) Jaring-jaring prisma segitiga

Gambar tersebut merupakan gambar prisma segitiga (a) dan jaring-jaring prisma (b). Dari gambar (b) terluhat bahwa prisma segitiga terdiri dari dua segitiga yang kongruen sebagai alas dan tutup dan tiga buah


(57)

persegi panjang sebagai sisi tegak. Dengan demikian dapat disimpulkan luas permukaan prisma adalah

f. Volume Prisma

Volume prisma dapat dicari dengan rumus :

2. Limas

a. Pengertian Limas

(a) (b)

Gambar 2.5 (a) Bentuk limas di kehidupan sehari-hari ( Piramida Mesir), (b) Bangun ruang limas segiempat

Limas adalah benda yang dibatasi oleh bidang alas dan bidang-bidang sisi yang bersekutuan di satu titik.

= 2 ×� + � − � �


(58)

b. Macam-macam Limas

Tabel 2.2 Macam-macam Bentuk Limas

Gambar Nama Jumlah

Sisi (S)

Jumlah Rusuk

(R )

Jumlah Titik Sudut (T)

Limas

segitiga 4 6 4

Limas

segiempat 5 8 5

Limas

segilima 6 10 6

Limas

segienam 7 12 7


(59)

c. Unsur-unsur Limas

Unsur-unsur limas segiempat adalah 1) Sisi/ Bidang

Sisi PQRS (alas) dan KPQ, KQR, KRS, KSP (sisi tegak) 2) Rusuk

Prisma segiempat memiliki 8 rusukyaitu PQ, QR, RS, ST, KP, KQ, KR, dan KS

3) Titik sudut

Titik sudut limas segiempat adalima yaitu titik P, Q, R, S, dan K (titik puncak)

d. Ciri-ciri limas

Ciri-ciri limas beraturan adalah sebagai berikut 1) Bidang alasnya beraturan

2) Proyeksi titik puncak pada bidang alas berimpitan dengan titik pusat dari bidang alas

3) Bidang-bidang sisi merupakan segitiga samakaki yang sama dan sebangun (kongruen)

4) Rusuk-rusuk tegaknya sama panjang


(60)

e. Luas Permukaan Limas

Gambar 2.6 (a) Limas segiempat, (b) Jaring-jaring limas segiempat

Gambar tersebut menunjukkan limas segiempat (a) dan jaring-jaring limas segiempat (b)

Setelah melihat jaring-jaring limas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa luas permukaan limas adalah

� � =� + ℎ �

f. Volume Limas

Perhatikan gambar berikut


(61)

Kubus tersebut dapat dibagi menjadi enam bagian limas, maka dapat dicari volume limas yaitu

6 × . = .

� . = 1

6× × ×

= 1

6× × ×

= 1

6× × ×

2 2

= 2

2×

2

= 1

2×

2 Sehingga Volume Limas adalah

I. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika yang menarik dapat mempengaruhi minat siswa untuk mempelajarari materi dengan baik sehingga pemahaman materi siswa akan mendalam. Berdasarkan observasi dan wawancara di SMP Kanisius Kalasan, didapat beberapa kendala siswa dalam mempelajari matematika diantaranya metode pembelajaran dan materi yang rumit sehingga minat dan motivasi belajar siswa menjadi rendah. Kerena motivasi belajar yang rendah maka akan berdampak pada hasil belajar dan pemahaman materi siswa yang kurang baik terutama pada siswa kelas VIII.

� � = 1


(62)

Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti akan mencobakan salah satu metode pembelajaran Problem Posing (pembuatan soal). Dengan menggunakan metode ini siswa dituntut untuk lebih aktif dan memahami materi dengan baik. Metode ini menuntut siswa untuk dapat membuat soal berdasarkan materi yang dipelajari. Pembuatan soal membutuhkan pemahaman materi yang baik, tidak hanya materi yang sedang dipelajari, namun juga marteri yang berssangkutan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat efektivitas pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Posing ditinjau dari minat dan motivasi belajar siswa serta hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa didapat dari tes tertulis yang dilakukan oleh siswa sedangkan minat dan motivasi belajar siswa dilihat dari kuisioneryang telah diisi siswa dan wawancara. Peneliti juga akan mengamati proses pembelajaran dan sikap siswa saat pembelajaran berlangsung.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran menggunakan metode problem posing dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah penelitian ini berhasil atau dengan kata lain pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing sudah efektif, maka akan sangat bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah sehingga metode ini dapat digunakan pada pembelajaran matematika dengan materi yang sama dengan tujuan agar kualitas pembelajaran dapat meningkat.


