Ekstraksi dan analisis karaginan dilaksanakan di beberapa laboratorium. Ekstraksi karaginan dilakukan di Laboratorium Karakteristik dan Bahan Baku
Hasil Perairan dan Laboratorium Biokimia Hasil Perairan Program Studi THP IPB. Pengeringan dan penepungan karaginan dilakukan di Pilot Plan Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi IPB. Analisis karaginan dilakukan di Laboratorium Pengolahan dan Laboratorium
Biokimia Pangan dan Gizi Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan IPB yang mencakup analisis kekuatan gel, viskositas, titik jendal, titik leleh, derajat putih,
kadar abu tidak larut asam dan kadar sulfat. Laboratorium Pusat Penelitian
Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB untuk analisis kadar air dan kadar abu, dan Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan Program Studi
Teknologi Industri IPB untuk analisis logam berat Pb, Cu, dan Zn.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut jenis cottonii. Bahan-bahan yang digunakan untuk budidaya rumput laut adalah
pelampung bola dari bahan sintetis PVCpoly vinyl chloride pelampung utama, botol akua pelampung tali ris, jangkar, tali nilon PE berdiameter 7 mm tali
utama, 4 mm tali ris, dan 2 mm tali pengikat. Bahan-bahan kimia yang
digunakan selama proses ekstraksi karaginan adalah KOH, isopropil alkohol IPA dan akuades. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis parameter mutu
karaginan adalah asam klorida HCl, kalium klorida KCl, barium klorida BaCl
2
, dan barium sulfat BaSO
4
. Alat-alat yang digunakan untuk proses ekstraksi karaginan adalah blender,
pirek, timbangan analitik, kompor listrik, dan drum dryer. Alat yang digunakan untuk analisis mutu karaginan adalah cawan porselin, desikator, labu erlenmeyer,
gelas piala, oven merk WTB Binder, tanur merk Furnace 47900, termometer, Rheoner RE-3305, viscosimeter Brookfield merk LV, dan Whiteness meter model
C-100. Alat-alat yang digunakan untuk penelitian lapangan adalah termometer, secchidisc, hand refractometer SMILL-E, merk ATAGO dan current meter
FL 03, merk FLOWATC.
3.3 Tahap Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap pertama adalah budidaya rumput laut, dan tahap kedua adalah ekstraksi dan analisis karakteristik
fisiko-kimia karaginan dari rumput laut hasil budidaya.
3.3.1 Budidaya Eucheuma cottonii 3.3.1.1 Metode budidaya
Metode budidaya rumput laut yang digunakan berdasarkan kebiasaan dan pengalaman penduduk di Kabupaten Seram bagian barat, yaitu dengan sistem
longline tali permukaan. Metode budidaya sebagai berikut : 1 Penentuan lokasi budidaya.
2 Di lokasi terpilih dipasang tali utama yang disambungkan dengan pemberat berupa karung berisi pasir dan batu. Masing-masing sudut tali
diberi pelampung tanda. 3 Diantara tali utama dipasang tali ris yang berjumlah 6 buah dengan
panjang masing-masing 25 m Gambar 6. Pelampung yang digunakan pada tali ris berupa botol aqua.
4 Bibit rumput laut diikat pada tali ris dengan tali nilon yang telah disimpul dengan jarak antara simpul 20 cm. Setiap tali ris dipasang 120 rumpun,
masing-masing perlakuan 20 rumpun dipasang secara acak sehingga total rumpun adalah 720. Setiap tali ris terdiri dari 6 kombinasi perlakuan,
yaitu bagian thalus ujung dengan berat bibit 50, 100, 150 g, dan bagian thalus pangkal dengan berat bibit yang sama, yang akan dipanen pada
umur 40, 45, 50 dan 55 hari. 5 Setelah semua bibit rumput laut diikat pada tali ris, tali ris diikat pada tali
utama dengan jarak antara tali ris 1 m. Setiap perlakuan diberi tanda
dengan tali rafia untuk memudahkan pemantauan. Desain longline untuk budidaya cottonii dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Desain longline untuk budidaya Eucheuma cottonii.
3.3.1.2 Teknik pengamatan
Setiap minggu kondisi tanaman dipantau, dibersihkan dari sampah dan biota pengganggu lainnya.
