1.Narkotika Alam
Narkotika alam adalah narkotika yang berasal dari hasil olahan tanaman. Obat-obatan yang termasuk golongan narkotika alam adalah candu, morfin, ganja,
kokain.
a. Candu atau Opium
Candu atau opium merupakan sumber utama dari narkotika alam. Dari candu ini dapat dihasilkan morfin, heroin. Candu berasal dari getah tanaman Papaver
Somniferum Gambar 2.1 yang dibiarkan mengering, sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal
lunak Gambar 2.2. Bentuk ini dinamakan candu mentah atau candu kasar. Cara menggunakan candu adalah dengan menghisapnya sama seperti cara orang merokok
Sasangka, 2003.
Gambar 2.1 Candu Opium Papaver Somniverum Sebagai Bahan Dasar Opium
Gambar 2.2 Opium Olahan
Universita Sumatera Utara
b. Morfin
Morfin C
17
H
19
NO
3
adalah zat utama yang berkhasiat narkotika yang terdapat pada candu mentah Gambar 2.3. Khasiat morfin adalah untuk analgetik,
menurunkan rasa kesadaran sedasi, hipnotis, menghambat pernafasan, menghilangkan refleks batuk dan menimbulkan rasa nyaman euphoria yang
kesemuanya berdasarkan penekanan susunan saraf pusat SSP. Cara menggunakan morfin adalah dicampur dengan tembakau kemudian dihisap, diminum, disuntikkan
pada lengan bagian bawah sebelah dalam, digosokkan pada goresan silet bagian bawah lengan bagian dalam Sasangka, 2003.
Gambar 2.3 Morfin dalam Bentuk Pulvis c. Ganja Kanabis
Ganja atau kanabis adalah nama singkat untuk tanaman Cannabis Sativa Gambar 2.4. Ganja mengandung sejenis bahan kimia yang disebut delta-9-
tetrahydrocannabinol THC yang dapat mempengaruhi suasana hati manusia dan cara orang tersebut melihat serta mendengar hal-hal disekitarnya. Ganja dianggap
narkoba yang aman dibandingkan dengan putaw atau shabu. Kenyataannya sebagian besar pecandu narkoba memulai dengan mencoba ganja. Jika menggunakan ganja,
Universita Sumatera Utara
maka pikiran akan menjadi lambat, terlihat bodoh dan membosankan. Ganja dapat mempengaruhi konsentrasi dan ingatan, meningkatkan denyut nadi, keseimbangan
dan koordinasi tubuh yang buruk, ketakutan dan rasa panik, depresi, kebingungan dan halusinasi. Cara menggunakan ganja yaitu dengan membuat lintingan rokok,
dicampur dengan tembakau dan menghisapnya Sasangka, 2003.
Gambar 2.4 Tanaman Ganja d. Kokain
Kokain merupakan alkaloida tanaman belukar Erythroxylon Coca dari Amerika Selatan Gambar 2.5. Kokain digunakan dengan tujuan untuk lebih fit,
segar, kuat, bersemangat, hilang rasa kantuk dan tidak terasa lapar. Bila terlanjur kronis akan menimbulkan tidak bergairah bekerja, tidak dapat tidur, halusinasi, tidak
nafsu makan, berbuat dan berpikir tanpa tujuan, tidak punya ambisi, kemauan dan perhatian. Pada tingkat overdosis dapat menyebabkan kematian karena serangan dan
gangguan pada pernafasan dan terhadap jantung. Disamping itu dapat juga menimbulkan keracunan pada SSP sehingga korban dapat mengalami kejang-kejang,
tingkah laku yang kasar, pikiran yang kacau dan mata gelap. Cara menggunakan
Universita Sumatera Utara
kokain adalah menyuntikkannya secara intravena atau subkutan, dihirup dengan hidung sniff, dikunyah, dilarutkan kemudian diminum, dihisap seperti orang
merokok Sasangka, 2003.
Gambar 2.5 Kokain 2. Narkotika Sintetis
Narkotika sintetis adalah narkotika sebagai hasil produksi laboratorium yang sepenuhnya dari bahan kimia. Narkotika sintetis yang paling banyak tersebar luas
adalah meperidin dan methodone Gambar 2.6
Gambar 2.6 Methodone
Universita Sumatera Utara
B. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah ataupun sintetis, bukan narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi dalam tiga golongan yaitu : depresan, stimulan dan
halusinogen Sasangka, 2003.
