Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Alat Rancangan Penelitian

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian dan SEAFAST Center, Institut Pertanian Bogor dan di Balai Besar Industri Agro BBIA Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Departemen Perindustrian Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai Oktober 2007.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari VCO, minyak goreng, tikus putih, ransum, dan bahan-bahan kimia. VCO terdiri dari dua macam yaitu VCO proses tanpa panas yang dibeli dari pengusaha VCO di Kedung Badak, Bogor, dan VCO proses panas terkendali yang dibuat penulis sendiri di BBIA. Sementara itu minyak goreng kelapa merk X yang digunakan dibeli dari Giant Supermarket Bogor. Tikus putih Sprague Dawley jantan dengan berat tubuh 150 - 250 gram, dibeli dari peternak tikus “Langit Biru” Taman Kencana, Bogor. Bahan- bahan pembuat ransum dibeli dari Giant Supermarket, dan Grand Supermarket Bogor, serta Toko Kimia “Setia Guna” Bogor. Bahan kimia Aloksan untuk perlakuan dibeli indent dari Singapur via suplaier bahan kimia di Bogor dan bahan kimia untuk analisis dari BBIA.

C. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari peralatan analisis mutu VCO dan minyak goreng, peralatan uji kadar glukosa darah tikus dan peralatan analisa kolesterol serum darah tikus

D. Metode

Semua tikus putih jantan jenis Sprague Dawley 150-250 g sebelum penelitian dimulai, dilakukan adaptasi terlebih dahulu selama 6 hari dengan tujuan untuk membiasakan tikus dengan lingkungan penelitian. Selain itu, pada masa adaptasi dilakukan pengamatan terhadap kondisi kesehatan tikus hingga layak digunakan untuk penelitian. Ransum yang diberikan selama masa adaptasi merupakan ransum basal. Ransum basal dan air diberikan secara ad libitum, yang berarti tikus-tikus tersebut diberi keleluasaan makan dan minum kapan saja dengan jumlah yang tidak terbatas. Setelah masa adaptasi, tikus-tikus tersebut dapat digunakan sebagai tikus percobaan. Dalam pelaksanaan penelitian tikus-tikus diabetes dicekok VCO dari dua metode proses yang berbeda dan minyak goreng kelapa. Dosis cekok VCO A atau VCO B atau minyak goreng kelapa yaitu 0,81 ml per hari untuk BB tikus 200 gram. Dosis tersebut didapat dari faktor konversi 0,018 dari asumsi berat manusia 70 kg kepada tikus 200 gram Harmita dan Maksum, 2005 dengan dosis VCO untuk manusia sehari 3 kali 1 sendok makan setara total 45 ml per hari. Sementara itu dosis cekok air yang diberikan kepada tikus kelompok kontrol positif dan negatif adalah 1 ml, tidak tergantung dengan berapa berat badan tikus.