Rumpun rumput laut yang hilang diganti dengan tanaman yang lain dari perlakuan yang sama. Parameter fisik dan kimia perairan
diukur yaitu suhu permukaan air laut mengunakan termometer, kecepatan arus menggunakan current meter, salinitas menggunakan hand refractometer, pH
Pelampung Tali ris
Tali utama
Bibit rumput laut
Pelampung utama
Tali pemberat
Tali ris 25 m
8 m 1 m
Pemberat
menggunakan kertas lakmus, kecerahan menggunakan secchidisc dan kedalaman perairan menggunakan tali dan meteran. Pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali,
yaitu pada hari ke 0, 7, 14, 21, 27, 35, 40, 45, 50, dan 55, masing-masing diambil 3 titik sampel, yang dilakukan sicara langsung di lokasi penelitian in situ.
Rumput laut dipanen sesuai dengan perlakuan umur panen, dan ditimbang untuk mengetahui bobot basahnya. Setelah dipanen rumput laut dicuci dengan
menggunakan air laut, untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada rumput laut.
Rumput laut kemudian dimasukkan ke dalam karung plastik untuk selanjutnya dibawa ke tempat penjemuran. Rumput laut dijemur di atas para-para
selama 4 hari. Selama proses penjemuran berlangsung, rumput laut tetap dijaga terhindar dari air hujan.
3.3.2 Ekstraksi karaginan
Pada penelitian
tahap ini
dilakukan ekstraksi
karaginan dengan
menggunakan rumput laut perlakuan bagian thalus ujung A1 dan pangkal A2, berat bibit 50 g B1, 100 g B2 dan 150 g B3, dan umur panen 40 hari, C1, 45
hari C2, 50 hari C3 dan 55 hari C4. Karaginan hasil ekstraksi kemudian dianalisis parameter rendemen, kekuatan gel, viskositas, kadar air dan kadar abu.
Penentuan karaginan terbaik dipilih berdasarkan kelima parameter tersebut yang sesuai dengan standar mutu karaginan.
Proses ekstraksi karaginan menggunakan metode Yunizal et al. 2000, yang telah dimodifikasi.
Rumput laut kering sebanyak 100 g dicuci dengan menggunakan air sampai semua kotoran yang menempel hilang.
Rumput laut kemudian direndam dengan air selama 24 jam. Rumput laut diblender hingga
berukuran kecil sehingga mempermudah proses ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan perebusan menggunakan air dan KOH 0,5 pada suhu 90-95
o
C dengan perbandingan rumput laut kering dengan air 1:30 selama 2 jam. Proses pemisahan
selulosa dilakukan dengan penyaringan menggunakan nylon mesh, yang dilakukan sebanyak 2 kali ukuran 150 dan 300 mesh. Filtrat yang diperoleh diendapkan
menggunakan isopropil alkohol dengan perbandingan 1:1,5, kemudian endapan dikeringkan menggunakan drum dryer selama 30 menit pada suhu 50
o
C. Karaginan kering kemudian dibuat tepung karaginan.
Diagram alir proses pembuatan tepung karaginan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Proses pembuatan tepung karaginan Yunizal et al. 2000 yang telah dimodifikasi.
3.4 Laju Pertumbuhan Harian Eucheuma cottonii
Suatu kegiatan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dikatakan baik jika laju pertumbuhan rata-rata harian minimal lebih dari 3 Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya 2005. Untuk mengetahui persentase laju pertumbuhan harian dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Pencucian
Perendaman dengan air
Ekstraksi Larutan KOH 0,5, selama 2 jam pada suhu 90-95
o
C
Pengendapan dengan IPA isopropil alkohol
Pengeringan Penyaringan
2 kali, dengan nilon 150 dan 300 mesh Rumput laut kering, perlakuan
bagian thalus ujung, pangkal, berat bibit 50, 100, 150 g, dan
umur panen 40, 45, 50, 55 hari
Tepung karaginan Filtrat
Wt 1t
G = -1
x 100 Wo
Keterangan: G = Laju pertumbuhan harian
Wt = Rata-rata bobot akhir g
Wo = Rata-rata bobot awal g t
= Waktu budidaya hari
3.5 Analisis Fisiko-Kimia