1. Depresan
Depresan adalah obat yang bekerja mempengaruhi otak dan SSP, dapat menyebabkan timbulnya depresi pada si pemakai, yaitu bekerja mengendorkan atau
mengurangi aktivitas SSP. Obat ini terkenal dengan sebutan sebagai obat penenang atau obat tidur. Yang termasuk golongan depresan adalah barbiturat dan turunannya,
benzodiazepin, metakualon, alhohol dan zat-zat pelarut solvent Gambar 2.7. Secara medis obat-obatan tersebut dapat berguna untuk membantu mengurangi rasa
cemas dan gelisah, meredakan ketegangan jiwa, pengobatan darah tinggi dan epilepsi, serta merangsang untuk segera tidur Sasangka, 2003.
Gambar 2.7 Benzodiazepine
Universita Sumatera Utara
2. Stimulan
Yang digolongkan stimulan adalah obat-obat yang mengandung zat-zat yang merangsang terhadap otak dan saraf. Obat-obat tersebut digunakan untuk
meningkatkan daya konsentrasi dan aktivitas mental serta fisik. Obat-obat yang dimasukkan dalam golongan stimulan adalah amphetamine, ekstasi dan shabu
Gambar 2.8. Stimulan dalam kerjanya meningkatkan kegiatan SSP, sehingga merangsang dan meningkatkan kemampuan fisik orang yang menggunakan,
mengkonsentrasikan diri untuk membuat prestasi yang lebih baik, sanggup bekerja lebih kuat dan lebih lama tanpa istirahat.
Akan tetapi, karena dipaksa, walaupun kemampuan fisik masih ada, daya mentalnya tidak dapat mengikutinya, sehingga akan mengakibatkan efek yang tidak
baik. Stimulan sering digunakan secara sembunyi-sembunyi di kalangan olahragawan, disebut dengan dopping. Jenis stimulan yang sering digunakan di
masyarakat adalah shabu Gambar 2.8. Cara menggunakan shabu adalah dengan diuapkan atau dihisap. Pemakaian yang unik, yaitu dengan membakarnya di atas
kertas timah dan dihisap melalui alat yang disebut dengan bong Sasangka, 2003.
Gambar 2.8 Ekstasi
Universita Sumatera Utara
Gambar 2.9 Shabu 3. Halusinogen
Halusinogen adalah obat-obatan yang dapat menimbulkan daya khayal halusinasi yang kuat, yang menyebabkan salah persepsi tentang lingkungan dan
dirinya, baik yang berkaitan dengan pendengaran, penglihatan maupun perasaan Gambar 2.9. Dengan kata lain obat-obatan jenis halusinogen memutarbalikkan daya
tangkap kenyataan objektif. Diperkirakan ada sekitar 100 jenis zat halusinogen yang biasanya digunakan oleh manusia dan tiga jenis halusinogen yang paling sering
disalahgunakan, yaitu LSD d. Lysergic Acid Diethylamide, Psilosibin dan Meskalin. Efek-efek yang ditimbulkan setelah penggunaan halusinogen adalah rasa khawatir
yang akut, gelisah dan tidak bisa tidur, biji mata yang membesar, suhu badan meningkat, tekanan darah meningkat, gangguan jiwa berat Sasangka, 2003.
Gambar 2.10 Halusinogen
Universita Sumatera Utara
c. Zat Adiktif
Zat adiktif ialah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara
langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. Adapun yang termasuk zat adiktif adalah : minuman
keras, nikotin, volatile solvent atau inhalensia Sasangka, 2003
2.4.3. Faktor-Faktor yang Berperan pada Perilaku Penyalahgunaan Narkoba
Dalam kasus penyalahgunaan narkoba, ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu :
A. Faktor Lingkungan
1. Hubungan ayah dan ibu yang retak Kekurangharmonisan hubungan ayah dan ibu akan mengakibatkan anak
merasa terombang-ambing. Anak merasa terabaikan, serba salah, bahkan kadangkala merasa menjadi penyebab dari keretakan hubungan kedua orangtuanya.
