Faktor Internal Pengelolaan Sumber Daya Cagar Biosfer GSKBB

113 Tabel 7.2 Lanjutan Faktor Internal Kondisi Aktual Dukungan stakeholders kunci Komite Nasional MAB Indonesia, BBKSDA Riau, SMF, Bappeda Riau, dan Pemerintah Kabupaten Bengkalis telah mendukung operasional implementasi konsep Cagar Biosfer GSKBB, melalui berbagai program dan kegiatan di lapangan, meskipun sebagian besar masih bersifat bussiness as usual. Partisipasi stakeholders Stakeholders yang berpartisipasi aktif masih terbatas pada BBKSDA Riau, SMF, dan beberapa Organisasi Perangkat Daerah sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing, sementara stakeholders lainnya seperti akademisi, LSM, dan masyarakat berpartisipasi jika diajak kerja sama oleh pengelola kawasan dan pemerintah daerah. Tingkat partisipasi stakeholders dalam perencanaan dan implementasi konsep Cagar Biosfer GSKBB masih pada tingkat tokenism, mulai dari memberi informasi, konsultasi, dan plakasi. Aturan pengelolaan Pada level kontitusi, UU No. 5 tahun 1990 menyebutkan bahwa KSA dan kawasan tertentu lainnya dapat ditetapkan sebagai cagar biosfer dalam rangka kerja sama konservasi internasional. Pada level collective-choice, PP No. 28 tahun 2011 hanya menegaskan bahwa pemerintah dapat mengusulkan suatu KSA cagar alam dan suaka margasatwa atau KPA taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam kepada lembaga internasional yang berwenang untuk ditetapkan sebagai cagar biosfer, tetapi tidak mengatur bagaimana cara mengelola atau mengimplementasikan cagar biosfer. Ini berarti, secara operasional belum ada peraturan perundangan yang dibuat secara khusus terkait cagar biosfer. Akibatnya, pengelolaan cagar biosfer masih fokus pada penyelenggaraan KSA sebagai area inti cagar biosfer dengan menggunakan aturan yang berlaku. Buku Pedoman Pengelolaan Cagar Biosfer di Indonesia yang diterbitkan oleh Komite Nasional MAB Indonesia Soedjito 2004 belum menjadi inspirasi dan dasar kebijakan pemerintah yang mengikat untuk diimplementasikan di lapangan. Rejim penguasaan sumber daya alam Area inti dan sebagian besar zona penyangga merupakan state property sebagai kawasan hutan, sedangkan sebagian besar area transisi merupakan private property. Area inti yang merupakan kawasan suaka margasatwa dikelola oleh BBKSDA Riau, sedangkan sebagian area inti yang merupakan kawasan HP bersama-sama dengan zona penyangga yang merupakan areal konsesi hutan tanaman dikelola oleh SMF dan mitranya. Terdapat area inti dan sebagian zona penyangga yang merupakan kawasan HP bekas areal konsesi IUPHHK-HA yang belum ada unit pengelolanya KPH sehingga terjadi open acces. Kelembagaan lokal yang berkelanjutan Masyarakat lokal sudah mengembangkan kelembagaan lokal dalam memanfaatkan sumber daya perairan di area inti, namun kelembagaan ini belum selaras dengan aturan pengelolaan kawasan suaka margasatwa. Berdasarkan penjelasan syarat yang diperlukan dan kondisi aktual masing- masing faktor internal tersebut di atas, dapat disusun Matriks Faktor Internal pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB Tabel 7.3. Bobot menunjukkan pengaruhsignifikansi relatif faktor tersebut bagi keberhasilan pencapaian fungsi Cagar Biosfer GSKBB. Bobot masing-masing faktor dinilai berdasarkan hasil Focus Group Discussion yang melibatkan pakar. Pada tahap awal, masing-masing 114 faktor diberi bobot aktual dengan interval: 1 sangat lemah, 2 lemah, 3 kuat, dan 4 sangat kuat. Selanjutnya, bobot aktual masing-masing faktor tersebut dinilai secara relatif terhadap total bobot seluruh faktor. Tabel 7.3 Matriks Faktor Internal pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB Faktor Internal Bobot a Peringkat b Nilai c Luas area inti cagar biosfer 0,082 3 0,246 Keanekaragaman ekosistem 0,071 3 0,213 Objek dan daya tarik wisata 0,055 3 0,164 Eksistensi lembaga yang mengkoordinasikan program dan kegiatan di cagar biosfer 0,093 1 0,093 Ketersediaan SDM 0,087 1 0,087 Ketersediaan dana 0,137 1 0,137 Ketersediaan sarana dan prasarana 0,066 1 0,066 Partisipasi stakeholders 0,093 2 0,186 Dukungan stakeholders kunci 0,082 3 0,246 Aturan pengelolaan 0,098 2 0,197 Rejim penguasaan sumber daya alam 0,060 2 0,120 Kelembagaan lokal yang berkelanjutan 0,077 3 0,230 Total 1,000 1,984 a Bobot menunjukkan pengaruhsignifikansi relatif faktor tersebut bagi keberhasilan pencapaian fungsi cagar biosfer. b Peringkat rating mengindikasikan apakah kondisi faktor tersebut sangat lemah peringkat 1, lemah peringkat 2, kuat peringkat 3, dan sangat kuat peringkat 4 David 2009. Kriteria dalam penentuan peringkat faktor internal dapat dilihat pada Lampiran 4. c Nilai merupakan hasil perkalian bobot dengan peringkat. Berdasarkan Matriks Faktor Internal pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB, total nilai faktor internal adalah 1,984. Menurut David 2009, nilai atau skor bobot total di bawah 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa, pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB masih memiliki kelemahan secara internal.