1. Penelitian Pendahuluan a. Pembuatan VCO dan Minyak Goreng Kelapa

VCO yang digunakan dalam penelitian yaitu untuk VCO A dan VCO B. VCO A dibuat dengan cara pemecahan santan dengan blender dan dilanjutkan dengan sentrifusi. VCO A mewakili pembuatan VCO tanpa panas. VCO B dibuat dengan teknologi pengepresan semi basah mewakili pembuatan VCO dengan panas terkendali. Selain VCO digunakan juga minyak goreng kelapa, dengan maksud untuk mewakili minyak kelapa yang diproses dengan panas tinggi dan penambahan bahan kimia. Berdasarkan pengamatan langsung di unit pengolah VCO di lapangan, diagram alir proses pembuatan VCO A dijelaskan pada Gambar 2. Sementara itu, diagram alir proses VCO B metode pengepresan semi basah Intermediate Moisture Content – IMC dapat dilihat pada Gambar 3. Daging buah kelapa 600 butir kelapa Kelapa parut Santan encer Santan pekat ¾ bagian dari santan encer Pemarutan Mesin parut, elektro motor 1PK Penyantanan Mesin santan, elektro motor 1PK Pemisahan santan dari air dengan cara membuang bagian air melaui kran atau disedot dengan selang Pengupasan kulit ari menggunakan pisau Didinginkan di kulkas suhu ± 15 o C, 1 jam Santan hasil blender Sentrifusi 5000-6000 rpm, 10-15 menit Penghancuran santan dengan blender 1400 rpm, 10-15 menit Minyak, padatan dan air Pemisahan minyak dari air dan bagian padatan disedot dengan selang Minyak Vacuum Filter Pompa Vacuum 2 Hp, 30 L10 menit VCO 50 liter Gambar 2 Diagram alir metode proses pembuatan VCO A VCO tanpa panas, Pengamatan langsung di lokasi IKM VCO Kedung Badak Bogor. Vacuum Evaporator p: -75 cmHg, tanpa panas, diaduk 3 jam Gambar 3 Diagram alir proses pembuatan VCO B metode pengepresan semi basah Tillekeratne et al., 1998, dimodifikasi. Sementara itu minyak goreng kelapa yang ada di pasaran dibuat di suatu pabrik yang sudah komersil. Berdasarkan pengamatan dan kunjungan peneliti ke pabriknya, minyak goreng kelapa biasanya dibuat melalui pengepresan kopra dan kemudian minyak kasar yang didapat dikirim ke pabrik pemurnian. Pada proses pemurnian tersebut minyak kasar crude coconut oil-CCO mengalami refining, bleaching, deodorizing secara kimiawi dan penggunaan panas tinggi. Daging kelapa segar 600 butir kelapa Kulit ari Pengupasan kulit ari Paring Minyak kelapa Pengeringan Pengepresan Daging kelapa tanpa kulit ari Pemarutan Mesin parut, elektro motor 1PK Kelapa parut Pengeringan suhu 60-70 o C dan Tes tingkat kekeringan “squeeze test” Kelapa parut kering siap pres Pengepresan p:525 psig Minyak kelapa Ampas Kelapa Kelapa parut kering berlemak rendah Pengeringan Minyak murni kelapa VCO 50 – 60 L Pencucian dicampur dengan air 1 : ½ suhu ± 40 o C, diikuti dekantasi dan pemisahan 3-4 kali Vacuum Evaporator p: -75 cmHg, 40 o C, diaduk 2 jam Penambahan arang aktif ½ , diikuti filter press

b. Analisis Fisikokimia dan Mikrobiologis VCO dan Minyak Goreng Kelapa

Analisis yang dilakukan difokuskan terhadap analisis asam- asam lemak, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan kadar air VCO dan minyak goreng kelapa. Analisis VCO dilakukan mengacu kepada Rancangan SNI 3 VCO BSN, 2006 dan Analisis minyak goreng mengacu ke SNI 01-3741-2002 BSN, 2002 tentang minyak goreng.

c. Uji Kesukaan Hedonic Test VCO

Suatu bahan pangan yang mempunyai pengaruh kesehatan terhadap konsumennya akan lebih baik apabila sensoriknya juga disukai konsumen. Untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen akan suatu bahan pangan dalam hal ini terhadap VCO, dilakukan uji kesukaan hedonic test Lawless, 1998. Untuk keperluan uji kesukaan ini formulir uji kesukaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Penelitian Utama a. Perlakuan untuk Memperoleh Tikus Diabetes

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat tikus menderita diabetes melitus dengan cara diinduksi aloksan yang dapat memberikan kondisi hiperglikemik diabetik pada tikus percobaan. Tahapan kegiatan induksi aloksan untuk membuat tikus menderita diabetes dapat dilihat pada Gambar 4. Tikus percobaan diinduksi aloksan secara intraperitoneal dengan dosis 110 mg per kg berat badan tikus Tikus percobaan dipuasakan selama 1 malam Tikus percobaan diadaptasikan selama 6 hari Setelah 2 hari diberi aloksan, tikus percobaan diukur kadar glukosa darahnya dengan menggunakan glukometer Tikus percobaan dengan peningkatan kadar glukosa darah 200 mgdL menandakan menderita diabetes mellitus Gambar 4 Tahapan induksi aloksan untuk memperoleh tikus diabetes.