2. Komunikasi yang kurang efektif antara orangtua dan anak Kemampuan orangtua untuk mengadakan komunikasi yang efektif juga akan
berpengaruh pada penyalahgunaan narkoba. Orangtua yang tidak mampu menjalin komunikasi efektif akan membuat si anak merasa tidak dimengerti dan cenderung
akan mencari pengertian di luar lingkungan keluarganya. 3. Adanya anggota keluarga yang tergolong pemakai narkoba.
Hal ini menjadi contoh bagi si anak sehingga anak memiliki risiko lebih besar ikut mencoba dan menyalahgunakan narkoba.
Universita Sumatera Utara
4. Keluarga yang kurang religius, tidak dekat dengan Tuhannya. Keluarga yang demikian kurang menekankan moral dan etika sosial yang
berlaku. Pola asuh cenderung permisif sehingga anak sering kali tidak tahu batasan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.
5. Teman sebaya Teman sebaya banyak memberikan pengaruh dalam kehidupan anak dan
remaja. Anak remaja biasanya memilih melakukan apa yang dikehendaki kelompoknya sekalipun hal itu melanggar norma yang berlaku di keluarga atau
masyarakat. 6. Sekolah
Peredaran narkoba sudah merambah ke institusi pendidikan. Saat ini peredarannya bahkan sampai ke sekolah dasar.
7. Kemudahan untuk mendapatkan narkoba di lingkungannya Apabila narkoba mudah didapat dan murah harganya maka risiko yang
dihadapi seseorang untuk terjerat narkoba semakin besar.
B. Faktor dari Dalam Diri Individu
1. Adanya gangguan kepribadian Dalam kasus penyalahgunaan narkoba, biasanya yang lebih banyak berperan
adalah faktor kepribadian individu tersebut. 2. Motivasi remaja dalam menyalahgunakan narkoba
Universita Sumatera Utara
Anak dan remaja di bawah usia 20 tahun biasanya mencoba menggunakan narkoba dengan motivasi untuk mengatasi perasaan gelisah, memenuhi rasa ingin
tahu, memperoleh pengalaman baru, iseng dan untuk hiburan. 3. Karakteristik fase perkembangan
Secara psikologis, dan biologis anak dan remaja amat rentan terhadap pengaruh dari lingkungannya. Karena proses pencarian jati diri mereka masih
terombang-ambing dan masih sulit mencari tokoh panutan. 4. Cara berpikir atau keyakinan yang keliru.
Sejumlah orang sadar mengkonsumsi narkoba karena ingin menghilangkan trauma masa lalu. Ada yang percaya bahwa penggunaan narkoba berefek menambah
kekuatan fisik dan mental Notoatmodjo, 2005.
2.4.4. Akibat Kecanduan Narkoba
Menurut DSM – IV TR 2000, Sudirman dalam Alatas, 2001, dan Neale, dkk. 2004, ada 3 bagian yang akan mengalami gangguan akibat dari penggunaan
narkoba, yaitu kondisi fisik, gangguan kehidupan mental emosional, dan gangguan terhadap kehidupan sosial.
a. Gangguan terhadap Kondisi Fisik Gangguan terhadap kondisi fisik akan mengakibatkan organ-organ tubuh
menjadi rusak dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti: 1 Akibat zat itu sendiri
Gangguan yang muncul adalah termasuk gangguan mental organic akibat zat, misalnya intoksikasi, yaitu perubahan mental yang terjadi karena dosis berlebih yang
Universita Sumatera Utara
memang diharapkan oleh pecandu. Sebaliknya, bila pemakaiannya terputus maka akan terjadi kondisi putus zat.