7.3 Faktor Eksternal Pengelolaan Sumber Daya Cagar Biosfer GSKBB

Analisis lingkungan eksternal menekankan pada identifikasi dan evaluasi trend serta kejadian yang berada di luar kendali organisasi David 2009. Tujuan analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengidentifikasi daftar peluang opportunity yang dapat menguntungkan Cagar Biosfer GSKBB dan ancaman threat yang harus dihindari. Berdasarkan hasil identifikasi, ada 7 faktor eksternal dari pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB yang perlu diperhatikan Tabel 7.4. 115 Tabel 7.4 Faktor eksternal pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB Faktor Eksternal Keterangan Akses dana internasional Deklarasi oleh UNESCO akan meningkatkan kesempatan ke akses dana internasional untuk mendukung program konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan di Cagar Biosfer GSKBB. Dukungan Program MAB UNESCO dan Komite Nasional MAB Indonesia Salah satu misi Strategi Program MAB 2015-2025 adalah membantu negara anggota dan stakeholders untuk segera memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan melalui pengalaman dari Jaringan Dunia Cagar Biosfer. Rencana Aksi Lima 2016-2026 oleh MAB UNESCO menekankan pada berkembangnya kehidupan manusia yang harmonis dengan biosfer untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dan implementasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030. Komite Nasional MAB dapat menfasilitasi akses terhadap fasilitas pemerintah dan komunikasi dengan organisasi internasional. Program pengembangan pariwisata di Sumatera oleh Pemerintah Cagar Biosfer GSKBB dapat menjadi destinasi wisata yang terkoneksi dengan Danau Toba yang dikembangkan menjadi destinasi wisata andalan Sumatera dan Bukit Tinggi, dan dekat dengan Kota Dumai dan Batam sebagai pelabuhan internasional. Rencana pembangunan KPH oleh KLHK Pada periode 2015-2019, KLHK merencanakan membangun 267 KPHP di seluruh Indonesia, sementara itu KPHP di Kabupaten Bengkalis belum dibentuk padahal terdapat kawasan Hutan Produksi yang tidak dibebani perijinan, baik di zona penyangga maupun area inti. Kebijakan perhutanan sosial Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2015 - 2019, KLHK mengalokasikan kawasan hutan seluas 12,7 juta ha untuk Perhutanan Sosial dalam bentuk: Hutan Desa HD, Hutan Kemasyarakatan HKm, Hutan Tanaman Rakyat HTR, dan Kemitraan Kehutanan, serta pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat. Pengembangan ekonomi regional berbasis kelapa sawit Sesuai PP No. 32 tahun 2011 tentang Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI 2011-2025, pemerintah merencanakan program hilirisasi industri kelapa sawit melalui pembangunan Klaster Industri Kelapa Sawit KIKS, salah satunya di Dumai, Provinsi Riau. Hal ini akan mendorong pengusaha dan petani untuk membangun dan memperluas kebun kelapa sawit sehingga akan mengancam zona penyangga dan area inti Cagar Biosfer GSKBB yang dekat dengan Kota Dumai. Pembangunan jalan di sekitar area inti Cagar Biosfer GSKBB Rencana pemerintah Kabupaten Bengkalis untuk membangun jalan koridor Bukit Batu – Duri dan jalan lingkar ring road kota Duri yang mendekati area inti Cagar Biosfer GSKBB akan meningkatkan laju migrasi masuk penduduk yang pada umumnya merupakan pencari lahan sehingga akan diikuti dengan perambahan kawasan di zona penyangga dan area inti. 116 Berdasarkan penjelasan faktor-faktor eksternal tersebut, dapat disusun Matriks Faktor Eksternal pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB, dengan cara pemberian bobot seperti yang dilakukan pada saat penilaian faktor internal di atas Tabel 7.5. Tabel 7.5 Matriks Faktor Eksternal pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB Faktor Eksternal Bobot a Peringkat b Nilai c Akses dana internasional 0,137 3 0,526 Dukungan Program MAB UNESCO dan Komite Nasional MAB Indonesia 0,151 3 0,579 Program pengembangan pariwisata di Sumatera oleh Pemerintah 0,110 3 0,421 Rencana pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH oleh KLHK 0,123 3 0,474 Skema IUPHHK-Restorasi Ekosistem di lahan gambut 0,123 3 0,370 Kebijakan Perhutanan Sosial 0,096 3 0,288 Pengembangan ekonomi regional berbasis kelapa sawit 0,123 2 0,316 Pembangunan jalan di sekitar area inti Cagar Biosfer GSKBB 0,137 2 0,351 Total 1,000 2,740 a Bobot menunjukkan pengaruhsignifikansi relatif faktor tersebut bagi keberhasilan pencapaian fungsi cagar biosfer. b Peringkat rating mengindikasikan apakah kondisi faktor tersebut sangat lemah peringkat 1, lemah peringkat 2, kuat peringkat 3, dan sangat kuat peringkat 4 David 2009. Kriteria dalam penentuan peringkat faktor eksternal dapat dilihat pada Lampiran 5. c Nilai merupakan hasil perkalian bobot dengan peringkat.

7.4 Pilihan Kebijakan untuk Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Cagar Biosfer GSKBB

Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal di atas Tabel 7.3 dan Tabel 7.5, posisi implementasi konsep Cagar Biosfer GSKBB masih berada pada kondisi lingkungan internal yang lemah nilai 1,984, sementara itu kondisi lingkungan eksternal cukup kuat nilai 2,740. Menurut pendekatan Pearce dan Robinson 1997, kondisi tersebut termasuk dalam Kuadran 3 sehingga direkomendasikan untuk melakukan perubahan kebijakan, termasuk strategi, karena kebijakan saat ini sulit untuk menangkap peluang yang ada karena memiliki kelemahan secara internal. Untuk merumuskan pilihan kebijakan yang perlu diterapkan dalam rangka perbaikan pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB dilakukan analisis SWOT, dengan menganalisis faktor kekuatan strength, peluang opportunity, kelemahan weakness, dan ancaman threats Umar 2008. Pilihan kebijakan yang perlu diterapkan dalam rangka perbaikan pengelolaan sumber daya Cagar Biosfer GSKBB dapat dilihat pada Tabel 7.6.