8. Metode Pengukuran Kolesterol
Metode analisis kadar kolesterol serum darah tikus dilakukan dengan mengambil darah tikus dari bagian jantung sebanyak
± 3 cc dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse. Kemudian darah disentrifuse
dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit hingga terjadi pemisahan serum dengan plasmanya. Bagian atas bagian yang berwarna bening
diambil sebagian serumnya dan disimpan dalam tabung Effendorf dan ditutup rapat.
Serum yang disimpan dalam tabung Effendorf kemudian dianalisis kadar kolesterol total, kadar trigliserida, kadar HDL High
Density Lipoprotein , dan kadar LDL Low Density Lipoprotein dengan
metode sebagai berikut :
1. Kadar Kolesterol Total
Sampel : Serum tidak hemolisis Volume : 20
μ L Metode : Spektrofotometri
Panjang gelombang 546 nm Suhu : 25 – 30
C
2. Kadar Trigliserida
Sampel : Serum tidak hemolisis Volume : 20
μ L Metode : Spektrofotometri
Panjang gelombang 546 nm Suhu : 25 – 30
C
3. Kadar HDL High Density Lipoprotein
Sampel : Serum tidak hemolisis Volume : 100
μ L Metode : Precipitat
Panjang gelombang 546 nm Suhu : 30
C
4. Kadar LDL Low Density Lipoprotein
Sampel : Serum tidak hemolisis Volume : 50
μ L Metode : Direct Precipitat
Panjang gelombang 546 nm Suhu : 30
C
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan
1. Pembuatan VCO dan Minyak Goreng Kelapa
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab metode penelitian bahwa, bahan untuk perlakuan yang digunakan dalam penelitian adalah minyak
kelapa murni atau VCO dan minyak goreng kelapa. Seperti juga diuraikan dalam maksud penelitian, bahwa penelitian ini dilakukan
untuk melihat pengaruh perbedaan metode proses dalam pembuatan minyak kelapa murni terhadap aktifitas komponen bioaktifnya dalam
menurunkan kadar glukosa darah tikus penderita diabetes. Untuk hal tersebut, maka bahan yang digunakan adalah minyak murni yang
diproses tanpa panas VCO A dan yang diproses dengan panas terkendali VCO B serta minyak goreng kelapa yang diproses dengan
menggunakan suhu tinggi dan penggunaan bahan kimiawi MG. Untuk pengadaan bahan-bahan tersebut, VCO A didapatkan dari
industri kecil VCO di Kedung Badak Bogor, VCO B dibuat sendiri di Balai Besar Industri Agro Bogor, dan MG didapatkan dari Giant
Supermarket Bogor. Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa VCO
A dibuat dengan melalui proses penyantanan dan selanjutnya dengan tanpa menggunakan panas dari keseluruhan prosesnya didapat produk
VCO seperti terlihat pada Gambar 2 metode penelitian. VCO B dibuat sendiri, tanpa melalui tahap pembuatan santan, namun melalui daging
kelapa parut segar yang langsung dikeringkan dengan suhu terkendali yaitu 60
C dan seterusnya didapat VCO seperti terlihat pada Gambar 3 metode penelitian. Sedangkan minyak goreng yang digunakan dalam
penelitian adalah minyak goreng kelapa merk terkenal yang sudah populer di masyarakat. Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa
pembuatan minyak goreng kelapa dilakukan melalui proses pengepresan kopra dan kemudian minyak kasar yang didapat dimurnikan di pabrik
pemurnian khusus yang menggunakan panas tinggi dan bahan kimia.