2 Akibat bahan campuranpelarut Bahaya yang mungkin timbul adalah infeksi dan emboli.
3 Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril Tindakan ini akan mengakibatkan terjadinya infeksi, terjangkitnya penyakit
AIDS dan hepatitis. 4 Akibat pertolongan yang keliru
Akibat pertolongan yang keliru yang diberikan kepada pecandu akan mengakibatkan gangguan fisik, misalnya dalam keadaan tidak sadar, pecandu diberi
minum. 5 Akibat tidak langsung
Pada individu yang mengkonsumsi alkohol akan terjadi stroke atau malnutrisi karena gangguan absorbsi.
b. Gangguan terhadap Kehidupan Mental Emosional Intoksikasi dari pemakaian narkoba dapat menimbulkan perubahan kehidupan
mental emosional. Hal ini akan termanifestasi pada gangguan perilaku yang tidak wajar, seperti sindrom amotivasional dan depresi yang menyebabkan bunuh diri.
c. Gangguan terhadap Kehidupan Sosial Gangguan mental emosional pada pecandu narkoba akan mengganggu
fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja, atau sekolah. Hubungan anggota
Universita Sumatera Utara
keluarga dan teman dekat akan terganggu. Selanjutnya akan memungkinkan terjadinya tindak kriminal, keretakan rumah tangga sampai pada perceraian.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecanduan narkoba akan merusak saraf pusat atau organ-organ tubuh lain. Hal ini mengakibatkan melemahnya
fisik, daya fikir, dan merosotnya moral. Selain itu juga akan merusak hubungan keluarga, menurunnya kemampuan belajar, produktivitas kerja menurun drastis,
perubahan perilaku menjadi perilaku anti sosial, gangguan kesehatan, meningkatnya tindakan kriminalitas, untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, mereka akan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh narkoba.
2.4.5. Tempat-Tempat yang Rawan Bagi Peredaran Narkoba
Risiko penyalahgunaan narkoba semakin bertambah dengan makin meluasnya tempat-tempat yang digunakan untuk praktek perdagangan narkoba. Tempat-tempat
yang rawan antara lain : 1. Kampus dan sekolah
Merupakan sasaran empuk pemasaran narkoba karena menjanjikan keuntungan yang menggiurkan bagi pengedar. Para siswa atau mahasiswa biasanya
diberi contoh gratis atau paket hemat selama beberapa waktu, lalu kalau sudah mulai ketergantungan subsidi dihentikan dan pengedar mulai mematok harga tinggi.
2. Diskotik, Bar, Pub, Karaoke Sudah menjadi rahasia umum bila tempat hiburan semacam itu menjadi
sarang dari pedagang narkoba. Perdagangannya ada yang sembunyi-sembunyi dan ada pula yang terang-terangan
Universita Sumatera Utara
3. Terminal bus, stasiun, bandara 4. Hotel
Hotel identik dengan transaksi narkoba partai besar, namun tidak menutup kemungkinan, kebutuhan narkoba untuk digunakan sendiri juga bisa dipenuhi di
tempat semacam ini.
2.5. Penggolongan Tingkat Penyalahgunaan Narkoba
Pemakai narkoba dapat dibagi menjadi beberapa golongan : 1. Experimental use
Pemakaian narkoba yang tujuannya ingin mencoba sekedar memenuhi rasa ingin tahu.
2. Diskotik, Bar, Pub, Karaoke Penggunaan narkoba pada waktu tertentu sekedar sebagai sarana sosialisasi
3. Situasional use Penggunaan narkoba untuk menghilangkan perasaan yang tidak enak seperti
tegang, sedih, kecewa. 4. Abuse
Merupakan pola penggunaan narkoba yang bersifat patologik dan mengganggu fungsi sosial dan pekerjaannya.
5. Dependent use Penggunaan narkoba sehingga sampai dijumpai kebutuhan meningkatkan
dosis untuk mendapatkan efek yang diinginkan Depkes RI, 2006; Notoatmodjo, 2005.
Universita Sumatera Utara
2.5.1. Gejala Dini Penyalahgunaan Narkoba
Orangtua sebaiknya waspada dan mampu mengenali bebrapa gejala dini penyalahgunaan narkoba pada anak dan remaja, antara lain :
1. Prestasi sekolah tiba-tiba menurun secara mencolok. 2. Perubahan pola tidur, pagi susah dibangunkan, malam suka begadang.
3. Selera makan hilang, bisa terlihat dari berat badan yang menyusut. 4. Banyak menghindari pertemuan dengan anggota keluarga karena takut ketahuan
jika memakai narkoba. 5. Suka berbohong.
