Kurikulum SD 2013 Kajian Pustaka
                                                                                3 Penyempurnaan pola pikir
Kurikulum  2013  dikembangkan  dengan  penyempurnaan  pola  pikir sebagai berikut:
a Pola  pembelajaran  yang  berpusat  pada  guru  menjadi
pembelajaran  berpusat  pada  peserta  didik.  Peserta  didik  harus memiliki  pilihan-pilihan  terhadap  materi  yang  dipelajari  untuk
memiliki kompetensi yang sama b
Pola  pembelajaran  satu  arah  interaksi  guru-peserta  didik menjadi  pembelajaran  interaktif  interaktif  guru-peserta  didik-
masyarakat-lingkungan alam, sumber media lainnya. c
Pola  pembelajaran  terisolasi  menjadi  pembelajaran  secara jejaring  peserta  didik  dapat  menimba  ilmu  dari  siapa  saja  dan
dari  mana  saja  yang  dapat  dihubungi  serta  diperoleh  melalui internet.
d Pola  pembelajaran  pasif  menjadi  pembelajaran  aktif-mencari
pembelajaran  siswa  aktif  mencari  semakin  diperkuat  dengan model pembelajaran pendekatan sains.
e Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok berbasis tim.
f Pola  pembelajaran  alat  tunggal  menjadi  pembelajaran  berbasis
alat multimedia. g
Pola  pembelajaran  berbasis  massal  menjadi  kebutuhan pelanggan  users  dengan  memperkuat  pengembangan  potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik.
h Pola  pembelajaran  ilmu  pengetahuan  tunggal  monodiscipline
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak multidisciplines; dan
i Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis
4 Penguatan tata kelola kurikulum
Pelaksanaan  kurikulum  selama  ini  telah  menempatkan  kurikulum sebagai daftar Mata pelajaran. Pendekatan kurikulum 2013 untuk Sekolah
Menegah  KejuruanMadrasah  Aliyah  Kejuruan  diubah  sesuai  dengan kurikulum  satuan  pendidikan.  Oleh  karena  itu  dalam  Kurikulum  2013
dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: a
Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif.
b Penguatan  manajeman  sekolah  melalui  penguatan  kemampuan
manajemen  kepala  sekolah  sebagai  pimpinan  kependidikan educational leader; dan
c Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran 5
Penguatan materi Penguatan  materi  dilakukan  dengan  cara  pendalaman  dan
perluasan  materi  yang  relevan  bagi  peserta  didik.  Kurikulum  2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a Mengembangkan  keseimbangan  antara  pengembangan  sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemempuan intelektual dan psikomotorik.
b Sekolah  merupakan  bagian  dari  masyarakat  yang  memberikan
pengalaman  belajar  terencana  di  mana  peserta  didik  menerapkan apa  yang  dipelajari  di  sekolah  ke  masyarakat  dan  memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar. c
Mengembangkan  sikap,  pengetahuan,  dan  keterampilan  serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d Memberi  waktu  yang  cukup  leluasa  untuk  mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan. e
Kompetensi  dinyatakan  dalam  bentuk  kompetensi  inti  kelas  yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
f Kompetensi  inti  kelas  menjadi  unsur  pengorganisasi  organizing
elements kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses  pembelajaran  dikembangkan  untuk  mencapai  kompetensi
yang dinyatakan dalam kompetensi inti. g
Kompetensi  dasar  dikembangkan  didasarkan  pada  prinsip akumulatif,  saling  memperkuat  reinforced  dan  memperkaya
enriced  antar  mata  pelajaran  dan  jenjang  pendidikan  organisasi horizontal dan vertikal.
