Sifat fisik karaginan Karakteristik Karaginan Terbaik

Laju pertumbuhan harian rumput laut dan kekuatan gel karaginan Eucheuma cottonii akan meningkat seiring dengan pertambahan umur panen, dan akan menurun setelah mencapai puncak pertumbuhan. Rumput laut Eucheuma cottonii yang dibudidayakan di Dusun Wael Desa Piru Kabupaten Seram bagian barat mempunyai puncak pertumbuhan pada umur panen 50 hari.

4.7.1 Sifat fisik karaginan

Sifat fisik karaginan Eucheuma cottonii yang dianalisis pada penelitian tahap ini adalah: kekuatan gel, viskositas, titik jendal, titik leleh, dan derajat putih.

4.7.1.1 Kekuatan gel

Karaginan memiliki kemampuan membentuk gel saat larutan panas menjadi dingin. Proses pembentukan gel bersifat thermoreversible, artinya gel dapat mencair pada saat pemanasan dan membentuk gel kembali pada saat pendinginan. Adanya selulosa pada produk akhir dapat mengakibatkan gel yang terbentuk akan lebih rapuh Imeson 2000. Nilai kekuatan gel tertinggi dan terendah berturut-turut diperoleh pada umur panen 50 hari dan 40 hari dengan nilai berkisar antara 196,66-330 gcm 2 Gambar 19. 266.66c 330.00d 236.66b 196.66a 50 100 150 200 250 300 350 40 45 50 55 Umur panen hari K e k u a ta n g e l g c m 2 Keterangan : Angka-angka pada histogram diikuti huruf superscripts berbeda a,b,c,d menunjukkan berbeda nyata p 0,05. Gambar 19. Kekuatan gel karaginan Eucheuma cottonii pada berbagai umur panen. Umur panen memberikan pengaruh yang nyata p0,05 terhadap kekuatan gel karaginan. Umur panen 50 hari memberikan nilai kekuatan gel tertinggi dan berbeda nyata dengan umur panen 40, 45, dan 55 hari. Semakin tua umur panen kekuatan gel karaginan cenderung meningkat. Pertambahan umur panen akan meningkatkan kandungan 3,6-anhidrogalaktosa dan menurunnya kandungan sulfat. Keadaan ini sesuai dengan pernyataan Friedlander dan Zelokovitch 1984 diacu dalam Suryaningrum 1988 bahwa peningkatan kekuatan gel berbanding lurus dengan 3,6-anhidrogalaktosa dan berbanding terbalik dengan kandungan sulfatnya. Moirano 1977 menjelaskan bahwa 3,6-anhidrogalaktosa menyebabkan sifat beraturan dalam polimer dan sebagai akibatnya akan mempertinggi potensi pembentukan heliks rangkapnya. Lebih lanjut Zabik dan Aldrich 1967 diacu dalam Suryaningrum 1988 menjelaskan bahwa pembentukan gel pada karaginan merupakan pengendapan yang melibatkan ikatan ionik antara kation logam tertentu dengan muatan negatif dari gugus ester sulfat. Apabila jumlah grup ester sulfat lebih banyak, maka sulfat tersebut akan berikatan dengan air. Oleh karena itu, jika kandungan sulfat pada karaginan tinggi, maka kerangka tiga dimensi yang terbentuk banyak menyerap air. Gel karaginan yang demikian ini apabila diberi tekanan akan sulit untuk mempertahankan bentuknya sehingga nilai kekuatan gelnya rendah.

4.7.1.2 Viskositas

Viskositas merupakan faktor kualitas yang penting untuk zat cair dan semi cair kental atau produk murni, dimana hal ini merupakan ukuran dan kontrol untuk mengetahui kualitas dari produk akhir Joslyn 1970. Menurut Towle 1973, viskositas karaginan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi, suhu, tingkat dispersi kandungan sulfat, inti elektrik, keberadaan elektrolit dan non elektrolit, teknik perlakuan, tipe dan berat molekul. Rata-rata viskositas karaginan yang dihasilkan berkisar antara 30,13-44,00 cP Gambar 20. Nilai viskositas tertinggi dan terendah berturut-turut diperoleh pada umur panen 40 hari dan 55 hari. Umur panen memberikan pengaruh yang nyata p0,05 terhadap viskositas karaginan. Umur panen 40 hari memberikan nilai viskositas tertinggi dan berbeda nyata dengan umur panen 45, 50, dan 55 hari. 44.00d 35.60c 30.73b 30.13a 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 40 45 50 55 Umur panen hari V is k o s it a s c P Keterangan : Angka-angka pada histogram diikuti huruf superscripts berbeda a,b,c,d menunjukkan berbeda nyata p 0,05. Gambar 20. Viskositas karaginan Eucheuma cottonii pada berbagai umur panen. Semakin tua umur panen viskositas larutan karaginan cenderung menurun. Hasil penelitian Suryaningrum 1988 dilaporkan bahwa peningkatan umur panen menurunkan viskositas larutan karaginan. Penurunan viskositas ini disebabkan oleh penurunan kandungan sulfat. Moirano 1977 menambahkan bahwa viskositas pada karaginan disebabkan oleh adanya daya tolak menolak antara grup sulfat yang bermuatan negatif disepanjang rantai polimernya, sehingga menyebabkan rantai polimer kaku dan tertarik kencang, sehingga molekul-molekul air terikat pada molekul karaginan yang mengakibatkan meningkatnya viskositas.