6. Pengeluaran uang lebih boros daripada sebelumnya tanpa jelas kegunaannya. 7. Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga.
8. Sesekali dijumpai keadaan mabuk, bicara cadel atau berjalan sempoyongan, pandangan mata menatap kosong Thaha, 2009; Dwi, 2010.
2.5.2 Pencegahan Primer
Kajian epidemiologi dan etiologi mengenai penyalahgunaan narkoba, menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba terjadi akibat dari interaksi antara
berbagai faktor: individu, kepribadian, dan sosial. Pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah tindakan antisipatif yang meliputi: pencegahan primer, pencegahan
sekunder dan pencegahan tertier. Pencegahan primer ditujukan kepada pemberian informasi dan pendidikan pada individu, kelompok, komunitas yang belum nampak
tanda-tanda adanya kasus penyalahgunaan narkoba, meliputi kegiatan untuk
Universita Sumatera Utara
menghindarkan dari penyalahgunaan narkoba serta memperkuat kemampuan untuk menolak narkoba KPA, 2004.
Ada 3 tiga cara yang sederhana dalam menanggulangi bencana narkoba, yaitu :
1 Pencegahan Mencegah jauh lebih bermanfaat daripada mengobati, untuk ini dapat
dilakukan: a Pencegahan Umum
Narkoba merupakan satu wabah Internasional yang akan menjalar ke setiap negara, apakah negara itu sedang maju atau berkembang. Semua jadi sasaran dari
sindikat-sindikat narkoba, menghadapi kenyataan seperti ini Pemerintah telah berupaya dengan mengeluarkan :
i Inpres No. 6 tahun 1971 Dalam Inpres ini masalah penyalahgunaan narkotika sudah dimasukkan ke dalam
6 enam permasalahan nasional yang perlu segera ditanggulangi. ii Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976
Di sini lebih dipertegas lagi dan kepada pengedar dan sindikat-sindikat narkotika serta yang menyalahgunakan narkotika diancam dengan hukuman yang cukup
berat, baik hukuman penjara, kurungan maupun denda. iii Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 65Menkes.SKIV1997
Penetapan bahan-bahan yang dilarang digunakan untuk kepentingan pengobatan.
Universita Sumatera Utara
iv Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 28MenkesPerI1978 Penyimpangan Narkotika
v Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tindak pidana Narkotika. b Dalam Lingkungan Rumah Tangga
i Jadikanlah rumah untuk berteduh seluruh keluarga dalam arti yang seluas-luasnya ii Antar komunikasi yang harmonis antar sekuruh anggota keluarga.
Hubungan antara ayah, ibu, dan anak harus terjalin cukup harmoni dalam arti saling menghormati pupuk rasa kasih saying yang sedalam-dalamnya.
iiiKeterbukaan orang tua dalam batas tertentu kepada anak akan member kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggungjawab terbatas dalam rumah
tangga meskipun dalam arti yang sangat kecil. Keikutsertaan anak dalam tanggungjawab bagaimanapun kecilnya akan menjadi kebanggaan anak itu sendiri
sebagai anggota keluarga yang diperhitungkan. c Di Luar Lingkungan Rumah Tangga
Lingkungan di luar rumah tangga adalah merupakan masyarakat tersendiri yang merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari yang tak dapat dipisahkan. Dalam
lingkungan ini akan tercipta suatu masyarakat sendiri dengan latar belakang social ekonomi yang berbeda-beda, budaya yang berbeda, agama yang berbeda dan banyak
lagi perbedaan-perbedaan yang kemudian berkumpul jadi satu kelompok. Ke dalam lingkungan ini pengaruh narkoba mudah masuk dan berkembang. Untuk itu,
kelompok ini harus cepat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan dimana perbedaan- perbedaan tadi tidak menjadi penghalang, seperti : kegiatan oleh raga, kesenian,
Universita Sumatera Utara
kegiatan pengamanan lingkungan, kegiatan sosial, membantu kegiatan-kegiatan lainnya yang positif.
d Seluruh Masyarakat Berperan Serta dengan Pemerintah Meskipun sudah diancam hukuman yang berat kepada pengedar dan sindikat
narkoba namun pelanggaran tidak pernah berhenti, mungkin karena perdagangan ini sangat menguntungkan atau subversi yang sangat berat. Penghancuran tanaman ganja
terjadi di mana-mana namun masih dijimpai tanaman baru. Hal ini harus dihadapi bersama oleh seluruh lapisan masyarakat dengan aparat- aparat pemerintah dalam
penumpasannya. Masyarakat harus cepat tanggap terhadap hal-hal yang sekiranya menjurus kea rah kejahatan narkoba. Komunikasi harus dijalin sebaik-baiknya antara
masyarakat dengan aparat pemerintah dalam mengadakan pemberantasan penyalahgunaan narkoba.
