oleh insulin. Insulin akan berikatan dengan reseptor insulin dan meningkatkan permeabilitas sel terhadap glukosa, asam amino, ion kalsium, nukleosida, dan
fosfat anorganik pada jaringan otot dan lemak, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan disimpan oleh tubuh. Di dalam otot, glukosa akan diubah
menjadi glikogen, sedangkan pada jaringan lemak glukosa akan diubah menjadi trigliserida dan asam lemak. Penggunaan dan penyimpanan glukosa
dalam otot dan jaringan lemak menyebabkan penurunan kadar glukosa dalam darah.
Kadar glukosa darah yang rendah akan merangsang pembentukan glukagon, adrenalin dari kelenjar adrenal, dan hormon pertumbuhan dari
hipofise anterior yang akan merangsang proses glikogenolisis di hati. Kadar glukosa yang rendah juga merangsang terbentuknya glukokortikoid dari
kelenjar adrenal yang merangsang proses glukoneogenesis di hati. Proses- proses tersebut akan menghasilkan glukosa dan meningkatkan kadar glukosa
darah kembali normal.
H. Glukosa Darah
Kadar glukosa darah adalah besarnya jumlah glukosa yang terdapat dalam darah. Pada keadaan normal, kadar glukosa darah meningkat setelah
makan dan tetap bertahan dalam waktu yang singkat Henriksen dan Bech- Nielsen, 2000. Kadar glukosa darah normal yaitu dibawah 200 mgdl
Subekti, 1995. Pada penderita diabetes, glukosa yang terdapat dalam darah terlalu banyak. Menurut ADA 2004, dalam keadaan puasa kadar glukosa
darah normal yaitu 100 mgdl, dan yang menderita diabetes 126 mgdl. Sementara itu 2 jam setelah makan, maka kadar glukosa darah normal adalah
140 mgdl dan yang menderita diabetes 180 mgdl. Hati berfungsi sebagai suatu sistem penyangga glukosa darah yang
sangat penting. Setelah makan, maka kadar glukosa darah meningkat sampai konsentrasi yang tinggi sekali dengan disertai peningkatan sekresi insulin.
Sebanyak dua pertiga dari glukosa yang diserap oleh usus akan disimpan ke dalam hati dalam bentuk glikogen. Selama beberapa jam berikutnya, bila
konsentrasi glukosa darah dan kecepatan sekresi insulin berkurang, maka hati
akan melepaskan glukosa kembali ke dalam darah. Dengan cara ini, hati mengurangi perubahan konsentrasi glukosa darah sampai kira-kira tiga kali
lipat Guyton, 1993. Mekanisme peningkatan glukosa darah diatur oleh hormon glukagon dari sel alpha, hormon dari hipofise anterior, epineprin dari
medulla adrenal, serta glukokortikoid dari korteks adrenal McDonald, 1980. Konsentrasi glukosa dalam darah harus dijaga agar konstan, oleh
karena itu, harus diusahakan agar konsentrasi glukosa dalam tubuh tidak terlalu rendah hipoglikemia. Bila keadaan ini terjadi, kita akan merasa
gugup, pusing, lemas, dan lapar. Akan tetapi, konsentrasi glukosa darah juga harus dijaga agar tidak meningkat terlalu tinggi, hal ini dikarenakan : 1
glukosa sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik dalam cairan ekstraseluler, dan bila meningkatnya konsentrasi glukosa hingga berlebihan,
maka dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi seluler. 2 Sangat tingginya konsentrasi glukosa darah menyebabkan ditemukannya glukosa dalam urin,
dan 3 keadaan-keadaan di atas dapat menimbulkan diuresis ginjal, yang akan mengurangi jumlah cairan tubuh dan alektrolit Guyton, 1993.
I. Aloksan