Berdasarkan  penjelasan  tersebut,  dapat  disimpulkan  bahwa  dalam perjalanannya  pendidikan  nasional  dihadapkan  dengan  berbagai  tantangan
yang harus segera diatasi dan harus dihadapi. Kurikulum 2013 hadir sebagai salah satu jalan untuk menghadapi tantangan tersebut, dalam Kurikulum 2013
tujuan  yang  hendak  dicapai  pada  setiap  akhir  pembelajaran  atau  pada  setiap akhir  jenjang  kelas  dinamakan  kompetensi  inti.  Kompetensi  inti  dibentuk
tahap  demi  tahap  melalui  pembelajaran  berbagai  kompetensi  dasar  dari sejumlah  mata  pelajaran  yang  relevan  dengan  kompetensi  inti,  artinya  guru
harus  kreatif  dan  mampu  berkolaborasi  dengan  siswa  untuk  menemukan kompetensi dasar yang relevan dengan kompetensi inti. Kompetensi inti yang
berisikan  pengembangan  sikap  spiritual,  sikap  sosial,  rasa  ingin  tahu pengetahuan  dan  kreativitas  keterampilan  harus  seimbang  dengan
kemampuan  yang  dikembangkan  dalam  kompetensi  dasar  yaitu  kemampuan intelektual dan psikomotorik.
Faktor-faktor  tersebut  sangat  mempengaruhi  empat  elemen  yang menjadi dasar perubahan Kurikulum 2013. Mulyasa  2014:77  menyatakan
bahwa  terdapat  empat  elemen  penting  yang  menjadi  dasar  perubahan kurikulum  2013  yaitu,  Standar  Kompetensi  Lulusan  SKL,  Standar  Isi,
Standar  Proses  dan  Standar  Penilaian.  Elemen  perubahan  tersebut  dapat dilihat pada table berikut,
Tabel 1. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
ELEMEN DESKRIPSI
SD
Kompetensi Lulusan
Adanya  peningkatan  dan  keseimbangan    soft  skills dan  hard  skills  yang  meliputi  aspek  kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan
Kedudukan  mata pelajaran ISI
Kompetensi yang
semula diturunkan
dari matapelajaran  berubah  menjadi  mata  pelajaran
dikembangkan dari kompetensi.
Pendekatan ISI Kompetensi dikembangkan melalui:
Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran Struktur
Kurikulum  Mata Pelajaran
dan alokasi
waktu ISI
- Holistik  dan  integratif  berfokus  kepada  alam,
sosial dan budaya -
Pembelajaran  dilaksanakan  dengan  pendekatan sains
- Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6
- Jumlah  jam  bertambah  4  JPminggu  akibat
perubahan pendekatan pembelajaran Proses
pembelajaran -
Standar  proses  yang  semula  terfokus  pada eksplorasi,  elaborasi,  dan  konfirmasi    dilengkapi
dengan mengamati,
menanya, mengolah,
menalar, menyajikan,
menyimpulkan, dan
mencipta. -
Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di  lingkungan sekolah dan masyarakat
- Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
- Sikap  tidak  diajarkan  secara  verbal,  tetapi
melalui contoh dan teladan Tematik dan terpadu
Penilaian -
Penilaian berbasis kompetensi -
Pergeseran dari penilaian melalui tes mengukur kompetensi  pengetahuan berdasarkan hasil saja,
menuju  penilaian  otentik  mengukur  semua kompetensi
sikap, keterampilan,
dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil
- Memperkuat  PAP  Penilaian  Acuan  Patokan
yaitu  pencapaian  hasil  belajar  didasarkan  pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal
maksimal
- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga
pada kompetensi inti dan SKL -
Mendorong  pemanfaatan  portofolio  yang  dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian
Ekstrakurikuler -
Pramuka wajib -
UKS -
PMR -
Bahasa Inggris
b.
