116 Berdasarkan penjelasan faktor-faktor eksternal tersebut, dapat disusun
Matriks Faktor Eksternal pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB, dengan cara pemberian bobot seperti yang dilakukan pada saat penilaian faktor
internal di atas Tabel 7.5.
Tabel 7.5 Matriks Faktor Eksternal pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer
GSKBB Faktor Eksternal
Bobot
a
Peringkat
b
Nilai
c
Akses dana internasional 0,137
3 0,526
Dukungan Program MAB UNESCO dan Komite Nasional MAB Indonesia
0,151 3
0,579 Program pengembangan pariwisata di
Sumatera oleh Pemerintah 0,110
3 0,421
Rencana pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH oleh KLHK
0,123 3
0,474 Skema IUPHHK-Restorasi Ekosistem di
lahan gambut 0,123
3 0,370
Kebijakan Perhutanan Sosial 0,096
3 0,288
Pengembangan ekonomi regional berbasis kelapa sawit
0,123 2
0,316 Pembangunan jalan di sekitar area inti
Cagar Biosfer GSKBB 0,137
2 0,351
Total 1,000
2,740
a
Bobot menunjukkan pengaruhsignifikansi relatif faktor tersebut bagi keberhasilan pencapaian fungsi cagar biosfer.
b
Peringkat rating mengindikasikan apakah kondisi faktor tersebut sangat lemah peringkat 1, lemah peringkat 2, kuat peringkat 3, dan sangat kuat peringkat 4 David 2009. Kriteria dalam
penentuan peringkat faktor eksternal dapat dilihat pada Lampiran 5.
c
Nilai merupakan hasil perkalian bobot dengan peringkat.
7.4 Pilihan Kebijakan untuk Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Cagar Biosfer GSKBB
Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal di atas Tabel 7.3 dan Tabel 7.5, posisi implementasi konsep Cagar Biosfer GSKBB masih berada pada
kondisi lingkungan internal yang lemah nilai 1,984, sementara itu kondisi lingkungan eksternal cukup kuat nilai 2,740. Menurut pendekatan Pearce dan
Robinson 1997, kondisi tersebut termasuk dalam Kuadran 3 sehingga direkomendasikan untuk melakukan perubahan kebijakan, termasuk strategi,
karena kebijakan saat ini sulit untuk menangkap peluang yang ada karena memiliki kelemahan secara internal.
Untuk merumuskan pilihan kebijakan yang perlu diterapkan dalam rangka perbaikan pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB dilakukan analisis
SWOT, dengan menganalisis faktor kekuatan strength, peluang opportunity, kelemahan weakness, dan ancaman threats Umar 2008. Pilihan kebijakan
yang perlu diterapkan dalam rangka perbaikan pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB dapat dilihat pada Tabel 7.6.
117 Tabel 7.6. Pilihan kebijakan untuk perbaikan pengelolaan sumber daya Cagar
Biosfer GSKBB
Faktor Internal
Faktor Eksternal Kekuatan
Strength
1. Luas area inti 2. Keragaman ekosistem
3. Objek dan daya tarik wisata
4. Dukungan stakeholders kunci
5. Kelembagaan lokal yang berkelanjutan
Kelemahan Weakness
1. Lembaga koordinasi dan integrasi program dan kegiatan
2. Ketersediaan SDM 3. Ketersediaan dana
4. Ketersediaan sarana dan prasarana
5. Partisipasi stakeholders 6. Aturan pengelolaan
7. Rejim penguasaan sumber daya alam
Peluang Opportunity
1. Akses dana internasional
2. Dukungan Program MAB UNESCO
dan Komite Nasional MAB
Indonesia
3. Program pengembangan
pariwisata di Sumatera oleh
Pemerintah
4. Rencana pembangunan KPH
oleh KLHK 5. Skema IUPHHK-
Restorasi Ekosistem di lahan
gambut 6. Kebijakan
Perhutanan Sosial
Strategi S-O
• Meningkatkan promosi dan
kerja sama pengembangan pariwisata di Cagar Biosfer
GSKBB S1, S2, S3 O2, O3.
• Mengembangkan Cagar
Biosfer GSKBB sebagai wahana pendidikan
lingkungan, penelitian, dan pengembangan ilmu
pengetahuan berbasis ekosistem hutan rawa
gambut dan rawa banjiran S1, S2 O1, O2.
• Pemberian hak kepada
masyarakat lokal untuk memanfaatkan sumber
daya rawa banjiran secara berkelanjutan, berbasis
wisata alam terbatas dan pemanfaatan ikan S3, S5
O3, O4.