(63)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif-kualitatif. Menurut Widi (2010:47) Metode penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mencoba untuk memberikan gambaran secara sistematis tentang situasi, permasalahan, fenomena, layanan atau program, ataupun menyediakan informasi. Pendekatan kuantitatif berupa skor hasil belajar siswa terhadap materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan metode pembelajaran problem posing. Data kuantitatif juga akan didukung dengan adanya data kualitatif berupa lembar observasi, kuisioner minat dan motivasi siswa, wawancara, dan foto.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 semester genap tahun ajaran 2014/2015

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Di Kelas VIII A No Hari/Tanggal Waktu Keterangan

1. Rabu, 20 Mei 2015

07.00-08.20

Pembuatan soal luas permukaan prisma dan

limas 2. Kamis, 21 Mei

2015


(64)

45

permukaan prisma dan limas

3. Selasa, 26 Mei 2015

09.55-11.15

Pembuatan soal volume prisma dan limas 4. Rabu, 27 Mei

2015

07.00-08.20

Mengerjakan soal volume prisma dan limas 5. Kamis, 28 Mei

2015

07.00-08.20

Ujian tertulis prisma dan limas, pengisian kuisioner 6. Sabtu, 30 Mei

2015

08.20-10.35

Wawancara

2. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan yang terletak di Krajan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Kalasan semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 26 siswa.

Objek penelitian ini adalah efektivitas penggunaan metode problem posing pada pokok bahasan volume dan luas permukaan bangun ruang sisi datar prisma dan limas ditinjau dari motivasi dan hasil belajar siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran problem posing


(65)

46

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat, motivasi, dan hasil belajar siswa pada penggunaan metode pembelajaran problem posing

E. Bentuk Data

1. Data minat dan motivasi belajar siswa

Data tentang minat dan motivasi belajar siswa didapat dari observasi yang dilakukan saat kegiatan belajar mengajar dan pemberian kuisioner untuk seluruh siswa kelas VIII A setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing. Data yang diperoleh melalui kuisioner berupa angka. Peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa siswa mengenai tanggapan mereka terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan dengan metode problem posing. Hal ini dilakukan sebagai penguatan dari kuisioner yang telah diisi oleh siswa. Data yang diperoleh dari hasil wawancara berupa pernyataan.

2. Data prestasi belajar siswa

Data prestasi belajar siswa diperoleh dengan melakukan tes akhir setelah siswa selesai mempelajari materi luas permukaan dan volume bangun datar prisma dan limas. Data yang diperoleh berupa angka. Hasil dari tes akhir digunakan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode problem posing dalam meningkatkan minat, motivasi, dan prestasi belajar siswa di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan.


(66)

47

F. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data minat dan motivasi belajar siswa adalah observasi, kuisioner dan wawancara, sedangkan metode yang digunakan untuk pengumpulan data hasil belajar siswa adalah tes akhir berupa tes tertulis.

1. Data minat dan motivasi belajar

Data minat dan motivasi belajar siswa diperoleh dari hasil observasi dan analisis kuisioner mengenai tanggapan siswa terhadap metode problem posing pada pembelajaran luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar prisma dan limas. Sebagai penguatan dari kuisioner, peneliti juga mengadakan observasi saat pembelajaran berlangsung dan wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa.

2. Data prestasi belajar siswa

Data prestasi belajar siswa diperoleh dari analisis tes akhir berupa tes tertulis yang dilakukan setelah siswa selesai mempelajari materi luas permukaan dan volume bangun datar prisma dan limas. Hasil belajar siswa inilah yang akan digunakan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran problem posing pada pembelajaran luas permukaan dan volume bangun datar prisma dan limas.


(67)

48

G. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini akan digunakan dua instrumen, yaitu 1. Instrumen Pembelajaran

Dalam penelitian ini, instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar guru berupa LKS dan power point. Penyusunan LKS mengacu pada indikator dan tujuan pembelajaran yang tercantum dalam RPP.

