5.1.2 Pengaruh Sikap terhadap Risiko Penyalahgunaan Narkoba pada Anak
Remaja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap tentang narkoba sebanyak 71 orang 51,4 kategori permisif. Jawaban responden tentang sikap terhadap
narkoba mayoritas kurang setuju. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden belum sepenuhnya merespon dengan baik tentang penyalahgunaan
narkoba. Pembentukan sikap remaja sangat dipengaruhi oleh sosialisasi dalam kelompok remaja dalam mencapai kematangan melalui hubungan sosial dengan
kelompoknya, sehingga apabila dalam hubungan sosial terdapat perilaku negatif, maka remaja akan cepat merespons dan ikut kedalam perilaku tersebut.
Sikap seseorang memengaruhi cara ia bertingkah laku. Sikap yang negatif terhadap penggunaan narkoba akan menghadirkan tingkah laku yang menjauhi
narkoba, artinya tidak mencoba-coba narkoba jenis apapun. Sebaliknya sikap yang positif terhadap penggunaan narkoba akan menghadirkan tingkah laku yang tidak
menjauhi narkoba, artinya seseorang akan kompromi dan membuka kesempatan untuk mencoba-coba karena faktor-faktor yang berasal dari diri sendiri ataupun dari
lingkungan sekitarnya. Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa. Remaja
dengan karakteristiknya yang cenderung ingin tahu dan mencoba-coba dikhawatirkan
Universita Sumatera Utara
dapat terpengaruh dari lingkungannya, sehingga mereka cenderung lebih permisif terhadap perilaku kelompoknya. Perilaku tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu faktor di luar individu dan faktor di dalam individu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bandura 1977 dalam Social Learning Theory yang menyatakan
bahwa perilaku merupakan interaksi timbal balik antara faktor personal dan lingkungan. Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang
berkembang melalui proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang yang
dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling peniruan.
Hasil wawancara terhadap remaja di Desa Mabar Kecamatan Medan terungkap bahwa sebagian besar dari mereka yang berisiko penyalahgunaan narkoba
beralasan untuk mulai mencoba narkoba bersifat internal, yaitu rasa ingin tahu dan tekanan dari lingkungan sosial seperti hanya untuk kesenangan semata-mata, dapat
diterima oleh lingkungannya dan disukai oleh teman-teman. serta ketika menghadapi masalah dirumah atau disekolah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Rice 1999 menyatakan mencoba narkoba dapat bersifat ekternal maupun internal. Faktor-faktor internal yang menjadi alasan
umum untuk penyalahgunaan napza antara lain: rasa ingin tahu, pemberontakan atau ekspresi dari ketidakpuasan terhadap norma, nilai dan tekanan dari lingkungan sosial,
untuk kesenangan semata-mata, untuk meredakan ketegangan dan kekhawatiran, atau untuk menghadapi masalah. Namun menurut penelitan Orbell dan koleganya Baron
Universita Sumatera Utara
dan Byrne 2004 walaupun faktor eksternal dan internal memperbesar kecenderungan penyalahgunaan narkoba dalam diri seorang remaja maka sikap
seorang remaja sejak awal akan menentukan kecenderungan subjek dalam menggunakan atau tidak menggunakan narkoba.
Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p=0,000p=0,05, menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan risiko penyalahgunaan narkoba.
Hasil uji statistik multivariat dengan regresi logistik berganda sikap remaja berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko penyalahgunaan narkoba dengan
probabilitas p=0,042p=0,05. Hal ini berarti semakin baik sikap remaja terhadap narkoba maka semakin tidak berisiko penyalahgunaan narkoba.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suyasa dan Wijaya 2006 pada siswa-siswi yang bersekolah di SLTP X mengungkapkan bahwa hubungan
positif antara risk factors dengan sikap terhadap penggunaan narkoba. Artinya, semakin tinggi risk factors maka semakin positif sikap terhadap penggunaan narkoba.
Sebaliknya, semakin rendah risk factors maka semakin negatif sikap terhadap penggunaan narkoba.
Hasil penelitan ini sejalan dengan teori perilaku menurut Bloom dalam Notoatmodjo, 2003, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
Universita Sumatera Utara
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
5.1.3 Pengaruh Efikasi Diri terhadap Risiko Penyalahgunaan Narkoba pada