Penguatan pendidikan karakter
Menurut Samani dan Hariyanto 2012:41 karakter adalah cara berpikir dan  berperilaku  yang  khas  tiap  individu  untuk  hidup  dan  bekerja  sama  baik
dalam  lingkungan  keluarga,  bangsa  dan  negara.  Sejalan  dengan  itu,  Mulyasa mengungkapkan  pendidikan  karakter  merupakan  upaya  untuk  membantu
perkembangan  jiwa  anak-anak  baik  lahir  maupun  batin,  dari  sifat  kodratinya menuju  ke  arah  peradaban  yang  manusiawi  dan  lebih  baik  2011:1.  Sejalan
dengan  pendapat  Mulyasa,  Megawangi  memaparkan  bahwa  pendidikan karakter  merupakan  sebuah  usaha  untuk  mendidik  anak-anak  agar  dapat
mengambil  keputusan  dengan  bijak  dan  mempraktikkannya  dalam  kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya  Kesuma,  2011  :5.  Hidayatulloh  2010:55  menambahkan bahwa pendekatan pendidikan karakter sebaiknya dilakukan secara terintegrasi
ke dalam seluruh kehidupan sekolah karena pendidikan karakter memang tidak dapat dipisahkan dengan aspek lain dan merupakan landasan dari seluruh aspek
termasuk seluruh matapelajaran Berdasarkan  beberapa  pengertian  pendidikan  karakter  di  atas  dapat
disimpulkan  bahwa  untuk  mewujudkan  suasana  dan  proses  belajar  yang  baik
dan  efektif  dengan  mengedepankan  pengembangan  potensi  siswa  agar berakhlak  mulia,  berkepribadian  baik  dan  berbudi  pekerti  luhur  maka
pendidikan  karakter  sangat  baik  dan  harus  dilaksanakan  disetiap  sekolah sehingga  setiap  siswa  mampu  dan  siap  menuju  ke  arah  peradaban  manusiawi
yang lebih maju dan mampu berkonstribusi untuk kemajuan lingkungannya. Kemendiknas  2011  telah  mengidentifikasi  25  nilai  karakter  yang
bersumber  dari  agama,  Pancasila,  budaya,  dan  tujuan  pendidikan  nasional. Berikut adalah  25 butir nilai karakter sebagai prioritas penanaman di SD yaitu:
1  Kereligiusan,  2  Kejujuran,  3  Kecerdasan,  4  Tanggung-jawab,  5 Kebersihan  dan  Kesehatan,  6  Kedisiplinan,  7  Tolong  menolong,  8
Berpikir  logis,  kritis,  kreatif  dan  inovatif,  9  Kesantunan,  10  Ketangguhan, 11  Kedomkratisan,  12  Kemandirian,  13  Keberanian  mengambil  resiko,
14 Berorientasi pada tindakan, 15Berjiwa kepemimpinan, 16 Kerja keras, 17 Percaya diri,  18 Keingintahuan, 19 Cinta ilmu, 20 Kesadaran akan
hak dan kewajiban diri dan orang lain, 21 Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial,  22  Menghargai  karya  dan  prestasi  orang  lain,  23  Kepedulian
terhadap  lingkungan,  24  Nasionalisme,  25  Menghargai  keberagaman Kemendiknas,  2011.  Ke-25 nilai karakter ini diharapkan mampu dipadukan
dalam setiap
mata pelajaran
disekolah sehingga
siswa mampu
mempraktikkannya dalam kehidupannya. Nilai-nilai  karakter  di  atas  merupakan  nilai-nilai  karakter  yang
diharapkan  dapat  dikembangkan  dan  dimiliki  oleh  setiap  siswa  dalam  setiap jenjang  pendidikan,  terutama  pendidikan  dasar  yang  merupkan  fondasi  dari
pendidikan. Setiap nilai karakter tersebut harus ditanamkan sejak siswa berada pada jenjang pendidikan dasar.
Pendidikan  karakter  dalam  kurikulum  2013  bertujuan  untuk meningkatkan  mutu  proses  dan  hasil  pendidikan  yang  mengarah  pada
pembentukan budi pekerti dan ahklak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan  seimbang,  sesuai  dengan  standar  kompetensi  lulusan  pada  setiap  satuan
pendidikan  Mulyasa, 2013:7. Peningkatan mutu proses dan hasil pendidikan yang  mengedepankan  pembentukkan  budi  pekerti  dan  ahklak  mulia  ini  bukan
hal  yang  mudah,  perlu  adanya  penguatan  pendidikan  karakter  bagi  sekolah karena  pendidikan  karakter  merupakan  usaha  sadar  dan  terencana  untuk
mewujudkan  suasana  serta  proses  pemberdayaan  potensi  dan  pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan atau kelompok yang unik
baik sebagai warga Negara. Doni  Koesoema  2007:  208  menyatakan  bahwa  pendidikan  karakter
juga memiliki nilai dan prinsip: 1.
