12
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN
KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Studi Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai sajak-sajak Subagio Sastrowardoyo menurut sepengetahuan penulis adalah Menyingkap Dunia Kepenyairan Subagio
Sastrowardoyo oleh Wahyu Wibowo diterbitkan PN Balai Pustaka tahun 1984. Pokok permasalahan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama adalah gagasan cipta puisi Subagio Sastrowardoyo. Ekspresi pengalaman lahir maupun batin penyair, dalam hubungan ini berupa pengalaman
lahir maupun batin yang sudah diolah oleh sejumlah kemampuan diri penyair. Berdasarkan kemampuan diri ditambah pandangan hidup yang positif, Subagio
Sastrowardoyo “meramunya” menjadi niat dasar dalam menciptakan puisi- puisinya. Bayangan batin yang terjadi setelah melalui proses penglihatan
bayangan batin disebut Subagio Sasytrowardoyo sebagai ilham. Obsesi Subagio Sastrowardoyo terhadap kematian, secara nyata menonjol pada citra-citra yang
tampak pada puisi-puisinya. Kedua, adalah Perempuan yang Berumah Dekat Pantai, sebagai corak
pribadi Subagio Sastrowardoyo. Bayangan batin yang berasal dari pengalaman lahir dan batin Subagio Satrowardoyo, senantiasa berpatok pada satu latar
belakang peristiwa yakni ketakutannya pada kematian. Kesepian perempuan atau si aku lirik dalam puisi Subagio Sastrowardoyo tersebut adalah kesepian dalam
merindukan sesuatu, yaitu maut atau kematian.
Penelitian terdahulu tentang tokoh Bima menurut sepengetahuan penulis sebagai berikut.
Penelitian yang dilakukan oleh Afendy Widayat 1990 berjudul “Tinjauan Struktur dan Makna Cerita Bima Bungkus karya Can Cu An”, sebagai tulisan
Skripsi Sarjana Fakultas Sastra UGM. Penelitian yang dilakukan Afendy Widayat 1990 ini menunjukkan bahwa tokoh Bima dalam Serat Bimapaksa selalu
berorientasi kepada kebagiaan eudaenomisme dan berdasarkan nilai-nilai religius theologis. Cerita Bima Bungkus menjelaskan moralitas yang berkaitan
dengan nilai kebenaran, kepahlawan, dan ketabahan hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Purwadi 1995 berjudul “Cerita Sena
Sinaraya dalam Pendekatan Struktur dan Makna”, sebagai Skripsi Sarjana Fakultas Sastra UGM. Kehidupan Surgawi adalah kehidupan masa muda. Mereka
selamat meneliti bayangan surga, kemudahan, kenikmatan dalam bahasa Surgawi, yang di dunia ini dapat dilacak dalam konsekuensi sengsara membawa nikmat.
Cerita Sena Sinaraya menjelaskan konsep moral yang berkaitan dengan sikap gagah berani, rela berkorban, dan kebersamaan dalam memperjuangkan cita-cita
hidup. Penelitian yang dilakukan Purwadi ini juga menyebutkan bahwa Bima senantiasa mengusahakan tindakan moral yang tujuannya meraih kebahagiaan
bersama eudaemonisme yang sangat dianjurkan oleh nilai-nilai keagaman theologis.
Penelitian yang dilakukan oleh Endro Sasmito 1992 berjudul “Cerita Begawan Senaroda karya R.M. Suwandi dalam Pendekatan Struktur dan Makna”
sebagai Skripsi Sarjana Fakultas Sastra UGM. Dalam Cerita Begawan Senaroda itu, Bima tampil sebagai Begawan Senaroda. Dia membeberkan ilmu
kesempurnaan hidup, ilmu sejati, kwaruh begja, dan sangkan paraning dumadi. Dalam cerita tersebut diajarkan bahwa orang hidup hendaknya selaras lahir batin,
jiwa raga, cipta-rasa-karsa, dan iman ilmu amal. Cerita Begawan Senaroda menjelaskan konsep moral yang berkaitan dengan budi pekerti, mistik, dan soal
kebatinan. Penelitian yang dilakukan oleh Endro Sasmito 1992 juga mempertegas bahwa Bima selalu menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan
supaya dapat mencapai kebahagiaan sejati eudaemonisme dan memperhatikan moralitas keagamaan.
Yang membedakan dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini meneliti jenis karya sastra puisi, berjumlah empat buah puisi. Puisi yang diteliti
diambil dari kumpulan puisi oleh 3 penyair, yaitu Bima dan Saudara Kembar karya Subagio Sastrowardoyo, Telinga karya Sapardi Djoko Damono, dan Dewa
Ruci karya Saini KM. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan semiotik Riffaterre,
dengan analisis
melalui beberapa
tahapan, yaitu
bentuk ketidaklangsungan ekspresi puisi, pembacaan heuristik dan pembacaan
hermeneutik, pencarian matriks, model, dan varian, serta penelusuran hubungan intertekstual atau hipogramatik puisi.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci,
mengungkapkan hubungan intertekstual atau hipogramatik puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci dengan cerita Dewaruci, mendeskripsikan
makna kehadiran tokoh Bima dalam puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga, dan Dewa Ruci. Penelitian terdahulu oleh penulis digunakan dan dimanfaatkan
sebagai tambahan wacana dalam proses penulisan skripsi ini.
B. Landasan Teoretis