Metode budidaya Budidaya Eucheuma cottonii

f jauh dari mulut sungai; g perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih; h suhu air laut sekitar 27-30 o C dan salinitas sekitar 33-37 ppt.

2.2.1 Metode budidaya

Pemilihan lokasi untuk budidaya rumput laut dibagi menjadi tiga metode sesuai dengan teknologi budidaya yaitu rakit apung, lepas dasar dan patok dasar. Metode budidaya rumput laut jenis Eucheuma sp. yang sudah memasyarakat di Indonesia adalah metode lepas dasar, dan metode rakit apung. Sistem lepas dasar dilakukan dengan langsung menebarkan bibit di dasar perairan dan dibiarkan tumbuh secara alami. Sistem patok dasar dilakukan dengan cara mengikat bibit dengan tali rafia pada tali plastik PE yang direntangkan beberapa centimeter di atas perairan dengan patok kayu atau bambu. Letak tanaman diusahakan selalu terendam dalam air. Pada sistem apung, biasanya digunakan rakit bambu yang direntangi tali dan bibit diikat pada tali tersebut. Letak rakit dari permukaan air diatur dengan pemberat sehingga rumput laut tidak muncul dari permukaan air pada saat tanaman menjadi besar. Diantara ketiga teknik penanaman tersebut, yang banyak dilakukan adalah sistem patok dasar dan apung, dengan bobot bibit awal sekitar 50-100 g Kadi dan Atmaja 1988. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga Pusat Penelitian Oseonografi LIPI terhadap Eucheuma spinosum di Pulau Pari Kepulauan Seribu dan Pulau Samaringa Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa sistem apung yang dekat dengan permukaan air menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan sistem dasar. Menurut Soegiarto et al. 1978 hal ini disebabkan oleh senantiasa terpenuhinya kebutuhan rumput laut akan cahaya dan pergerakan air yang optimal pada sistem apung. Percobaan penanaman dengan bibit bagian ujung dan pangkal menghasilkan bagian ujung tumbuh lebih cepat selama lima minggu pertama dan bagian pangkal tumbuh lebih cepat pada lima minggu berikutnya. Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa berat awal yang ringan memberikan laju pertumbuhan yang lebih cepat Soegiarto et al. 1978. Sulistijo dan Atmadja 1977 menyatakan bibit bagian ujung merupakan bibit yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan bagian lainnya, bibit yang lebih muda tampak memberikan gambaran yang terbaik untuk dijadikan bibit; sedangkan berat bibit juga mempengaruhi pertumbuhan, bibit awal yang lebih sedikit memberikan pertumbuhan yang lebih cepat.

2.2.2 Umur panen