4.7.1.3 Titik jendal dan titik leleh

Titik jendal adalah suhu larutan karaginan dalam konsentrasi tertentu mulai membentuk gel, sedangkan titik leleh merupakan kebalikan dari titik gel yaitu suhu larutan karaginan ini mencair dengan konsentrasi tertentu. Rata-rata nilai titik jendal dan titik leleh karaginan yang dihasilkan berkisar antara 30,53- 33,20 o C dan 41,30-43,26 o C masing-masing dihasilkan pada umur panen 50 hari dan 40 hari Gambar 21. Umur panen memberikan pengaruh yang nyata p0,05 terhadap titik jendal dan titik leleh karaginan. Umur panen 50 hari memberikan nilai titik jendal dan titik leleh tertinggi dan berbeda nyata dengan umur panen 40, 45, dan 55 hari. 30.53a 32.13b 33.20c 32.43bc 5 10 15 20 25 30 35 40 40 45 50 55 Umur panen hari T it ik je n d a l o C a Titik jendal karaginan 41.30a 42.73a 43.50b 43.26b 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 40 45 50 55 Umur panen hari T it ik le le h o C b Titik leleh Karaginan Keterangan : Angka-angka pada histogram diikuti huruf superscripts berbeda a,b,c menunjukkan berbeda nyata p 0,05. Gambar 21. Titik jendal dan titik leleh karaginan Eucheuma cottonii pada berbagai umur panen. Titik jendal dan titik leleh karaginan mengalami peningkatan dengan bertambahnya umur panen. Pertambahan umur panen akan meningkatkan kandungan 3,6-anhidrogalaktosa dan menurunnya kandungan sulfat. Semakin tinggi kandungan 3,6-anhidrogalaktosa nilai titik jendal dan titik leleh semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryaningrum 1988 bahwa suhu titik jendal dan titik leleh berbanding lurus dengan kandungan 3,6-anhidrogalaktosa dan berbanding terbalik dengan kandungan sulfatnya. Selanjutnya Reen 1986 diacu dalam Syamsuar 2006 menyatakan bahwa adanya sulfat cenderung menyebabkan polimer terdapat dalam bentuk sol, sehingga suhu titik gel sulit terbentuk.

4.7.1.4 Derajat putih

Warna kecoklatan pada karaginan bisa disebabkan masih adanya selulosa, pigmen fikoeritin, dan fikosianin. Selain sebagai komponen yang tidak larut air, selulosa juga menyebabkan warna karaginan menjadi keruh Imeson 2000. Penyaringan dengan saringan nilon mesh berfungsi untuk mengurangi kandungan selulosa pada karaginan. Rata-rata nilai derajat putih karaginan berkisar antara 35,54-41,36. Nilai derajat putih tertinggi dan terendah berturut-turut diperoleh pada umur panen 40 hari dan 55 hari. Umur panen memberikan pengaruh yang nyata p0,05 terhadap derajat putih karaginan. Umur panen 40 hari memberikan nilai derajat putih tertinggi dan berbeda nyata dengan umur panen 45, 50, dan 55 hari. Histogram derajat putih karaginan Eucheuma cottonii pada berbagai umur panen dapat dilihat pada Gambar 22. 41.36d 39.10c 38.36b 35.54a 5 10 15 20 25 30 35 40 45 40 45 50 55 Umur panen hari D e ra ja t p u ti h Keterangan : Angka-angka pada histogram diikuti huruf superscripts berbeda a,b,c,d menunjukkan berbeda nyata p 0,05. Gambar 22. Derajat putih karaginan Eucheuma cottonii pada berbagai umur panen. Pertambahan umur panen cenderung menyebabkan nilai derajat putih karaginan mengalami penurunan. Hal ini diduga, dengan pertambahan umur panen akan meningkatkan kandungan selulosa, yang merupakan komponen yang dapat mempengaruhi warna karaginan. Adanya selulosa dalam karaginan dalam jumlah yang tinggi tidak diharapkan karena dapat menyebabkan warna karaginan menjadi keruh Bixler dan Jhondro 2000.

4.7.2 Sifat kimia karaginan