Pembatasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Sistematika Penelitian

Dewa Ruci. Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tentang tanda. Bahasa merupakan sistem tanda dan sebagai suatu tanda, bahasa bersifat mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna. Pendekatan semiotik Riffaterre relevan digunakan dalam penelitian ini karena puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci banyak menampilkan kata maupun bahasa dan aspek di luar kebahasaan yang menjadi tanda dan sistem tanda. Hal ini juga disebabkan adanya ketidaklangsungan ekspresi yang terdapat dalam puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci. Riffaterre 1978:1 menyatakan bahwa puisi itu pengertian–pengertian atau hal-hal secara tidak langsung, yaitu menyatakan sesuatu hal yang lain. Sebuah karya sastra biasanya bermakna penuh dalam hubungan atau pertentangan dengan karya lain Teeuw, 1983:65. Oleh karena itu, selanjutnya puisi tersebut akan ditelusuri hipogramnya dengan cerita Dewaruci. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini berjudul Puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci: Tinjauan Semiotik Riffaterre.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk membatasi masalah sehingga tujuan penelitian ini menjadi lebih jelas dan terarah. Penelitian ini dibatasi pada unsur-unsur struktur puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci, meliputi metafora, pembaitan, rima, enjambemen dan tipografi yang membentuk kepaduan puisi; hubungan intertekstual atau hipogramatik antara puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci dengan cerita Dewaruci; serta makna kehadiran tokoh Bima yang terdapat pada puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran unsur-unsur yang membangun puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci? 2. Bagaimana hubungan intertekstual atau hipogramatik puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci dengan cerita Dewaruci? 3. Bagaimana deskripsi makna kehadiran tokoh Bima yang dikandung puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki sasaran yang sesuai dengan pemilihan judul dan permasalahan sebagai tujuan untuk memecahkan masalah yang ada. Sejalan dengan rumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut . 1. Mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci. 2. Mengungkapkan hubungan intertekstual atau hipogramatik puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci dengan cerita Dewaruci. 3. Mendeskripsikan makna kehadiran tokoh Bima puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mewujudkan bentuk penerapan teori semiotik dalam karya sastra khususnya puisi, dan teori ini dapat dimanfaatkan untuk menangkap makna kehadiran tokoh Bima yang teraktualisasi dalam puisi yaitu pada puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat menambah wawasan dan pemahaman terhadap karya sastra. Selain itu, dengan mengetahui tema dan makna yang dikandung puisi dapat memberikan tambahan wawasan tentang pentingnya mengolah segi batin dan lahir manusia dalam bersikap hidup, hubungannya dengan kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

F. Sistematika Penelitian

Sistematika penelitian pada hakikatnya akan mempermudah dan mengarahkan hasil penelitian tidak menyimpang dari pembahasan yang akan diteliti. Penelitian yang sistematis akan banyak membantu penelitian dan pembacaaan serta pemahaman terhadap hasil penelitian. Sistematika penulisan penelitian ini dapat disusun sebagai berikut. Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang penulis mengambil kajian semiotik untuk meneliti puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci. Pembatasan masalah yang berupa makna kehadiran tokoh Bima yang terdapat pada puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci. Perumusan masalah yang berupa makna apa yang terdapat pada kehadiran tokoh Bima dalam puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci. Tujuan penelitian yang berguna untuk menjawab rumusan masalah. Manfaat penelitian diharapkan dapat menambah khazanah penelitian terutama puisi dengan menggunakan pendekatan semiotik, dan sistematika penelitian untuk memudahkan dalam proses analisis permasalahan sehingga lebih sistematis. Bab kedua adalah kajian pustaka dan kerangka pikir, berisi penelitian- penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini serta kajian teori tentang teori semiotik. Teori semiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik Riffaterre. Teori semiotik Riffaterre berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu mengenai makna kehadiran tokoh Bima dalam puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci. Bab ketiga adalah metode penelitian yang memberikan gambaran proses penelitian yang di dalamnya diuraikan mengenai metode penelitian, pendekatan yang digunakan, objek penelitian, sumber data, metode, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penarikan simpulan. Bab keempat adalah analisis puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci dengan menggunakan teori semiotik Riffaterre. Tahap yang dilakukan dalam analisis yaitu bentuk ketidaklangsungan ekspresi puisi, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik, dilanjutkan dengan pencarian matriks, dan dilakukan penelusuran hubungan intertekstual atau hipogramatik yang menjadi latar proses penciptaan puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci. Bab kelima adalah penutup. Bab ini berisi simpulan dari hasil analisis dan dilengkapi dengan saran. Penelitian ini dilengkapi dengan daftar pustaka yang digunakan sebagai acuan atau referensi dalam melakukan penelitian, dan lampiran yang berupa puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci, biografi pengarang puisi, biografi Yasadipura I, cerita dan gambar tokoh Bima dalam pewayangan dari buku Ensiklopedi Wayang Indonesia, cerita Dewa Ruci karangan gubahan Yasadipura I yang diterbitkan oleh Cabang Bagian Bahasa Jawatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Yogyakarta. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN

KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Studi Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai sajak-sajak Subagio Sastrowardoyo menurut sepengetahuan penulis adalah Menyingkap Dunia Kepenyairan Subagio Sastrowardoyo oleh Wahyu Wibowo diterbitkan PN Balai Pustaka tahun 1984. Pokok permasalahan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Pertama adalah gagasan cipta puisi Subagio Sastrowardoyo. Ekspresi pengalaman lahir maupun batin penyair, dalam hubungan ini berupa pengalaman lahir maupun batin yang sudah diolah oleh sejumlah kemampuan diri penyair. Berdasarkan kemampuan diri ditambah pandangan hidup yang positif, Subagio Sastrowardoyo “meramunya” menjadi niat dasar dalam menciptakan puisi- puisinya. Bayangan batin yang terjadi setelah melalui proses penglihatan bayangan batin disebut Subagio Sasytrowardoyo sebagai ilham. Obsesi Subagio Sastrowardoyo terhadap kematian, secara nyata menonjol pada citra-citra yang tampak pada puisi-puisinya. Kedua, adalah Perempuan yang Berumah Dekat Pantai, sebagai corak pribadi Subagio Sastrowardoyo. Bayangan batin yang berasal dari pengalaman lahir dan batin Subagio Satrowardoyo, senantiasa berpatok pada satu latar belakang peristiwa yakni ketakutannya pada kematian. Kesepian perempuan atau si aku lirik dalam puisi Subagio Sastrowardoyo tersebut adalah kesepian dalam merindukan sesuatu, yaitu maut atau kematian.