Strategi W-O
• Perombakan dan penguatan Badan
Koordinasi untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar
stakeholders W1, W2, W3, W5 O1, O2.
• Melakukan penggalangan dana
untuk mendukung program konservasi keanekaragaman hayati
dan pembangunan berkelanjutan W1, W2, W3 O1, O2, O3.
• Memperkuat kapasitas BBKSDA
Riau untuk meningkatkan intensitas pengelolaan area inti
cagar biosfer W2, W3, W4, W6, W7 O2, O4.
• Membentuk KPH untuk
meningkatkan intensitas pengelolaan di tingkat tapak W2,
W3, W4, W5, W7 O2, O4. •
Memperjelas hak pengelolaan pada kawasan Hutan Produksi
yang tidak berijin melalui skema IUPHHK-Restorasi Ekosistem di
area inti dan HTR di zona penyangga W6, W7 O5, O6.
Ancaman Threat
1. Pengembangan ekonomi regional
berbasis kelapa sawit
2. Pembangunan jalan di sekitar area inti
Cagar Biosfer GSKBB
Strategi S-T
• Meningkatkan peran zona
penyangga untuk melindungi area inti dari
perambahan kawasan melalui Model Desa
Konservasi dan Biovillage S3, S4, S5 T1, T2.
• Pemulihan ekosistem di
kawasan yang rusak akibat perambahan dan kebakaran
S1, S2, S4, S5 T1, T2.
Strategi W-T
• Mengintegrasikan Cagar Biosfer
GSKBB ke dalam RTRW dan perencanaan pembangunan
wilayah W6, W7 T1, T2. •
Meningkatkan penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan illegal
penebangan liar dan perambahan kawasan dengan pendekatan
multidoors W5, W7 T1, T2.
• Meningkatkan penyuluhan kepada
masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan
W2, W5, W7 T1, T2
118
7.5 Kebijakan Prioritas untuk Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Cagar
Biosfer GSKBB
Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh 13 pilihan kebijakan untuk perbaikan pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB.
1. Perombakan dan penguatan Badan Koordinasi Pengelolaan Cagar Biosfer GSKBB untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar stakeholders.
2. Melakukan penggalangan dana untuk mendukung program konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.
3. Memperkuat kapasitas BBKSDA Riau untuk meningkatkan intensitas pengelolaan area inti cagar biosfer.
4. Membentuk KPH untuk meningkatkan intensitas pengelolaan di tingkat tapak.
5. Memperjelas hak pengelolaan pada kawasan Hutan Produksi yang tidak dibebani ijin pemanfaatan hasil hutan melalui skema IUPHHK-Restorasi
Ekosistem di area inti dan IUPHHK-Hutan Tanaman Rakyat di zona penyangga.
6. Meningkatkan promosi dan kerja sama pengembangan pariwisata di Cagar Biosfer GSKBB.
7. Mengembangkan Cagar Biosfer GSKBB sebagai wahana pendidikan lingkungan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan berbasis
ekosistem hutan rawa gambut dan rawa banjiran. 8. Pemberian hak kepada masyarakat lokal untuk memanfaatkan sumber daya
rawa banjiran secara berkelanjutan, berbasis wisata alam terbatas dan pemanfaatan ikan.
9. Meningkatkan peran zona penyangga untuk melindungi area inti dari perambahan kawasan melalui Model Desa Konservasi dan Biovillage.
10. Pemulihan ekosistem di kawasan yang rusak akibat perambahan dan kebakaran.
11. Mengintegrasikan Cagar Biosfer GSKBB ke dalam RTRW dan perencanaan pembangunan wilayah.
12. Meningkatkan penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan illegal penebangan liar dan perambahan kawasan dengan pendekatan multidoors.
13. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.
Sesuai hasil analisis faktor internal dan eksternal di atas Tabel 7.3 dan Tabel 7.5, posisi implementasi konsep Cagar Biosfer GSKBB masih berada
dalam kondisi lingkungan internal yang lemah, sementara itu kondisi lingkungan eksternal cukup kuat sehingga pembahasan berikutnya akan difokuskan pada
kebijakan 1-5 yang termasuk dalam Strategi W-O. Untuk menentukan prioritas dari lima pilihan kebijakan tersebut digunakan pendekatan Quantitative Strategic
Planning Matrix QSPM, yaitu alat untuk menilai berbagai pilihan kebijakan yang secara obyektif berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting internal dan
eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya David 2009. Secara konseptual tujuan dari QSPM adalah menetapkan kemenarikan relatif relative attractiveness
dari pilihan kebijakan yang beragam, untuk menentukan kebijakan mana yang dianggap paling baik untuk diterapkan Umar 2008. QSPM menggunakan