Pengukuran Berat Badan Tikus dan Konsumsi Ransum

3. Pengukuran Berat Badan Tikus dan Konsumsi Ransum

Berat badan tikus dan ransum yang dikonsumsi selama waktu penelitian perlu diamati untuk melihat perkembangan kesehatan tikus tersebut. Diketahui bahwa umumnya gejala klinis pada penderita diabetes melitus adalah banyak minum polidipsia, sering makan poliphagia, sering mengeluarkan urin poliurea disertai penurunan berat badan PERKENI, 2002. Berat badan tikus ditimbang dua hari sekali dan jumlah ransum yang dikonsumsi ditimbang setiap hari selama 28 hari pengamatan. Data pengamatan berat badan tikus dan jumlah ransum yang dikonsumsi disajikan pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. Berdasarkan data dari Lampiran 14 dan Lampiran 15, dapat dibuat suatu rangkuman seperti yang disajikan pada Tabel 19. Berdasarkan data dari Tabel 19, terlihat bahwa perubahan berat badan yang paling besar dicapai oleh kelompok kontrol negatif yaitu 55 gram, walaupun jumlah konsumsi ransumnya tidak merupakan yang terbanyak. Hal ini diduga karena tikus kelompok negatif tersebut adalah kelompok tikus sehat atau tidak sakit diabetes, maka ransum yang dimakan walaupun tidak merupakan yang terbanyak namun dapat memberikan efek yang positif dalam pertambahan berat badannya. Tabel 19 Perubahan berat badan tikus dan total konsumsi ransum selama pengamatan Berat Badan Tikus g Kelompok Awal Akhir Perubahan Berat Badan Tikus g Rata-Rata Perubahan Berat Badan Tikus Total Konsumsi Ransum g K + Kontrol Positif 157,2 190,8 33,6 1,41 435,27 K – Kontrol Negatif 162,6 217,6 55,0 2,11 395,04 VA VCO A 185,8 210,8 25,0 0,91 412,48 VB VCO B 183,4 222,0 38,6 1,38 420,49 MG Minyak Goreng 168,4 176,8 8,4 0,37 384,87 Total konsumsi ransum terbanyak berdasarkan data pada Tabel 19 dicapai oleh kelompok tikus kontrol positif yaitu sebanyak 435,27 gram. Namun jumlah konsumsi ransum tersebut tidak berbading lurus dengan bertambahnya berat badan. Perubahan berat badan tikus kelompok positif tidak merupakan yang terbesar. Hal ini terjadi karena tikus kelompok positif yang menderita diabetes melitus mempunyai gejala klinis banyak makan, namun demikian berat badannya tidak cepat bertambah. Untuk mendapatkan energi penderita diabetes melitus, tubuhnya tidak dapat memanfaatkan glukosa yang tersedia, sehingga sebagai sumber tenaganya memanfaatkan glikogen atau lemak yang ada dalam tubuhnya, sehingga tubuhnya tidak bisa gemuk. Perlakuan cekok VCO maupun minyak goreng berdasarkan data pada Tabel 19, tidak memberikan efek pertambahan berat badan tikus yang paling besar dibanding perlakuan lainnya. Demikian juga dibanding kelompok kontrol positif dan negatif kelompok tikus perlakuan VCO A dan VCO B mempunyai rata-rata persen perubahan berat badan yang rendah yaitu 0,91 dan 1,38 . Hal ini disebabkan seperti yang dijelaskan oleh Rethinam dan Bosco 2006, bahwa minyak kelapa mempunyai koefisien nilai cerna yang tinggi yaitu 99,3 dan berat molekul yang kecil sehingga dapat dengan cepat dicerna dan diserap mukosa usus dan mencapai hati. Oleh karena itu asam-asam lemak dari minyak kelapa tidak disimpan di tubuh dalam bentuk lemak, sehingga tidak menggemukan atau menambah berat badan. Tikus kelompok perlakuan kontrol negatif, berdasarkan Tabel 19 mempunyai nilai rata-rata persen perubahan berat badan paling tinggi yaitu 2,11 . Hal ini terjadi karena tikus kelompok negatif atau tikus sehat, dengan konsumsi ransum standar yang diformulasi cukup bergizi seimbang dapat meningkatkan berat badannya relatif lebih besar dibanding kelompok lain. Untuk analisis statistik data perkembangan berat badan, maka data mentah berat badan seperti yang tertuang pada Lampiran 14 karena data awalnya tidak seragam, harus dikonversi menjadi data perubahan berat badan seperti pada Lampiran 16 dan kemudian dibuat data persen perubahan berat badan seperti yang disajikan pada Lampiran 17. Berdasarkan data persen perubahan berat badan tersebut, maka dapat dianalisis variansinya seperti disajikan pada Lampiran 18. Berdasarkan analisis varian seperti terlihat pada data Lampiran 18, terlihat bahwa perbedaan proses pembuatan VCO ataupun minyak goreng tidak berpengaruh nyata pada taraf 5 terhadap persen perubahan berat badan tikus percobaan selama pengamatan.

4. Pengukuran Persen Perubahan Kadar Glukosa Darah