2. Instrumen Penelitian

a. Kuisioner motivasi belajar siswa

Pada penyusunan kuisioner, merumuskan pertanyaan merupakan aspek yang terpenting karena dapat mempengaruhi nilai yang dihasilkan. Pembuatan pertanyaan yang tepat dapat menghasilkan pandangan (persepsi) yang sama pada masing-masing responden. Menurut Noor (2012:141), pendapat responden kemungkinan bukan gambaran dari sikap responden, tetapi hanya jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Berikut merupakan prinsip penyusunan pertanyaan dalam kuisioner :

1) Pertanyaan harus tepat untuk menangkap variabel yang diteliti 2) Bahasa dan kata-kata dalam kuisioner seharusnya disesuaikan

dengan tingkat pemahaman responden

3) Bentuk dan jenis pertanyaan seharusnya dipilih yang dapat meminimumkan bias responden


(68)

49

4) Pengurutan pertanyaan seharusnya mengalirkan tahapan respon secara lembut

5) Data pribadi seharusnya dikumpulkan dengan memerhatikan privasi responden

Pada penelitian ini kuisioner dibuat untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa mengenai metode pembelajaran yang digunakan, terutama untuk mengetahui pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Penyusunan kuisioner mengacu pada minat, motivasi, perhatian siswa di kelas, konsentrasi, rasa ingin tahu, keaktifan siswa, keterlibatan siswa dalam pembelajaran, ketekunan siswa, sikap pantang menyerah dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dan semangat siswa dalam pembelajaran

Kuisioner ini terdiri dari 25 pernyataan yaitu 13 pertanyaan positif dan 12 pertanyaan negatif dengan lima pilihan jawaban yaitu Selalu (S), Sering (SR),Jarang (J), Tidak Pernah (TP). Pilihan jawaban Selalu jika siswa pasti melakukan kegiatan yang bersangkutan saat pembelajaran, Sering jika siswa pernah tidak melakukan kegiatan yang bersangkutan saat pembelajaran, Jarang jika siswa beberapa kali melakukan kegiatan yang bersangkutan saat pembelajaran, dan Tidak pernah jika siswa sama sekali belum pernah melakukan kegiatan yang bersangkutan saat pembelajaran.


(69)

50

Berikut adalah kisi-kisi kuisioner:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner

No Karakteristik

Nomer Item Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

1. Minat 5 6, 7, 10

Minat siswa pada pembelajaran yang menggunakan metode problem posing

sehingga materi lebih mudah dipahami 5 Minat siswa pada pembelajaran yang

menggunakan metode problem posing

sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran

6 Minat siswa pada pembelajaran yang

menggunakan metode problem posing

dibandingkan dengan metode ceramah

7 Pengaruh metode problem posing

terhadap minat belajar siswa pada pelajaran matematika

10

2. Motivasi 4,13, 24 8

Pengaruh metode problem posing

terhadap motivasi siswa dalam mempelajari materi

4 Motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing

13 Pengaruh metode problem posing dalam

pembelajaran sehingga siswa dapat memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari

24 Pengaruh metode problem posing

terhadap motivasi siswa dalam mempelajari materi

8

3. Perhatian 1, 16 9

Mengikuti pembelajaran yang menggunakan metode problem posing

dengan baik

1 Memusatkan perhatian pada guru 16 Mengikuti pembelajaran yang

menggunakan metode problem posing

dengan baik

9


(70)

51

Konsentrasi siswa saat guru memberikan

penjelasan 3

Metode problem posing mempengaruhi

konsentrasi siswa dalam belajar 2

5. Rasa Ingin Tahu 19 15

Penggunaan buku referensi dalam menunjang keingintahuan siswa dalam membuat soal

19 Tingkat keingintahuan siswa ditinjau dari

keaktifan siswa bertanya jika ada materi yang belum dipahami/saat mengerjakan soal

15

6. Keaktifan 14, 25 17, 12

Keaktifan siswa dalam bertanya jika ada

materi yang belum dipahami 14

Pengaruh metode problem posing pada pembelajaran dalam meningkatkan keaktifan siswa

