Komposisi ASI Air Susu Ibu ASI dan Kandungan Gizi

Oligosakarida adalah karbohidrat rantai panjang yang terdapat laktosa pada salah satu ujungnya. Oligosakarida bisa bebas atau berikatan dengan protein glikoprotein, atau berikatan dengan lemak glikolipid, atau berikatan dengan struktur yang lain. Oligosakarida dalam ASI mencegah terikatnya mikroorganisme patogen di dalam saluran pencernaan, sehingga mencegah infeksi dan diare Judith, 2011. j. Vitamin 1 Vitamin larut lemak a Vitamin A. Beberapa vitamin A dalam bentuk beta- karoten memberikan warna kuning pada kolostrum. Dalam ASI matur, vitamin A sebesar 75 µgdL atau 280 IUdL. Kadar ini adekuat untuk kebutuhan bayi. b Vitamin D. Vitamin D ada dalam kompartemen lemak dan air dalam ASI. Kadar vitamin D dalam ASI berbeda tergantung diet ibu dan pajanan oleh sinar matahari. Ibu yang sering terpapar sinar matahari dilaporkan kadar vitamin D meningkat sepuluh kali lipat Judith, 2011. Status vitamin D pada ibu mempengaruhi konsentrasi vitamin D pada ASI Yin et al, 2012. c Vitamin E. ASI mengandung 40 µg vitamin E per gram lemak susu. Kadar alpha-tokoferol menurun dari kolostrum ke susu transisional sampai ke susu matur, sedangkan beta dan gamma tokoferol cenderung stabil setiap tahapan laktasi. Vitamin E sangat dibutuhkan bayi untuk integritas otot dan ketahanan sel darah merah berhemolisis Judith, 2011. d Vitamin K. Kadar vitamin K dalam ASI 2,3 µgdL. Kira- kira 5 bayi yang disusui berisiko kekurangan vitamin K berdasarkan pada faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K Judith, 2011. 2 Vitamin larut air Vitamin larut air dalam ASI umumnya responsif terhadap diet ibu atau suplements vitamin C, riboflavin, niasin, B 6 , dan biotin. Masalah klinis yang berhubungan dengan vitamin ini jarang terjadi pada bayi yang dirawat oleh ibu dengan diet tidak memadai. Vitamin B 6 dianggap paling kurang kandungannya dalam ASI. Kadar B 6 dalam ASI mencerminkan asupan ibu. Vitamin B 12 dan Asam Folat. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi protein mis. Hormon, usia bayi, atau waktu sejak dilahirkan lebih mungkin mempengaruhi kadar B 12 dan asam folat dalam ASI dari pada intake nutrisi. Defisiensi B 12 telah dilaporkan terjadi pada ibu-ibu dengan operasi bypass lambung, wanita dengan hipotiroidisme dan mengkonsumsi pola makan vegan, memiliki anemia pernisiosa laten, atau umumnya malnutrisi Judith, 2011. Asam folat adalah zat esensial untuk sintesis DNA atau komponen sel yang lain, khususnya selama periode masa pertumbuhan. Kebutuhan asam folat meningkat selama kehamilan karena untuk meningkatkan multiplikasi sel dan pergantian metabolik, plasenta dan perkembangan fetus, pertumbuhan uterus, dan ekspansi volume darah ibu Lamers, 2011. k. Mineral Dalam ASI Mineral dalam ASI berhubungan langsung dengan tingkat pertumbuhan Judith, 2011. Trace mineral seperti Zn, Mn, Cu, dan Co berperan penting dalam sintesis protein, metabolisme vitamin, pembentukan jaringan ikat, dan fungsi imun. Miller et al, 1988; Cousins dan Hempe dalam Toni, 2007. Menurut Supariasa 2002, komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras suku, keadaan gizi ibu, diet, dan status ekonomi sosial. 1 Komposisi ASI menurut stadium laktasi Stadium laktasi terdiri dari tiga tingkatan, yaitu kolostrum, air susu transisi, dan air susu matur. a Kolostrum Karakteristik dari cairan kolostrum ini lebih kental dan berwarna kuning dari pada ASI matur, lebih banyak mengandung protein dimana protein utamanya adalah gamma globulin, lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI matur dan dapat memberikan perlindungan pada bayi smapai usia 6 bulan pertama. Kadar karbohidrat dan lemaknya rendah dari pada ASI matur, lebih tinggi mengandung mineral terutama sodium dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu, kolostrum juga memiliki total energi 58 kalori100 ml serta volume kolostrum berkisar 150 – 300 ml24 jam. b Air susu transisi adalah peralihan dari kolostrum sampai manjadi matur. Beberapa karakteristik ASI masa peralihan yaitu kadar protein lebih rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi dibandingkan dengan kolostrum, dan volumenya lebih banyak dari pada kolostrum. Tabel 2.1. Komposisi protein, karbohidrat, dan lemak dalam ASI menurut stadium laktasi Waktu Protein gr Karbohidra t gr Lemak gr Hari ke 5 2,00 6,42 3,2 Hari ke 9 1,73 6,73 3,7 Minggu ke 3 atau ke 4 1,30 7,11 4,0 c ASI matur adalah ASI yang disekresi pada hari kesepuluh atau setelah minggu ketiga. Komposisi ASI masa ini relatif konstan. 2 Pengaruh Ras terhadap komposisi ASI Ras bangsa juga mempengaruhi susunan zat gizi dari ASI. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi dan budaya, kebiasaan makan dan pola hidup ibu-ibu di setiap negara tidaklah sama. Perbedaan yang paling nyata adalah pada kadar lemak dan beberapa vitamin dan mineral penting. 3 Pengaruh keadaan nutrisi pada komposisi ASI Ibu dengan malnutrisi berpengaruh kurang baik terhadap komposisi nutrisi ASI dan substansi imunnya. Sebuah penelitian yang dilakukan pada wanita-wanita malnutrisi di Kolombia menunjukkan bahwa kolostrum hanya mengandung satu dari ketiga konsentrasi IgG normal dan kurang dari setengah kadar albumin normal juga kekurangan yang signifikan pada kadar IgA kolostrum normal dan keempat komponen komplemen C 4 . Perbedaan tersebut tidak ada pada ASI yang matur, seiring dengan perkembangan status nutrisi ibu malnutrisi selama beberapa minggu postpartum. Oleh karena itu, kualitas ASI secara signifikan dipengaruhi oleh status nutrisi ibu Roberts, 2008. 4 Pengaruh diet pada komposisi ASI Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsumsi protein yang baik pada ibu menyusui dapat meningkatkan konsentrasi protein, lemak, vitamin, dan sebagainya yang terkandung dalam ASI.

4. Proses Produksi ASI

Di bawah pengaruh hormonal yang terdapat selama kehamilan, kelenjar mammae mengembangkan struktur dan fungsi kelenjar internal yang diperlukan untuk menghasilkan air susu. Payudara yang mampu menghasilkan air susu memilki anyaman duktus semakin kecil yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobulus Sherwood, 2011. Dalam proses produksi ASI atau laktogenesis terdapat tiga fase yaitu: a. Laktogenesis I Selama masa kehamilan, payudara biasanya menjadi lebih besar seiring dengan meningkatnya jumlah dan ukuran kelenjar alveoli sebagai hasil dari peningkatan hormon estrogen. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan HPL yang berperan dalam produksi ASI, aktif bekerja. Hal ini terjadi sampai seorang bayi telah disusui untuk beberapa hari dimana produksi susu yang sebenarnya dimulai. Selama tahap pertama produksi susu, susu mulai terbentuk, laktosa dan protein susu meningkat. Tahapan ini berlangsung sampai hari-hari pertama postpartum Judith, 2011. b. Laktogenesis II Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan 3 jam kemudian kembali ke level sebelum rangsangan. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. c. Laktogenesis III Produksi ASI tahap ini dimulai kira-kira 10 hari setelah kelahiran, dimana komposisi ASI mulai stabil Judith, 2011. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Proses produksi ASI sangat kompleks dan memahami mekanisme dasar sekresi ASI penting karena untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sekresinya Judith, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI adalah pengaruh makanan, suplementasi, aktivitas, psikologi, kesehatan, pengetahuan tentang pantangan dan kebutuhan, sosial dan ekonomi, bayi yang tidak mau menyusu, dan masalah payudara Permatasari, 2013. Menurut Bahiyatun 2009, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan air susu ibu meliputi: a. Rangsangan otot-otot payudara. Rangsangan ini diperlukan untuk memperbanyak air susu ibu dengan mengaktivasi kelenjar- kelenajarnya. Dengan adanya rangsangan, otot-otot akan berkontraksi lebih dan kontraksi ini diperlukan dalam laktasi. b. Keteraturan bayi menghisap. Isapan anak akan merangsang otot- otot polos payudara untuk berkontraksi yang kemudian merangsang susunan saraf di sekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otak. Otak akan memerintahkan kelenjar hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pituitari lebih banyak, sehingga kadar hormon estrogen dan progesteron yang masih ada menjadi lebih rendah. Pengeluaran hormon pituitari yang lebih banyak akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot polos payudara dan uterus yang berguna mempercepat pembentukan ASI, sedangkan kontraksi otot-otot polos uterus mempercepat evolusi. c. Kesehatan ibu. Kesehatan ibu memegang peranan penting dalam produksi air susu ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel-sel asini di payudara. Hal ini akan menyebabkan produksi ASI menurun. d. Makanan dan istirahat ibu. Makanan diperlukan oleh ibu dalam jumlah lebih banyak mulai dari hamil hingga masa nifas, karena kebutuhan nutrisi diperlukan oleh ibu dan bayi. Istirahat berarti mengadakan pelemasan pada otot-otot dan saraf setelah mengalami ketegangan karena beraktivitas. Bahiyatun, 2009

B. MenyusuiLaktasi

1. Anatomi dan Fisiologi Laktasi

Unit fungsional kelenjar mammaria adalah alveoli. Setiap alveolus tersusun dari sekelompok sel sekretori dengan satu duktus yang terletak di pusat, yang berfungsi untuk mensekresi susu. Duktus ini tersusun seperti percabangan pohon. Setiap duktus yang lebih kecil yang menuju ke duktus yang lebih lebar mengumpulkan 6 sampai 10 cabang. Percabangan tersebut terkumpul dan menuju ke nipple Judith, 2011. Susu dibentuk oleh sel epitel kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus, lalu dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan puting payudara Sherwood, 2011. Sedangkan menyusui adalah proses alamiah yang berupa sekresi ASI oleh kelenjar payudara pada periode pemberian ASI kepada bayi langsung dari payudara ibu Priyono, 2010; Billings, 2007 Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon plasenta, yaitu hormon estrogen, progesteron, dan hormon laktogenik plasenta. Kadar estrogen yang tinggi mendorong perkembangan ekstensif duktus, sementara progesteron yang tinggi merangsang pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin Suatu hormon hipofisisi anterior yang dirangsang oleh peningkatan kadar estrogen dan Human chorionic somatomammotropin suatu hormon plasenta yang memilki struktur serupa dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin juga ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mamaria dengan menginduksi sintesis enzim-enzim yang ibutuhkan untuk memproduksi susu Sherwood, 2011. Sumber: jurnalbidandiah.blogspot.com www.lusa.web.id Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Mammae

Dokumen yang terkait

Gambaran keluarga dalam memutuskan tindakan kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur

0 6 125

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Buruk Pada Balita di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur

2 7 136

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Teknik Menyusui Terhadap Pengetahuan Pada Ibu Hamil Trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo.

0 3 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN PADA Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Teknik Menyusui Terhadap Pengetahuan Pada Ibu Hamil Trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo.

0 3 12

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POLA Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pola Asuh Anak Usia Bayi (Infant) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura.

0 3 18

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POLA Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pola Asuh Anak Usia Bayi (Infant) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DAN DUKUNGAN TEMPAT KERJA Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Bekerja Tentang Manajemen Laktasi Dan Dukungan Tempat Kerja Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Ka

2 12 62

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DAN DUKUNGAN TEMPAT KERJA Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Bekerja Tentang Manajemen Laktasi Dan Dukungan Tempat Kerja Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Ka

0 0 13

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

0 0 10

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG METODE AMENORE LAKTASI TERHADAP PENGETAHUAN KONTRASEPSI PADA IBU PRIMIPARA DI PUSKESMAS PIYUNGAN

0 0 12