b. Pembuatan Ramsun Basal dan Ransum Perlakuan

Pembuatan ransum basal tikus mengikuti metode AOAC 1995. Pemberian ransum dilakukan setiap hari sebanyak 20 gram ekor dengan perhitungan komposisi ransum basalr sebagai berikut : Kasein a = Lemak b = 8 - Mineral c = 5 - Air d = 5 - Serat e = 1 - Vitamin f = 1 Pati = 100 – a + b + c + d + e + f Untuk pemberian ransum perlakuan kepada tikus percobaan yaitu dengan diberikan ransum basal kemudian diberikan juga VCO atau minyak goreng kelapa. Pemberian VCO atau minyak goreng kelapa dilakukan dengan cara dicekok. VCO yang diberikan terdiri dari dua macam yaitu VCO yang dibuat dengan metode penghancuran santan dengan blender dan diikuti dengan sentrifusi mewakili VCO dengan proses tanpa panas dan VCO yang dibuat dengan metode IMC mewakili VCO dengan proses panas terkendali. Sementara itu minyak goreng kelapa mewakili minyak kelapa yang diproses dengan panas tinggi dan dimurnikan secara kimiawi. Ransum menggunakan sumber protein dari kasein, dan sumber lemak dari minyak jagung corn oil. Sementara itu mineral yang digunakan adalah mineral mix yang terdiri dari KI 0,79 g, NaCl 139,30 g, KH 2 PO 4 389,00 g, MgSo 4 anhidrat 53,70 g, CaCO 3 381,40 g, FeSO 4 1,6 x 100 Kadar N sampel a x Kadar Abu Sampel 100 a x Kadar Air Sampel 100 a x Kadar Serat Sampel 100 a x Kadar Lemak Sampel 100 7H 2 O 27,00 g, MnSO 4 2H 2 O 4,01 g, ZnSO 4 7H 2 O 0,55 g, CuSO 4 5H 2 O 0,48 g, dan CoCl 2 6H 2 O 0,02 g Muchtadi, 1989. Air yang digunakan adalah air minum dalam kemasan galon AMDK, dengan sumber serat yaitu selulosa. Vitamin yang digunakan adalah vitcom yang terdiri dari beberapa jenis vitamin, yaitu vitamin A, Vitamin B 1, Vitamin B 2 , Vitamin B 6 , Vitamin B 12 , Vitamin C, Vitamin D 3 , nikotinamidum, kalsium pantotenat, dan vitamin E. Sedangkan jenis pati yang digunakan adalah pati jagung corn starch. Setelah semua tikus dipelihara selama 6 hari untuk diadaptasikan kemudian masing-masing tikus yang akan digunakan dalam penelitian ditimbang dan dicatat berat badannya. Dipilih sebanyak 25 ekor tikus dan dibagi dalam lima kelompok yaitu : 1. Kelompok K - atau kontrol negatif, tikus pada kelompok ini tidak disuntik dengan alloxan tapi hanya diberi ransum basal Tidak DM, tanpa VCO ataupun minyak goreng kelapa, sebagai penggantinya dicekok air. Kode K-1, K-2, K-3, K-4, dan K-5. 2. Kelompok K + atau kontrol positif, tikus pada kelompok ini disuntik dengan alloxan dan diberi ransum basal DM, tanpa VCO ataupun minyak goreng kelapa, sebagai penggantinya dicekok air. K+1, K+2, K+3, K+4, dan K+5. 3. Kelompok VCO A, tikus pada kelompok ini disuntik dengan alloxan dan diberi ransum perlakuan DM + VCO A. Kode VA1, VA2, VA3, VA4, dan VA5. 4. Kelompok VCO B, tikus pada kelompok ini disuntik dengan alloxan dan diberi ransum perlakuan DM + VCO B. Kode VB1, VB2, VB3, VB4, dan VB5. 5. Kelompok minyak goreng kelapa, tikus pada kelompok ini disuntik dengan alloxan dan diberi ransum perlakuan DM + minyak goreng kelapa. Kode MG1, MG2, MG3, MG4, dan MG5. Seluruh tikus percobaan dalam setiap kelompoknya diberi perlakuan selama 28 hari. Selama perlakuan berlangsung dilakukan pengukuran kadar glukosa darah 4 hari sekali, pengukuran berat badan 2 hari sekali, dan pengukuran konsumsi ransum setiap hari.

