Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Magdalena 2007 yang menyimpulkan fungsi keluarga berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza
pada remaja. Remaja yang menyalahgunakan Napza mempunyai fungsi kebersamaan, fungsi fleksibilitas dan fungsi komunikasi yang rendah dalam keluarga, sedangkan
fungsi agama tidak berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja.
5.2.4 Pengaruh Pengawasan Orang Tua terhadap Risiko Penyalahgunaan
Narkoba pada Anak Remaja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan sosial, yaitu pengawasan orang tua sebanyak 70 orang 50,7 pada kategori tidak baik. Jawaban
responden tentang lingkungan sosial pengawasan orang tua mayoritas menjawab kadang-kadang seperti; a orang tua menyarankan menjaga diri dalam bergaul
dengan teman, berdiskusi tentang narkoba dengan orang tua, b orang tua memberi batasan mengenai jam malam ketika pergi bersama teman, c orang tua terus
memantau ketika bepergian dengan teman, orang tua peduli dengan aktivitas remaja sehari-hari, d komunikasi anak dengan orang tua berjalan harmonis, dan
e hubungan BapakIbu, harmonis dalam rumah tangga. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar anak remaja belum sepenuhnya diawasi orangtua
dengan baik. Menurut Sarwono 2005 keluarga merupakan lingkungan primer hampir
setiap individu, sejak lahir sampai datang ia meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan primer, hubungan antar manusia yang paling
Universita Sumatera Utara
intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, sebelum mengenal norma-norma dan nilai-nilai dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-
norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya. Norma tersebut diturunkan melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua terhadap anak-anak mereka secara
turun-temurun. Bandura 1997 menjelaskan dengan adanya modelling simbolik yang tersedia
dalam televisi, film, dan media visual lainnya, maka orang tua, guru, dan role model lainnya kurang memiliki peran penting dalam pembelajaran sosial. Ketika orang tua
sudah tidak lagi dapat mengawasi anaknya, maka institusi pendidikan perlu memfasilitasi peserta didik untuk melakukan klarifikasi nilai.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar dari mereka masih diperdulikan oleh orangtua namun hanya sekedar saja, artinya orang tua
berdiskusi bila perlu saja kadang-kadang. Hal ini terkait dengan kesibukan orang tua sehari-hari dimana bekerja sebagai karyawan swasta dan wiraswastapedagang
sebanyak 74,4 dengan tingkat pendidikan ayah 51,4 SLTA dan Ibu 52,3 SLTP. Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p=0,001p=0,05,
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lingkungan sosial anggota keluarga dengan risiko penyalahgunaan narkoba. Hasil uji statistik multivariat dengan
regresi logistik berganda lingkungan sosial pengawasan orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko penyalahgunaan narkoba dengan probabilitas
p=0,013p=0,05. Hal ini berarti semakin baik lingkungan sosial pengawasan orang tua maka semakin tidak berisiko penyalahgunaan narkoba.
Universita Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Choquet 2008 menyatakan faktor yang paling berpengaruh terhadap penyalahgunaan obat pada anak
adalah fungsi kontrol dan dukungan emosional dari orang tua terhadap anaknya dan fungsi kontrol orang tua lebih berdampak besar dibandingkan dukungan emosional
orang tua terhadap penyalahgunaan obat pada anak dalam berbagai struktur keluarga. Demikian juga dengan hasil penelitian Husni 2012 tentang perkembangan
pemulihan penyalahgunaan narkotika pada remaja menyimpulkan bahwa perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika dipengaruhi oleh dukungan
orang tua dan teman sebaya. Sedangkan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika adalah dukungan orang
tua. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Ashery et al. 1998 menyatakan
etiologi penyalahgunaan obat terlarang merupakan suatu kombinasi yang kompleks dari faktor genetik, biologis, dan sosial. Salah satu faktor diantaranya adalah faktor
lingkungan rumah. Anak yang mempunyai orang tua dengan kepribadian antisosial lebih berisiko. Kemampuan orang tua untuk mengasuh anak juga menentukan faktor
risiko, terutama pada masa adolesen saat anak mencari jati dirinya. Keluarga yang terlalu kaya, terlalu miskin, atau keluarga yang tidak mempunyai norma yang jelas
juga berpengaruh. Faktor protektif misalnya sekolah yang baik, hubungan antar keluarga yang erat, dan orang tua yang sangat berminat membantu anak.
5.3
Risiko Penyalahgunaan Narkoba
Universita Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa risiko penyalahgunaan narkoba pada kategori berisiko sebanyak 57 orang. Berdasarkan DAST, risiko
penyalahgunaan narkoba kemudian dikelompokkan ditemukan pada kategori sedang sebanyak 38 orang 66,7, rendah sebanyak 17 orang 29,8 dan
beratketergantungan sebanyak 2 orang 3,5. Hasil penelitian ini sesuai dengan latar belakang yang mengungkapkan salah satu kelurahan yang rentan tentang perkara
narkoba di kalangan remaja terdapat di Kelurahan Mabar Polsek Medan Deli. Hasil temuan ini didukung hasil penelitian Afandi dkk. 2009 yang
menyimpulkan bahwa penggunaan DAST merupakan salah satu tes penyaring sebagai upaya langkah preventif untuk mendeteksi penyalahgunaan obat sedini
mungkin. Faktor tempat tinggal, kegiatan ekstrakuriler dan kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang harus diperhatikan sebagai upaya mencegah
penyalahgunaan obat dan sebagian besar responden tidak bermasalah dalam penggunaan obat 67,2, akan tetapi terdapat responden dengan tingkat
penyalahgunaan obat sedang dan beratketergantungan, masing-masing 7,6 dan 0,5.