15 Keaktifan siswa dalam bertanya jika ada

materi yang belum dipahami 17

Usaha siswa dalam mengerjakan tugas 12

7. Ketekunan 11 21

Pengaruh metode problem posing dilihat

dari ketekunan siswa mengerjakan tugas 11

Keruntutan siswa membuat kunci jawaban 21

8. Pantang Menyerah 18, 22 20, 23

Berlatih mengerjakan soal untuk mendukung pemahaman siswa terhadap materi

18 Membuat soal dengan sungguh-sungguh 22 Sikap pantang menyerah dalam membuat

soal 20

Pengaruh metode problem posing

terhadap sikap pantang menyerah 23

b. Tes prestasi belajar siswa

Tes belajar siswa dibuat untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode pembelajaran problem posing. Peneliti membuat tes hasil belajar berupa tes tertulis berbentuk uraian


(71)

52

dan mengacu pada indikator pembelajaran. Berikut adalah kisi-kisi soal tes akhir :

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Akhir

Kompetensi Dasar Materi Indikator Pencapaian No.Soal 5.3 Menghitung luas

permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas

Luas Permukaan Prisma dan Limas

1. Menghitung luas permukaan prisma 2. Menghitung luas

permukaan limas

1,3

Volume Prisma dan Limas

1. Menghitung volume prisma

2. Menghitung volume limas

2,4,5

Tes hasil belajar yang akan diberikan kepada siswa terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen dengan tujuan agar tes ini dapat menjadi alat pengukur yang baik. Syarat suatu instrumen merupakan alat ukur yang baik adalah validitas atau kesahihan dan reliabilitas atau kekonsistenan. Peneliti melakukan uji coba instrumen dan menaganalisis sebelum digunakan di kelas VIII A.

1) Validitas Tes

Peneliti menggunakan validitas isi berupa uji pakar dan uji coba tes tertulis. Teknik penilaian pakar dilakukan dengan meminta bantuan kepada salah satu dosen dan dua orang guru mata pelajaran matematika untuk menelaah materi tes hasil belajar siswa (lembar penilaian validitas soal oleh guru dan dosen dapat dilihat


(1)

172 Lampiran C.7

Pn : Susah ga?

P9 : Ya susah P3 : Susah banget

Pn : Oke makasih ya atas waktunya

P3 + P9 : Iya kak 11. P8, P4, P2, P5

Pn : Selamat siang

P8 + P4 + P2 + P5 : Siang kak

Pn : Langsung aja ya saya mau tanya kalian suka matematika ga?

P8 : Sedikit lumayan P5 : Suka banget P2+ P4 : Sedikit

Pn : Kenapa sedikit?

P2 : Males yang ngitung sama ngafalin rumusnya P8 : Kalau aku malah suka yang terakhir ini yang limas Pn : Kenapa?

P8 : Daripada yang dulu lebih suka yang ini

Pn : Pembelajaran matematika yang biasanya gimana? Kalian belajarnya gimana?

P5 : Ya dikasih soal terus disuruh ngerjain

Pn : Latihan soal ya? Kalau pakai membuat soal sendiri menurut kalian gimana?

P4 : Lebih dong Pn : Kalau P5?

P5 : Ya nyaman sih soalnya bisa melatih lebih lagi Pn : Klau dibandingkan dengan yang biasanya gimana?

P5 : Sama aja

Pn : Kalian merasa jadi lebih aktif ga?

P8 : Iya P4+ P2 :Iya sedikit

Pn : Kalau kemarin semangat kalian membuat soal gimana?

P5 : Semangat banget P4+ P2 : Biasa aja

Pn : Kalau sama temen sekelompok gimana?

P2 : Enak

P4 : Enak soalnya bisa kerjasama

P5 : Kurang enak sih soalnya buat sendiri Pn : Kenapa? Kamu sama siapa kemarin?

P5 : Anton, kan sambil ngajarin L2 juga

Pn :Ya gapapa sambil belajar juga ngajarin temennya. Kalau pakai membuat soal sendiri jadi tambah suka matematika ga?

P2 : Kalo aku jadi tambah suka P4 : Tambah suka

P5 : Iya

P8 : Iya kan ada peningkatan

Pn : Kalau menurut kalian susah ga materi prisma dan limas?

P2 + P4 + P5 + P8 : Gak


(2)

P5 : Ya tergantung alasnya sih kalau alasnya segitiga atau persegi panjang masih gampang, kalau udah beda jadi susah kan kadang juga kita lupa rumusnya

Pn : Oke itu aja yang mau saya tanyakan, terimakasih ya

P2 + P4 + P5 + P8 : Ya


(3)

174 Lampiran C.8

FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN UJIAN TERTULIS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

175 Lampiran C.9


(6)