c. Pengukuran Jumlah Konsumsi Ransum

Pengukuran jumlah konsumsi ransum dilakukan setiap hari selama 28 hari. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah ransum yang dikonsumsi setiap hari oleh tiap ekor tikus percobaan. Konsumsi ransum dapat ditentukan dengan mengumpulkan dan menimbang ransum sisa. Ransum sisa yang dikumpulkan diayak terlebih dahulu untuk memisahkan sekam yang tercampur dalam ransum. Setelah diayak, sisa ransum ditimbang dengan timbangan dan dinyatakan dalam satuan gram. Jumlah konsumsi ransum dihitung dengan mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum yang telah ditimbang.

d. Pengukuran Berat Badan Tikus

Pengukuran berat badan tikus percobaan dilakukan setiap 2 hari sekali selama 28 hari. Pengukuran dilakukan dengan tujuan untuk memonitor tingkat pertambahan maupun penurunan berat badan tikus percobaan tersebut. Pengukuran berat badan tikus dilakukan dengan menggunakan timbangan dan dinyatakan dalam satuan gram.

e. Pengukuran Persen Perubahan Kadar Glukosa Darah

Pengukuran persen perubahan kadar glukosa darah pada tikus percobaan dilakukan setiap 4 hari sekali selama 28 hari. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan glukometer. Cara pengukuran dilakukan pada bagian ekor tikus pada masing-masing kelompok perlakuan. Ekor tikus dibersihkan terlebih dahulu, lalu bagian ujung ekor yang mau ditusuk jarum dibasahi alkohol terlebih dahulu, kemudian ditusuk dengan menggunakan jarum. Darah yang diperoleh diteteskan di atas strip glukometer. Kadar glukosa darah akan terukur pada alat setelah 10 detik dan dinyatakan dalam satuan mgdl.

f. Analisis Kolesterol Serum Darah

Untuk melihat pengaruh perlakuan pemberian VCO atau minyak goreng terhadap kadar kolesterol darah, maka kepada semua tikus percobaan dilakukan analisis kadar kolesterol darahnya. Analisis dilakukan satu hari setelah hari terakhir perlakuan yaitu hari ke-29.

E. Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan untuk penelitian ini adalah rancangan acak lengkap. Menurut Torrie et al 1991 rancangan acak lengkap sangat luwes dalam arti bahwa banyaknya perlakuan dan ulangan hanya dibatasi oleh banyaknya satuan percobaan yang tersedia. Pengamatan dapat diuraikan menjadi jumlah dua komponen, yaitu nilai tengah dan komponen acak dan selanjutnya nilai tengah tersebut merupakan jumlah beberapa komponen. Asumsi dasar dalam analisis ragam adalah bahwa komponen acak bersifat bebas satu dengan yang lainnya dan menyebar normal di sekitar nilai tengah nol dan ragam yang sama. Nilai percobaan itu dapat diterangkan oleh model linier aditif. Penelitian dilakukan terhadap 25 ekor tikus yang dibagi ke dalam lima kelompok. Model linier untuk penelitian ini adalah : Yij = μ + πi + εij Keterangan : Yij = Nilai parameter pengamatan dari perlakuan ke-i pengamatan ke-j μ = Nilai tengah umum rata-rata sebenarnya πi = Pengaruh perlakuan ke -i εij = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i pengamatan ke-j Apabila pengaruh perlakuan itu nyata, diteruskan dengan uji lanjut LSD Least Significance Difference atau Duncan pada taraf nyata 5 atau 1 . Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program Software SPSS 13 Ariyanto, 2005.

F. Metode Analisis - Cara uji minyak kelapa virgin VCO BSN, 2006