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah a
Nilai keutamaan Manusia  memiliki  keutamaan  kalau  ia  menghayati  dan
melaksanakan  tindakan-tindakan  yang  utama,  yang  membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain.
b Nilai keindahan
Nilai  keindahan  ini  ditafsirkan  terutama  pada  keindahan  fisik berupa hasil karya seni, patung, bangunan, dan sastra. Nilai keindahan
dalam  tataran  yang  lebih  tinggi  menyentuh  interioritas  manusia  itu sendiri yang menjadi penentu kualitas dirinya sebagai manusia.
c Nilai kerja
Jika  ingin  berbuat  adil,  manusia  harus  bekerja.  Penghargaan  atas nilai kerja inilah yang menentukan kualitas diri seorang individu.
d Nilai cinta tanah air
Pendidikan  karakter  yang  menanamkan  nilai-nilai  patriotisme secara  mendalam  bukan  chauvinis  sempit  tetaplah  relevan,
mengingat  ikatan  batin  seseorang  senantiasa  terpaku  pada  tanah tumpah kelahirannya, dan Ibu Pertiwi yang membesarkannya.
e Nilai demokrasi
Nilai  demokrasi  termasuk  di  dalamnya,  kesedian  untuk  berdialog, berunding,  bersepakat,  dan  mengatasi  permasalahan  dan  konflik
dengan  cara-cara  damai,  bukan  kekerasan,  melainkan  melalui  sebuah dialog bagi pembentukan tata masyarakat yang lebih baik.
f Nilai kesatuan
Dalam  konteks  berbangsa  dan  bernegara  di  Indonesia,  nilai kesatuan ini menjadi dasar pendirian Negara.
g Menghidupi nilai moral
Nilai  inilah  yang  oleh  Sokrates  diacu  sebagai  sebuah  panggilan untuk merawat jiwa. Jiwa inilah yang menentukan apakah seorang itu
sebagai individu merupakan pribadi yang baik atau tidak.
h Nilai-nilai kemanusian
Manusia  sungguh-sungguh  manusiawi  itu  merupakan  bagian  dari keprihatinan  setiap  orang.  Menghayati  nilai-nilai  kemanusiaan
mengandaikan  sikap  keterbukaan  terhadap  kebudayaan  lain,  termasuk disini kultur agama dan keyakinan yang berbeda.
2. Prinsip-prinsip dasar pendidikan karakter di sekolah
a Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang
kamu katakan atau kamu yakini. b
Setiap  keputusan  yang  kamu  ambil  menentukan  akan  menjadi  orang macam apa dirimu.
c Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan
dengan  cara-cara  yang  baik,  bahkan  seandainya  pun  kamu  harus membayarnya secara mahal, seba mengandung resiko.
d Jangan  pernah  mengambil  prilaku  buruk  yang  dilakukan  oleh  orang
lain  sebagaipatokan  bagi  dirimu.  Kamu  dapat  memilih  patokan  yang lebih baik dari mereka.
e Apa  yang  kamu  lakukan  itu  memiliki  makna  dan  transformatif.
Seorang individu bisa mengubah dunia. f
Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamu menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi
tempat yang lebih baik untuk dihuni.
c.
Pendekatan tematik integratif
Menurut  Joni  dalam  Trianto  2011:56  menyatakan  bahwa pembelajaran  intergratif  terpadu  sebagai  suatu  sistem  pembelajaran  yang
mengaktifkan  siswa  baik  secara  individu  maupun  kelompok  untuk  mencari, menggali  serta  menemukan  konsep  bahkan  prinsip  keilmuan  secara  holistik,
bermakna, dan otentik. Lebih lanjut, Ahmadi  Amri 2014: 221 menyatakan bahwa  pendekatan  tematik  integratif  adalah  pembelajaran  yang  dirancang
melalui tema-tema yang menggabungkan beberapa indikator yang berasal dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk digabungkan. Pendekatan
tematik  integratif  ini  sudah  dikenal  pada  kurikulum  1984.  Intinya,  tiap pelajaran  harus  berpijak  pada  tema  atau  subtema  tertentu,  dan  tiap  bahan
pelajaran tidaklah berdiri sendiri melainkan dipadukan diintegrasikan dengan bahan  pelajaran  yang  lain.  Sejalan  dengan  Ahmadi    Amri  tersebut,  Sutirjo
dan Mamik 2004:6 menyatakan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap
pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Pembelajaran  tematik  integratif  memiliki  ciri-ciri  antara  lain,
1berpusat  pada  anak,  2memberikan  pengalaman  langsung,  3pemisahan antar  mata  pelajaran  tidak  begitu  jelas,  4menyajikan  konsep  dari  beberapa
mata  pelajaran  dalam  satu  proses  pembelajaran,  5bersifat  fleksibel,  6hasil pembelajaran  berkembang  sesuai  minat  dan  kebutuhan  peserta  didik.  Adapun
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tematik integratif yaitu, 1memilih atau  menetapkan  tema,  2melakukan  analisis  SKL,  KI,  KD,  dan  membuat
indikator,  3melakukan  pemetaan  KD,  indikator,  dan  tema,  4membuat jaringan  KD,  5menyusun  silabus,  dan  6  menyusun  RPP  tematik  terpadu
Modul Guru Kelas SD, 2013:197-199. Berdasarkan  pengertian  dan  penjelasan  teori  di  atas,  dapat
disimpulankan  bahwa  pendekatan  tematik  integratif  adalah  pendekatan  yang memadukan  indikator  satu  bahan  pelajaran  atau  satu  mata  pelajaran  dengan
bahan  pelajaran  yang  lain,  yang  relevan  sesuai  dengan  tema  atau  sub-tema yang  sudah  ditentukan  dan  mengaktifkan  siswa  baik  secara  individu  maupun
kelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan.
d.
Pendekatan saintifik
a Pengertian Pendekatan Saintifik
Menurut Daryanto 2014: 82 Pendekatan saintifik yaitu pendekatan yang  digunakan  pada  proses  pembelajaran  sains  dan  teknologi  dalam
konteks pengalaman yang nyata.  Selanjutnya dalam Kemendikbud  2013 menyatakan konsepsi tersendiri bahwa proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian  rupa  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengkonstruks  konsep, hukum  atau  prinsip  melalui  tahapan-tahapan  mengamati  untuk
mengidentifikasi  atau  menemukan  masalah,  merumuskan  masalah, mengajukan  atau  merumuskan  hipotesis,  mengumpulkan  data  dengan
berbagai teknik,
menganalisis data,
menarik kesimpulan
dan mengkomunikasikan konse
p, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Jadi,  dari  pengertian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  pendekatan
saintifik  merupakan  pendekatan  dalam  konteks  pengalaman  yang  nyata,
maksudnya  siswa  secara  langsung  terlibat  dalam  pembelajaran  dengan menggunakan  pri
nsip  “ditemukan”,  siswa  secara  langsung  berusaha menenemukan masalah dan mencoba memecahkannya. Siswa menemukan
masalah dan memecahkannya. b
Tujuan pembelajaran dalam pendekatan  saintifik Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan  saintifik adalah:
1. Meningkatkan  kemampuan  intelek,  khususnya  kemampuan  berpikir
tingkat tinggi siswa. 2.
Membentuk  kemampuan  siswa  dalam  menyelesaikan  suatu  masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar
itu merupakan suatu kebutuhan. 4.
Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 5.
Melatih  siswa  dalam  mengomunikasikan  ide-ide,  khususnya  dalam menulis artikel ilmiah
6. Mengembangkan karakter siswa
c Langkah-langkah Pendekatan Saintifik
Dalam  PERMENDIKBUD  81A,  proses  pembelajaran  terdiri  atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
1. Mengamati
Kegiatan belajar dari mengamati adalah: membaca, mendengar, menyimak, melihat tanpa atau dengan alat peraga. Kompetensi  yang
di  kembangkan  dari  mengamati  adalah  melatih  kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
2. Menanya
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari  apa  yang  diamati  atau  pertanyaan  untuk  mendapatkan  informasi
tambahan  tentang  apa  yang  diamati  dimulai  dari  pertanyaan  faktual sampai  ke  pertanyaan  yang  bersifat  hipotetik.  Dari  menanya
kompetensi  yang  di  kembangkan  adalah  kreativitas,  rasa  ingin  tahu, kemampuan  merumuskan  pertanyaan  untuk  membentuk  pikiran  kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. 3.