2.6. Landasan Teori
Social Learning Theory teori pembelajaran sosial yang disampaikan oleh Bandura menekankan pada proses reciprocal determinism, dimana perilaku, faktor
personal, dan lingkungan saling mempengaruhi. Dalam pendekatan ini, proses simbolik, vikarius, dan regulasi diri memainkan peranan yang penting Bandura,
1977. Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau
pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori
belajar sosial adalah modeling peniruan Gumilar, 2008.
Universita Sumatera Utara
Informasi yang diamati dapat berupa bentuk fisik, deskripsi gambar maupun verbal. Sumber lain dalam pembelajaran sosial adalah bervariasinya modelling
simbolik yang disediakan oleh televisi, film, dan media visual lainnya. Dengan adanya paparan secara terus menerus, peniruan melalui media massa memainkan
peranan penting dalam pembentukan sikap dan perilaku Bandura, 1977. Gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pada anak remaja dalam
penyalahgunaan narkoba mengacu pada teori pembelajaran sosial oleh Bandura 1997, seperti pada Gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.11 Landasan Teori
Sumber: Bandura 1997
PERSONAL kognitif
a. Karakteristik individu b.Regulasi diri
c. Efikasi diri d.Sikap
e. Pengetahuan
ENVIRONMENT
a.Norma sosial b.Kemudahan dalam
masyarakat c.Pengaruh yang lain
orang tua, teman
BEHAVIOR
a.Ketrampilan b.Praktek
Universita Sumatera Utara
Behavioral Capability adalah pengetahuan dan ketrampilan individu yang diperlukan untuk mempengaruhi perilaku. Self efficacy efikasi diri merupakan
persepsi seseorang mengenai kemampuannya di dalam menghadapi suatu situasi. Dua komponen dalam Efikasi diri adalah: a efikasi diri atau efikasi ekspektasi self
efication – efficacy expectation adalah “Persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu.“ Efikasi diri berhubungan dengan
keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. b espektasi hasil outcome expectation: perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah
laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu. Self regulation regulasi diri merupakan pengendali dari perilaku, dan
merupakan inti dari kepribadian manusia. Konsep yang sangat penting dalam psikologi yang dapat dipahami dengan baik melalui regulasi diri adalah konsep diri
self concept atau yang lebih dikenal dengan harga diri self esteem. Jika seseorang dapat menemukan standar dan kehidupan yang dipenuhi dengan penghargaan diri dan
kebanggaan, maka orang tersebut akan memiliki konsep diri yang baik atau harga diri yang tinggi. Dan sebaliknya jika gagal menemukan standar yang tepat untuk dirinya
sendiri dan kemudian menghukum dirinya, maka orang tersebut akan memiliki konsep diri yang buruk atau harga diri rendah Boeree, 2009.
Konsep reciprocal determinism merupakan interaksi antara manusia dan lingkungan sosial. Sebagai contoh harapan seseorang dapat mempengaruhi
bagaimana mereka berperilaku, dan hasil dari perilaku dapat merubah harapan mereka. Pengaruh yang diberikan oleh masing-masing faktor ini dapat berbeda
Universita Sumatera Utara
menyesuaikan dengan situasi yang ada. Ada saatnya faktor lingkungan sosial yang membatasi perilaku, dan di lain waktu faktor personal lebih dominan dalam
mengontrol perilaku. Risiko penyalahgunaan narkoba pada anak remaja diukur melalui instrumen
penelitian mengacu pada DAST Drug Abuse Screening Test dari NIH National Institutes of Health, U.S. Department of Health and Human Services
2.7. Kerangka Konsep