Hasil penelitian French et al. 2001 di Universitas Miami menyimpulkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dan total biaya merupakan faktor penting
bagi pengguna narkoba yang bermasalah yang ditentukan melalui jumlah frekuensi yaitu, CDU, IDU dan kriteria diagnostik menggunakan kuesioner DAST-10.
Temuan menunjukkan bahwa kriteria kuantitasfrekuensi penggunaan narkoba bermasalah adalah perkiraan yang wajar untuk pengukuran berbasis diagnostik.
Universita Sumatera Utara
Hasil penelitian Salehi et al. 2012 di Tehran University of Medical Sciences mengungkapkan bahwa berdasarkan metode DAST-20, ditemukan 33 dari pasien
dalam kelompok pengguna. Skor rata-rata secara signifikan lebih tinggi di antara pengguna daripada tidak pengguna p0,05. Tingkat substansi penyalahgunaan
NAPZA sebanyak 77 cukup parah. Lebih dari 80 ditemukan substansi penyalahgunaan disebabkan hubungan sosial keluarga dan pekerjaan. Selain itu,
sebanyak 86 dari pasien mengindikasikan bahwa mereka ingin menemukan obat untuk pulih dari ketergantungan zat. Perlu dicatat bahwa 83 dari pasien sudah
mencoba untuk berhenti penggunaan obat tapi tidak berhasil. Cocco et al. 1998 meneliti pasien dengan penyakit mental yang berat dan
penyalahgunaan zat dan ketergantungan. Penelitian ini mengevaluasi 2 versi dari Drug Abuse Skrining Test DAST, H. Skinner, 1982 sebagai alat skrining untuk
sampel psikiatri rawat jalan. Peserta adalah 73 pria dan 24 wanita yang telah menerima perawatan di rumah sakit jiwa umum menyimpulkan bahwa DAST
memiliki sifat psikometrik ketika digunakan kepada pasien rawat jalan psikiatri. DAST ini menunjukkan konsistensi internal yang memadai dan stabilitas temporal
dalam sampel.serta mendukung analisis faktor skala multidimensi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan karakteristik responden lebih besar
kelompok remaja akhir, yaitu usia 15-20 tahun sebanyak 54,3. Tingkat pendidikan sebagian besar SLTP-SLTA, tinggal bersama orang tua dan pada dasarnya anak
remaja adalah kelompok berisiko. Pengetahuan tentang narkoba memiliki pengaruh terbesar kemudian pengawasan orang tua, teman sebaya, anggota keluarga, teman
sekolah, efikasi diri dan sikap.
Universita Sumatera Utara
Berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki, yaitu 65,9. Temuan ini didukung oleh hasil penelitian Afandi dkk. 2009 yang mengungkapkan laki-laki
lebih bermasalah dalam penyalahgunaan obat dibandingkan perempuan. Hal yang sama juga dilaporkan dalam penelitian Ljubotina et al. 2004 di India, yaitu siswa
laki-laki lebih banyak menggunakan obat-obatan dibandingkan siswa perempuan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan sosial budaya dapat
dijadikan media untuk membawa remaja kearah perilaku sosial yang positif, seperti: risiko remaja menyalahgunakan narkoba dapat diantisipasi dengan pembekalan pada
remaja dengan pemberian informasi bahaya narkoba yang komprehensip seperti: bahaya narkoba baik yang diakibatkan oleh zatnya sendiri pada tubuh, maupun
dampak terhadap kehidupan pengguna sendiri, upaya nyatanya sendiri dapat dilakukan dengan membentuk kelompok peer group pada masyarakat, dan disekolah.
Masalah penyalahgunaan narkoba sangat kompleks, dan tidak mungkin masalahnya diselesaikan hanya dari satu sisi saja, sehingga upaya penanggulangan
efektif dan efisien perlu dilakukan secara bersama-sama. Akibat dari kompleksnya permasalahan yang dapat menyebabkan penyalahgunaan narkoba, maka diperlukan
kerjasama lintas sektor dan lintas program. Dalam hal ini dapat bekerjasama dengan BNN, aparat penegak hukum, tokoh agama, tokoh masyarakat, sekolah, dan tenaga
kesehatan. Selain itu guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, orang tua, dan masyarakatnya sendiri harus menjadi kontrol sosial, artinya semuanya merasa
bertanggung-jawab terhadap masalah risiko penyalahgunaan narkoba. “Saat ini yang
Universita Sumatera Utara
dapat dilakukan adalah bahwa setiap keluarga harus menjaga keluarga dan anak-anak sendiri.”
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan