Matriks, Model, dan Varian-varian Puisi Bima

C. Matriks, Model, dan Varian-varian

Dalam pembahasan ini diuraikan secara lebih lanjut tahap analisis untuk mendapatkan makna puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga dan Dewa Ruci. Untuk mendapatkan makna puisi lebih lanjut yaitu dengan mencari matriks, model dan varian-varian. Dengan demikian, dari matriks, model, dan varian- varian dapat disimpulkan tema puisi. Dalam pembahasan ini, juga dicari mengenai amanat dari puisi-puisi tersebut. Tema merupakan gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap tersurat atau tidak tersirat Panuti Sudjiman, 1999:78. Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca Panuti Sudjiman, 1999:5.

1. Matriks, Model, dan Varian-varian Puisi Bima

BIMA karya Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulan puisi Keroncong Motinggo Di dalam pengelanaannya dilihatnya tiada yang kekal pada bahasa yang tinggal mati Hutan jati hilang kumandangnya dan sudut kota habis diperkata juga langit telah hangus terbakar di nyala matahari Maka diputuskannya untuk meninggalkan tanah kapur dan tidur dengan naga yang tak jadi dibunuhnya di samudra angan-angan Di sana ia bisa bertatapan dengan sunyi -- makhluk kecil itu berhuni di lubuk hati Matanya cerah seperti punya bocah yang hidup abadi Matriks dalam puisi Bima adalah perjalanan hidup tokoh Bima. Matriks ini ditransformasikan menjadi model “Bima”. Model tersebut ditransformasikan menjadi varian-varian yang berupa uraian dalam bait 1,2,3,4,5. Varian pertama: dalam perjalanan hidupnya, tokoh Bima menyadari bahwa hidup tidak ada yang abadi. Makhluk dan ciptaan yang ada di dunia pasti akan mati. Keadaan ini juga berlaku dalam kaitannya hubungan manusia dengan sesama dan alam sekitar. Varian pada bait kedua: ketidakabadian berlaku dalam setiap sisi kehidupan. Keadaan yang baik semakin lama berkurang dan berubah menjadi buruk. Tempat yang dulunya bersih, terjaga, banyak dikunjungi orang berubah menjadi kotor, dan tidak diperhatikan lagi. Begitu juga dengan alam sekitar yang rusak, langit berubah menjadi kotor dan udara tidak lagi bersih untuk bernafas. Varian pada bait ketiga: tokoh Bima melakukan perjalanan yang berat dengan bertemu dan melawan seekor naga. Tokoh Bima dengan keteguhan hati menempuh cobaan dan ujian berat untuk harapan yang diinginkannya. Bima berusaha, dan akhirnya berhasil mengalahkan hawa nafsu yang ada dalam batinnya. Varian pada bait keempat: tokoh Bima sampai pada tempat kosong dan bertemu dengan tokoh Dewa Ruci. Tokoh Dewa Ruci sebenarnya berada di dalam diri Bima tepatnya dalam batin tokoh Bima. Tokoh Bima menjadi sadar dalam tempat kosong tersebut, dan dapat mengenal tentang awal dan akhir dari kehidupan. Varian pada bait kelima: tokoh Bima terlahir kembali kecil dan abadi. Bima seperti halnya bocah kecil baik secara jasmani maupun rohani Abadi atau kekal merupakan sifat Tuhan Allah. Tokoh Bima dalam keadaan tersebut telah mengenal dirinya. Dengan mengenal dirinya, maka tokoh Bima akan mengenal Tuhannya. Dari matriks, model dan varian-varian tersebut dapat disimpulkan bahwa tema puisi Bima yaitu perjalanan tokoh Bima untuk memahami makna kehidupan. Memahami kehidupan akan dapat mengenal akan diri dan penciptanya. Amanat dari puisi Bima adalah sebagai berikut. Dalam kaitannya dengan kehidupan, setiap manusia atau orang yang hidup di dunia jangan sampai membuat kerusakan. Setiap manusia dituntut untuk selalu sadar akan hidupnya, ingat dan selalu waspada akan hal yang terjadi di sekitarnya. Dalam menjalani hidupnya, manusia agar selalu kuat dalam menghadapi cobaan hidup meskipun cobaan itu sangat berat. Dalam hidupnya, setiap manusia agar berusaha untuk mengenal akan dirinya sendiri, mengetahui sifat, kelemahan, dan kelebihan untuk hidup yang lebih baik.

2. Matriks, Model dan Varian-varian Puisi Saudara Kembar