Karakteristik Sumber Daya Perairan Cagar Biosfer GSKBB

66 keluarga induk di permukiman permanen yang mempunyai fasilitas pendidikan. Dalam setahun, bagan nelayan ini dihuni dalam jangka waktu 6-9 bulan. Pada musim banjir, sebagian nelayan pulang ke permukiman induk di desa asal karena hasil tangkapan ikan menurun drastis. Pada saat air mulai surut, mereka kembali ke bagan seiring dengan meningkatnya hasil tangkapan. Di sini, bagan hanya sebagai tempat menginap dan mengolah hasil tangkapan ikan, bukan merupakan simbol penguasaan terhadap sumber daya perairan, karena semua wilayah perairan merupakan milik umum. Setiap nelayan boleh memasang alat tangkap pada satu tempat bersama-sama nelayan lain, tidak ada penguasaan wilayah secara khusus oleh perorangan. a b Gambar 4.2 Pondok nelayan; a di Tasik Kemenyan di saat surut, b di Kuala Tasik Ketialau Permukiman nelayan di Sungai Siak Kecil yang tergolong besar berada di Kuala Tasik Pepagar, Kuala Sungai Pesingin, Kuala Tasik Ungus, Kuala Tasik Ketialau, Kuala Tasik Serai, Bagan Benio, dan Pulai Bungkuk Tabel 4.4. Sebagian besar nelayan yang tinggal di beberapa bagan di bagian hilir sampai di Kuala Tasik Ketialau berasal dari penduduk desa-desa di bagian hilir Sungai Siak Kecil, yaitu dari Desa Lubuk Gaung dan Langkat, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis. Sementara itu, nelayan yang bermukim di Kuala Tasik Serai, Bagan Siam dan beberapa bagan di bagian hulu sungai sebagian besar merupakan penduduk desa setempat ditambah dari penduduk desa-desa di bagian hilir Sungai Siak Kecil. Selain mereka yang tinggal di bagan, sebagian nelayan tinggal di permukiman induk di Desa Tasik Betung dan Desa Tasik Serai karena lokasi penangkapan di tasik masih bisa dijangkau setiap hari dari rumah mereka. Bagan di pinggir Sungai Siak Kecil bersifat semi permanen, kecuali di Bagan Benio dan Pulai Bungkuk. Bagan Benio dan Pulai Bungkuk merupakan permukiman permanen di pinggir Sungai Siak Kecil yang berkembang sejak tahun 1942, sebagai dusun paling tua dari Desa Tasik Serai, di dalamnya terdapat Sekolah Dasar yang dibangun pada tahun 1978. Dua permukiman ini berdekatan, berada di atas hamparan tanah mineral yang dikelilingi oleh hutan rawa gambut. Karena mempunyai sumber daya selain ikan maka jumlah nelayan di dua pemukiman ini lebih banyak dibandingkan dengan pemukiman lainnya. Selain 67 sebagai nelayan, penduduk dusun ini juga berkebun karet, namun sudah lama tidak dapat melakukan perluasan areal karena lahan di sekitarnya bergambut dalam. Hal ini karena tanaman karet tidak mampu tumbuh di lahan gambut dalam, sehingga sebagian penduduk telah berpindah ke daerah lain yang mempunyai jenis tanah mineral dan memilih lokasi yang lebih mudah dijangkau dengan jalan darat. Tabel 4.4 Sebaran dan jumlah pondok nelayan di Sungai Siak Kecil dan kompleks tasik di sekitarnya dari arah hilir ke hulu sungai Lokasi Wilayah desa Jumlah Asal nelayan Muara Sungai Pesimsim Tasik Betung 5 Langkat, Lubuk Gaung Kuala Sungai Antan Tasik Betung 9 Langkat, Lubuk Gaung Kuala Tasik Pepagar Tasik Betung 15 Langkat, Lubuk Gaung Kuala Tasik Pesingin Tasik Betung 15 Langkat, Lubuk Gaung Kuala Tasik Ungus Tasik Betung 16 Langkat, Lubuk Gaung, Tasik Betung Kuala Tasik Membalu Tasik Betung 5 Lubuk Gaung, Tasik Betung Kuala Tasik Betung Tasik Betung 1 Tasik Betung Kuala Tasik Ketialau Tasik Tebing Serai 18 Langkat, Lubuk Gaung, Tasik Betung Kuala Tasik Serai Tasik Serai Timur 13 Tasik Serai Timur Kuala Tasik Mato Songsang Tasik Serai Timur 6 Tasik Serai Timur, Lubuk Gaung Pangkalan Siam Tasik Serai 7 Tasik Serai, Langkat Bagan Benio Tasik Serai 50 Tasik Serai Pulai Bungkuk Tasik Serai 24 Tasik Serai Bagan Belado Tasik Serai 9 Tasik Serai Kuala Sungai Mengkuang Tasik Serai Barat 2 Lubuk Gaung Empang Dusun Tasik Serai Barat 10 Tasik Serai, Bukit Kerikil, Lubuk Gaung Jumlah 205 Jumlah pondok nelayan Sungai Bukit Batu Tabel 4.5 lebih sedikit dibandingkan dengan nelayan Sungai Siak Kecil Tabel 4.4. Hal ini karena panjang Sungai Bukit Batu lebih pendek dan kecenderungan hasil tangkapan ikan semakin menurun. Menurut pengakuan warga Desa Temiang, jumlah nelayan Sungai Bukit Batu menurun drastis sejak tahun 2005 seiring dengan penurunan hasil tangkapan yang disebabkan oleh pencemaran air akibat kegiatan pembangunan hutan tanaman di sekitar yang membuat kanal dan membuang air rawa gambut ke Sungai Bukit Batu. Pada saat air laut pasang, kekeruhan air menyebar ke bagian hulu sungai sehingga menggganggu kehidupan ikan. Sebagian besar nelayan di Sungai Bukit Batu maupun di Sungai Siak Kecil menggunakan perahu bermotor untuk mengarungi sungai dan tasik. Penggunaan perahu dayung hanya terbatas untuk menangkap ikan di sekitar pondok. Pemilik