Mengumpulkan informasi Kegiatan  belajar  dari  hasil  mengumpulkan  informasi  adalah:
melakukan  eksperimen,  membaca  sumber  lain  selain  buku  teks, mengamati  objek  kejadian,  aktivitas    dan  wawancara  dengan  nara
sumber Dari  kegiatan  belajar  mengumpulkan  informasi  kompetensi
yang  dikembangkan  adalah:  sikap  teliti,  jujur,sopan,  menghargai pendapat  orang  lain,  kemampuan  berkomunikasi,  menerapkan
kemampuan  mengumpulkan  informasi  melalui  berbagai  cara  yang dipelajari,  mengembangkan  kebiasaan  belajar  dan  belajar  sepanjang
hayat.
4. Menalar
Mengolah  informasi  yang  sudah  dikumpulkan  baik  terbatas dari  hasil  kegiatan  mengumpulkaneksperimen  mau  pun  hasil  dari
kegiatan  mengamati  dan  kegiatan  mengumpulkan  informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah
keluasan  dan  kedalaman  sampai  kepada  pengolahan  informasi  yang bersifat  mencari  solusi  dari  berbagai  sumber  yang  memiliki  pendapat
yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan  belajar  dari  hasil  menalar.  Kompetensi  yang
dikembangkan  adalah:  sikap  jujur,  teliti,  disiplin,  taat  aturan,  kerja keras,  kemampuan  menerapkan  prosedur  dan  kemampuan  berpikir
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. 5.
Mengkomunikasikan Kegiatan  belajar  mengkomunikasikan  berupa  menyampaikan
hasil  pengamatan,  kesimpulan  berdasarkan  hasil  analisis  secara  lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan dari hasil
menalar adalah : jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan
singkat dan
jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
e.
Penilaian Otentik
Berdasarkan  Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  Republik Indonesia  Nomor      66    Tahun  2013  tentang  Standar  Penilaian  Pendidikan
menyatakan  bahwa  penilaian    otentik    merupakan    penilaian  yang  dilakukan
secara komprehensif untuk menilai  aspek  sikap,  pengetahuan,  keterampilan mulai  dari  masukan  input, proses, sampai keluaran output pembelajaran.
Penilaian otentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana tertekan. Teknik dan instrument penilaian adalah sebagai berikut :
1. Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri
self assessment, penilaian sejawat peer assessment, dan jurnal. 2.
Penilaian  kompetensi  pengetahuan  dilakukan  melalui  tes  tulis,  tes
lisan, dan penugasan. 3.
Penilaian  kompetensi  keterampilan  dilakukan  melalui  pengamatan kinerja  yang  meminta  peserta  didik  mendemonstrasikan  kompetensi
tertentu, melalui praktik, projek, atau portofolio.
Selanjutnya, Sri Handayani menyatakan bahwa penilaian otentik pada pembelajaran tematik yaitu :
a. Karakteristik  penilaian  otentik  adalah  sebagai berikut:
1. Melibatkan pengalaman nyata involves real-word experience
2. Dilaksanakan  selama  dan  sesudah  proses  pembelajaran
berlangsung. 3.
Mencakup penilaian pribadi self assessment dan refleksi. 4.
Yang diukur ketrampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. 5.
Berkesinambungan. 6.
Terintegrasi. 7.
Dapat digunakan sebagai umpan balik. 8.
Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dangan jelas.
b. Tujuan penilaian otentik
1. Menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu.
2. Menentukan kebutuhan pembelajaran.
3. Membantu dan mendorong siswa.
4. Membantu dan mendorong guru untuk membelajarkan lebih baik.
5. Menentukan strategi pembelajaran.
6. Akuntabilitas lembaga.
7. Meningkatkatkan kualitas pendidikan.
c. Prinsip-prinsip penilaian otentik
1. Keeping  track,  penilaian  otentik  mampu  menelusuri  dan  melacak
kemajuan  siswa  sesuai  dengan  rencana  pembelajaran  yang  telah ditetapkan.
2. Checking  up,  penilaian  otentik  mampu  mengecek  ketercapaian
kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. 3.
Finding out, penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta mendeteksi  kesalahan-kesalahan  yang  menyebabkan  terjadinya
kelemahan dalam proses pembelajaran. 4.
Summing  up,  penilaian  harus  mampu  menyimpulkan  apakah peserta didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan.