adalah sebagai sarana yang menjembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktik kesehatan yang memotivasi seseorang untuk
memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan buruk dan
membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan Mico Ross, 1975.
Sedangkan tujuan pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu meningkatkan derajat
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan di semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan,
gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.
Secara khusus, rumusan tujuan pendidikan kesehatan disebutkan oleh Maulana 2009 sebagai berikut:
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di
masyarakat. Oleh
sebab itu,
pendidikan kesehatan
bertanggungjawab mengarahkan cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau
berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada. Jadi, tujuan pendidikan kesehatan adalah sebagai sarana
menyampaikan informasi
tentang pentingnya
perilaku sehat,
menumbuhkan dan mengembangkan perilaku sehat secara mandiri, dan menggunakan pelayanan kesehatan yang terpadu.
3. Teori Health Belief Model
Health Belief Model HBM dikembangkan sejak tahun 1950 oleh kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan yang
berkaitan dengan kepercayaan dalam hal kesehatan. Model ini salah satu model pertama yang dirancang untuk mendorong penduduk melakukan
tindakan ke arah kesehatan yang positif. Health Belief Model menekankan pada “peranan persepsi seseorang terhadap kerentanan
suatu penyakit dan keefektifan potensial dalam pengobatan”. Artinya dalam pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan bagaimana
persepsi individu mengenai kerentanan dirinya terhadap penyakit, sehingga individu akan melakukan tindakan yang dapat mencegah
penyakit yang akan menyerangnya Bensley, 2008. Melihat hal tersebut, model ini digunakan sebagai upaya untuk
menjelaskan secara luas kegagalan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit Hockbaum, 1958; Rosenstock, 1974
dalam Maulana,
2009. Selain
itu HBM
digunakan untuk
mengidentifikasi beberapa faktor prioritas penting yang berdampak
terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak menentu Rosenstock, 1974 dalam Maulana, 2009.
Health Belief Model merupakan model kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut teori ini,
seseorang memungkinan untuk melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi oleh dua hasil keyakinan atau penilaian kesehatan, antara
lain: a.
Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka Perceived threat of injury or illness.
Hal ini berdasarkan pada sejauh mana seseorang berfikir bahwa penyakit akan mengancam dirinya. Jika seseorang merasa bahwa
ancaman tersebut semakin meningkat, makan upaya pencegahan yang dilakukan juga akan meningkat. Penilaian akan ancaman ini
didasarkan pada kerentanan yang dirasakan perceived vulnerability dan keseriusan yang dirasakan Perceived severity.
b. Keuntungan dan kerugian Benefits and costs
Keuntungan dan
kerugian yang
akan didapatkan
menjadi pertimbangan individu apakah akan melakukan tindakan pencegahan
atau tidak. c.
Posisi yang menonjol salient position juga menjadi keyakinan seseorang untuk memulai proses perilaku. Hal ini berupa informasi
dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan.