Motivasi, Kompetensi Profesional Guru, Lingkungan Sekolah, dan Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII IPS di SMA 12 Semarang Tahun Ajaran 2010 2011

(1)

MOTIVASI, KOMPETENSI PROFESIONAL GURU,

LINGKUNGAN SEKOLAH, DAN LINGKUNGAN

KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR

AKUNTANSI SISWA KELAS XII IPS

DI SMA NEGERI 12 SEMARANG

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Anung Anindita NIM 7101406504

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

Skripsi pada : Hari : Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Indah Fajarini SW.,S.E, M.Si, Akt NIP. 195004161975011001 NIP. 197804132001122002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Dr. Partono Thomas, M.S NIP. 195212191982031002


(3)

Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada : Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Dra. Margunani M.P NIP.195703181986012001

Anggota I Anggota II

Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Indah Fajarini SW., S.E, M.Si, Akt NIP. 195004161975011001 NIP. 197804132001122002

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono, M.Si. NIP. 1966603081989011001


(4)

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, 21 Juli 2011

Anung Anindita


(5)

(Qs. Al-Insyirah : 5) “Sukses adalah berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kita

kehilangan semangat”.

( Abraham Lincoln)

“Ketahuilah bahwa kemenangan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar datang bersama kesulitan, dan kemudahan itu ada bersama kesulitan”.

(Q.S Ath.Thalaq: 7)

Persembahan:

Ku Persembahkan Skripsi ini untuk:

1. Ayahku Akhmad Khusdarto dan ibuku Widianingsih tercinta, yang telah memberikan segalanya.

2. Adikku Pipit dan Nanung yang telah memberikan perhatian, doa, dan semangat.

3. Seseorang yang kusayangi yang selalu memberikan semangat, doa, dan perhatiannya.

4. Teman-teman Kost Monesy.

5. Teman-teman pendidikan akuntansi ’ 6. AlmamaterUNNES 


(6)

sehingga skripsi dengan judul “Motivasi, Kompetensi Profesional Guru, Lingkungan Sekolah, dan Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII IPS di SMA Negeri 12 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I (S1) pada Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Dr. Partono Thomas, M.S. Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi beserta stafnya. 4. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Indah Fajarini SW., S.E, M.Si, Akt Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6. Dra. Margunani M.P. Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan.


(7)

membantu dalam penelitian ini.

9. Siswa-siswi kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang yang telah membantu dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan moral maupun materi dalam penyusunan skripsi ini.

Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis yakin bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 21 juli 2011

Anung Anindita NIM 7101406504


(8)

XII IPS di SMA 12 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Pembimbing II : Indah Fajarini SW, S.E, M.Si.

Kata Kunci : Motivasi, Kompetensi Profesional Guru, Lingkungan Sekolah, Lingkungan Keluarga, Hasil Belajar

Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor intern (motivasi) dan ekstern (kompetensi professional guru, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga). Permasalahan yang dikaji adalah apakah ada pengaruh, kompetensi professional guru, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga terhadap motivasi siswa kelas XII IPS SMAN 12 Semarang, apakah ada pengaruh motivasi, kompetensi professional guru, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMAN 12 Semarang. Tujuan dilakukan penelitian mengetahui pengaruh kompetensi professional guru, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar siswa kelas XII IPS SMAN 12 Semarang, mengetahui adanya pengaruh motivasi, kompetensi professional guru, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMAN 12 Semarang.

Populasi penelitian seluruh siswa kelas XII IPS SMAN 12 Semarang, tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 126 siswa, yang dijadikan unit analisis. Variabel endogen yaitu hasil belajar dan eksogen meliputi motivasi, kompetensi professional guru, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga.  Metode pengumpulan data: dokumentasi, angket, wawancara. Metode analisis data yaitu analisis data dan interpretasi skor, analisis konfirmatori, analisis Structural Equation Modeling (SEM) dan uji asumsi SEM yang terdiri dari uji normalitas dan outliers.

Hasil penelitian menjunjukan bahwa kompetensi profesional guru memiliki pengaruh terhadap motivasi. Lingkungan sekolah tidak berpengaruh terhadap motivasi. Lingkungan keluarga berpengaruh terhadap motivasi. Motivasi berpengaruh terhadap hasil belajar. kompetensi profesional guru berpengaruh terhadap hasil belajar. Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap hasil belajar. Sedangkan lingkungan keluarga tidak berpengaruh terhadap hasil belajar.

Kepada sekolah hendaknya dapat menerapkan tata tertib yang tegas dalam menangani siswa, sehingga sikap disiplin akan terbentuk pada diri siswa yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya. kepada orang tua diharapkan dapat membantu putranya dalam meningkatkan hasil belajar, dengan memberikan pengertian kepada anak untuk selalu giat belajar, memberikan fasilitas-fasilitas yang di butuhkan anak dalam belajar


(9)

of Student in Class XII IPS SMA 12 Semarang Year 2010/2011. Thesis Department of Economic Education. Economics Faculty. Semarang State University. lecturer I: Drs. Sukardi Ikhsan, M. Si, lecturer II Indah Fajarini SW, SE, M. Si

Keywords: Motivation, Professional Competence of Teachers, School Environment, Family Environment, Learning Outcomes

Learning outcomes are influenced by internal factors (motivation) and external (professional competence of teachers, school environment, family environment). Issues that were examined is whether there is influence, professional competence of teachers, school environment, and family environment to motivate students to class XII IPS SMAN 12 Semarans, is there any influence of motivation, professional competence of teachers, school environment, and family environment on the results of class XII students study accounting IPS SMAN 12 Semarang. The purpose of this study was conducted to know the influence of professional competence of teachers, school environment, and family environment to motivate students to learn social studies class XII SMAN 12 Semarang, aware of the influence of motivation, professional competence of teachers, school environment, and family environment on learning outcomes of accounting students' classroom

XII IPS SMAN 12 Semarang.

The study population was all students in grade XII IPS SMAN 12 Jakarta, academic year 2010/2011, amounting to 126 students, which is used as the unit of analysis. Endogenous variables namely learning outcomes and exogenous include motivation, the professional competence of teachers ,the school environment, family

environment. Metode pengumpulan data: dokumentasi, angket, wawancara.

Methods of data collection: documentation, questionnaires, interviews. Methods of data analysis and interpretation of data analysis scores, confirmatory analysis, the analysis of Structural Equation Modeling (SEM) and SEM test assumptions of normality and outliers test.

The results that the professional competence of teachers had an influence on motivation. The school environment has no effect on motivation. Family environment affects motivation. Motivational influence on learning outcomes. professional competence of teachers' influence on learning outcomes. School environment affects learning outcomes. While the family environment had no effect

on learning outcomes.

Based on the results of studies have suggested The school should be able to apply the discipline, assertive in dealing with students, so the attitude of self-discipline will be formed by students who later will affect the learning outcomes are achieved. The parents are expected to help his son in improving learning outcomes, by providing understanding to the child to always keen to learn, providing the facilities in need of children in learning.


(10)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRAC ...ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

2.1. Hasil Belajar ... 14

2.1.1.Pengertian Hasil Belajar ... 14


(11)

2.2.3.Ciri-ciri Motivasi ... 21

2.2.4.Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah... 22

2.2.5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 22

2.2.6.Pengaruh Motivasi terhadap Hasil Belajar ... 24

2.3. Kompetensi Profesional Guru ... 25

2.3.1.Pengertian Guru ... 25

2.3.2.Kompetensi Guru... 27

2.3.3.Kompetensi Profesional Guru ... 30

2.3.4.Pengaruh Kompetensi Profesional Guru terhadap Hasil Belajar..33

2.4. Lingkungan Sekolah ... 35

2.4.1.Pengertian Lingkungan Sekolah ... 35

2.4.2.Unsur-Unsur Lingkungan Sekolah ... 35

2.4.3.Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar... 38

2.5. Lingkungan Keluarga ... 39

2.5.1.Pengertian Lingkungan Keluarga ... 39

2.5.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Keluaraga ... 41

2.5.3.Fungsi Keluarga ... 42

2.5.4.Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar ... 44

2.6. Penelitian Terdahulu ... 46


(12)

3.2. Variabel Penelitian ... 56

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 57

3.3.1.Metode Dokumentasi ... 58

3.3.2.Metode Angket atau Kuesioner ... 58

3.3.3.Metode Wawancara ... 58

3.4. Metode Analisis Uji Instrumen ... 59

3.4.1.Validitas ... 59

3.4.1.1.Analisis Validitas Faktor (Konvergen) ... 60

3.4.1.2.Analisis Validitas Diskriminan ... 61

3.4.2.Reliabilitas ... 61

3.5. Metode Analisi Data ... 62

3.5.1.Metode Analisis Data dan Interpretasi Skor ... 62

3.5.2.Analisis Konfirmatori ... 69

3.5.3. Analisis Model Persamaan Struktural (SEM) ... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74

4.1. Hasil Penelitian ... 74

4.1.1.Deskriptif Responden Penelitian ... 74

4.1.2.Deskriptif Variabel Penelitian ... 75

4.1.2.1.Deskriptif Hasil Belajar ... 75


(13)

4.1.3. Evaluasi Asumsi-Asumsi SEM ... 79

4.1.3.1.Uji Normalitas... 79

4.1.3.2.Outliers... 80

4.1.4. Analisis Konfirmatori ... 81

4.1.4.1.Analisis Konfirmatori Motivasi ... 81

4.1.4.2.Analisis Konfirmatori Kompetensi Profesional Guru .... 83

4.1.4.3.Analisis Konfirmatori Lingkungan Sekolah ... 86

4.1.4.4.Analisis Konfirmatori Lingkungan Keluarga ... 88

4.1.5. Analisis Struktural Equation Modeling (SEM) ... 90

4.1.6. Uji Hipotesis ... 93

4.1.7. Analisis Besar Pengaruh ... 94

4.2. Pembahasan ... 96

4.2.1.Analisis Konfirmatori dan Deskriptif Data ... 96

4.2.1.1.Motivasi ... 96

4.2.1.2 Kompetensi Profesional Guru ... 97

4.2.1.3 Lingkungan Sekolah ... 98

4.2.1.4 Lingkungan Keluarga ... 98

4.2.1.5 Hasil Belajar ... 99

4.2.2.Pembahasan Hipotesis ... 99

4.2.2.1.Pengaruh kompetensi profesional guru terhadap motivasi99 4.2.2.2.Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi ... 100

4.2.2.3.Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Motivasi ... 101


(14)

BAB V PENUTUP ... 107

5.1 Simpulan ... 107

5.2 Saran ... 109

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(15)

Tabel 1.1 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XII IPS ... 3

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 46

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 55

Tabel 3.2 Variabel Penelitian... 56

Tabel 3.3 Hasil analisis validitas faktor ... 60

Tabel 3.4 Hasil analisis validitas diskriminan ... 61

Tabel 3.5 Hasil analisis reliabilitas ... 62

Tabel 3.6 Kriteria masing-masing variabel... 64

Tabel 3.7 Kategori skor masing-masing variabel ... 65

Tabel 3.8 Kategori skor masing-masing indikator... 66

Tabel 3.9 Kriteria Ketuntasan ... 69

Tabel 3.10 Goodness of Fit Indices ... 73

Tabel 4.1 Distribusi Responden Penelitian ... 75

Tabel 4.2 statistik Deskripsi hasil belajar siswa... 75

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Motivasi ... 76

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Kompetensi Profesional Guru... 77

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Lingkungan sekolah... 78

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Lingkungan Keluarga ...79

Tabel 4.7 Uji Normalitas Data ... 80


(16)

Tabel 4.12 Uji Model Goodness-og-fit Variabel Lingkungan Keluarga ... 89 Tabel 4.13 Uji Hipotesis menggunakan regression weight ... 93 Tabel 4.14 Koefisien Standardized Regression Weight ... 95


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka berpikir ... 53

Gambar 3.1 Diagram Jalur (Path Diagram) ... 70

Gambar 4.1 Hasil Analisis Konfirmatori Motivasi ... 82

Gambar 4.2 Hasil Analisis Konfirmatori Kompetensi Profesional Guru ... 84

Gambar 4.3 Hasil Analisis Konfirmatori Lingkungan Sekolah ... 86

Gambar 4.4 Hasil Analisis Konfirmatori Lingkungan Keluarga ... 88


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Daftar Nama Responden... 116

Lampiran 2. Kisi-kisi Angket Penelitian... 120

Lampiran 3. Instrumen Penelitian ... 122

Lampiran 4. Uji Validitas... 135

Lampiran 5. Uji Reliabilitas... 137

Lampiran 6. Perhitungan Interpretasi Skor ... 139

Lampiran 7. Data Hasil Analisis Deskriptif... 141

Lampiran 8. Data Hasil Penelitian Motivasi ... 143

Lampiran 9. Data Hasil Penelitian Kompetensi Profesional Guru ... 149

Lampiran 10. Data Hasil Penelitian Lingkungan Sekolah ... 155

Lampiran 11. Data Hasil Penelitian Lingkungan Keluarga ... 161

Lampiran 12. Data Hasil Penelitian Hasil Belajar ... 167

Lampiran 13. Data Jarak rumah ke Sekolah dan Jumlah Anggota Keluarga... 173

Lampiran 14. Data NEM Siswa pada Saat Masuk ke SMAN 12 Semarang.... 177

Lampiran 15 Surat Ijin Penelitian ... 181


(19)

Proses pendidikan pada umumnya berlangsung disekolah melalui kegiatan pembelajaran yang merupakan proses perubahan tingkah laku. Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran yang diterapkan pada siswa khususnya dan sekaligus indikator untuk menilai kualitas sistem pendidikan yang diterapkan pada umumnya. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Anni (2006:5). Hasil belajar yang optimal sangat diinginkan oleh siswa yang telah melakukan kegiatan pembelajaran, karena dengan hasil belajar yang optimal dapat memperlihatkan usaha yang telah dilakukan oleh siswa setelah belajar dan hasil belajar itu juga dapat menentukan arah selanjutnya yang akan diambil siswa untuk pendidikan mereka selanjutnya. Menurut Tu’u (2004:75) hasil belajar ditujukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru misalnya nilai tugas, ulangan harian, nilai mid semester maupun nilai ulangan akhir semester.

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu pendidikan formal yang mempunyai tujuan menciptakan atau menyiapkan peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi. Salah satu usaha yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah meningkatkan hasil belajar siswa baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang hasil


(20)

belajarnya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar.

Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib di tempuh siswa-siswa SMA pada tingkat atau kelas XI IPS dan XII IPS. Akuntansi sendiri merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh para siswa karena memerlukan pemahaman, ketelitian, serta konsentrasi yang tinggi. Akuntansi merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang berhubungan dengan seluk beluk pembukuan yang terjadi pada suatu badan atau perusahaan (Dahlan, 1994:16). Berdasarkan pengertian tersebut, terlihat bahwa pelajaran akuntansi adalah salah satu pelajaran di sekolah yang tidak hanya menuntut pengetahuan dan pemahaman saja, tetapi juga memerlukan konsentrasi, ketekunan, ketelitian dan ketrampilan yang tinggi dengan tidak meninggalkan logika siswa dalam pemecahan masalah yang diperlukan siswa untuk menguasai suatu kompetensi, karena kompetensi– kompetensi yang dipelajari tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan. Apabila penguasaan siswa pada kompetensi yang sebelumnya kurang, dimungkinkan sulit untuk menguasai kompetensi selanjutnya. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 12 Semarang, diketahui data hasil belajar Akuntansi siswa kelas XII IPS yang pada waktu observasi masih duduk di kelas XI IPS adalah sebagai berikut:


(21)

Tabel 1.1 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XI IPS Mata Pelajaran Akuntansi

Kelas Nilai rata-rata

XI IPS 1 57,9

XI IPS 2 61,9

XI IPS 3 57,8

Sumber : Daftar nilai pegangan guru

Data diatas menunjukan bahwa hasil belajar mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 12 Semarang belum optimal, hal ini dapat dilihat dari tiga kelas hanya 1 kelas yang rata-ratanya mencapai KKM 61. Hasil belajar yang kurang optimal tersebut berarti siswa belum maksimal dalam menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini tidak dapat dibiarkan karena akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya hasil belajar mata pelajaran akuntansi, oleh karena itu harus ada upaya untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya.

Faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti disiplin belajar, kondisi fisiologis (keadaan fisik dari siswa), kondisi psikologi (kecerdasan, bakat, minat, motivasi). Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti faktor lingkungan, alat instrument (kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan fasilitas serta guru/pengajar (Slameto, 2003: 54).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah peneliti laksanakan di SMA Negeri 12 Semarang, beberapa permasalahan yang muncul berkenaan dengan pencapaian hasil belajar siswa, diantaranya dipengaruhi oleh beberapa


(22)

faktor yaitu motivasi, kompetensi profesional guru, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga.

Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar (Ahmadi, 2002 : 83). Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya prestasi siswa akan menurun. Bila hal ini tidak diperhatikan, tidak dibantu, maka siswa akan gagal dalam belajar. Oleh karena itu guru sebagai orang yang membelajarkan siswa, harus peduli dengan masalah motivasi ini. Guru harus mau dan mampu memotivasi siswa yang rendah motivasi belajarnya, dan meningkatkan motivasi siswa yang sudah mempunyai motivasi belajar. Antonio (2002) dalam Electronic Journalof Research In Educational Psyhcology and Psychopedagogy menyatakan bahwa faktor motivasi, guru, faktor keluarga, adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, dan motivasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh dimana motivasi dianggap sebagai unsur yang memulai diri sendiri dalam belajar ketika siswa termotivasi, semua usaha dan kepribadian diarahkan terhadap prestasi. Motivasi merupakan faktor internal yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Setyowati (2007) menyatakan bahwa besarnya motivasi belajar yang


(23)

mempengaruhi hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang ini sebesar 29, 766% sedangkan 71,344% di pengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian itersebut. Berdasarkan hasil observasi di SMAN 12 Semarang dapat diketahui jika motivasi siswa masih kurang hal ini dilihat dari keaktifan siswa dikelas dari tiga kelas masing-masing kelas hanya beberapa siswa yang aktif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Faktor eksternal juga tidak kalah penting pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 12 Semarang, faktor eksternal tersebut yaitu kompetensi guru profesional, lingkungan sekolah dan juga lingkungan keluarga. Guru sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap usaha pendidikan dengan pengajaran. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pembelajaran, khususnya mengenai masalah kurikulum dan peningkatan sumber daya yang dimiliki oleh siswa yang dihasilkan oleh pembelajaran yang sering bermuara pada faktor kemampuan guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru dituntut untuk senantiasa berperan aktif dan eksis dalam dunia pendidikan. Keahlian dan kepribadian guru merupakan salah satu faktor yang sangat berperan sekaligus menjadi loncatan bagi siswa untuk meraih keberhasilan khususnya prestasi baik dari segi analisis maupun kemampuan mendayagunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. William (2004) dalam New Jersey Department Education. menyatakan tentang pentingnya standar guru bahwa untuk meningkatakan hasil belajar maka guru harus memiliki standar kemampuan, seperti kemampuan untuk mempunyai pengetahuan yang luas, kemampuan untuk penggunaan teknologi, kemampuan dalam penggunaan strategi


(24)

pembelajaran yang bervariasi, penciptaan lingkungan belajar yang produktif, kemampuan untuk menggunakan berbagai macam penilaian, kemampuan untuk bekerja dengan peserta didik yang lain, dan kemampuan yang kuat untuk menjalin kemitraan dengan orang tua dan masyarakat.

SMA Negeri 12 Semarang tidak mengalami kekurangan tenaga pendidik untuk bidang studi Ekonomi/Akuntansi. Namun rata-rata di SMA Negeri 12 Semarang masih menggunakan metode konvesional yaitu ceramah dan diskusi dalam proses KBM sehingga siswa cenderung bosan dan malas dalam mengikuti pelajaran. Profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Dampak dari perkembangan IPTEK terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran seperti buku teks, modul, OHP transparansi, film, video, slide, hypertext, web, dan sebagainya.

Guru profesional dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagi jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya dan juga diharapkan bisa membuat media pembelajaran sendiri. Namun di SMA Negeri 12 Semarang proses belajar mengajar belum memanfaatkan media dikarenakan selain guru belum ahli menggunakan media seperti LCD juga dikarenakan kurangnya fasilitas yang mendukung seperti ruang multimedia, sebagai tempat untuk pembelajaran melalui media.

Faktor eksteren lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Sebagaimana yang dikemukakan


(25)

oleh Clrak dalam Sudjana (2002 : 39) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi lingkungan juga mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Salah satu masukan dalam sistem pendidikan adalah lingkungan, jadi lingkungan merupakan suatu komponen sistem yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Kondisi lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah menjadi perhatian karena faktor ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Lingkungan sekolah memberikan kontribusi besar terhadap prestasi pencapain prestasi belajar siswa. Siswa akan selalu berhubungan dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan fasilitas belajar yang disediakan di sekolah, serta membutuhkan sarana dan prasarana sekolah yang memadai.

Kondisi lingkungan sekolah dapat dilihat dari segi fasilitas atau sarana dan prasarana sekolah, di SMA Negeri 12 Semarang sebagian ruang kelas rusak, ruang kelas yang sebagian rusak tersebut tentunya sangat menghambat proses belajar mengajar demikian juga meja dan kursi siswa yang rusak dan penuh coretan tentunya akan mengurangi kenyamanan siswa dalam proses belajar, meja dan kursi siswa merupakan fasilitas yang sangat penting dalam proses belajar siswa di kelas. SMA Negeri 12 tidak memiliki laboratorium multimedia atau ruang multimedia yang menyebabkan guru sulit untuk menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia, tentunya hal ini akan menghambat kegiatan belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa pun menjadi kurang optimal karena kurangnnya fasilitas belajar tersebut.


(26)

Lingkungan keluarga juga mempengaruhi hasil belajar siswa, dimana keluarga merupakan pendidikan yang utama dan pertama. Disebut sebagai lingkungan atau lembaga pendidikan utama karena sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan lain pendidikan inilah yang pertama ada.

Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar pada pendidikan di sekolah. Bloom dalam Sudjana (2002) menyatakan bahwa lingkungan keluarga dan faktor-faktor luar sekolah secara luas berpengaruh terhadap siswa. Siswa-siswa hidup di kelas pada suatu sekolah relatif singkat, sebagian besar waktunya dipergunakan siswa untuk bertempat tinggal di rumah. Keluarga telah mengajarkan anak berbahasa, kemampuan untuk belajar dari orang dewasa dan beberapa kualitas dan kebutuhan berprestasi, kebiasaan bekerja dan perhatian terhadap tugas yang merupakan dasar terhadap pekerjaan di sekolah. Pendidikan lingkungan keluarga merupakan pendidikan informal dengan orang tua sebagai pendidik. Orang tua adalah pendidik kodrati, mereka pendidik bagi anak-anaknya secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugrah oleh Allah berupa naluri orang tua. Kasih sayang dan pengertian keluarga khususnya orang tua akan memberikan pengaruh positif dalam perekembangan jiwa anak. Untuk itu sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak. Lingkungan keluarga bisa memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas belajar anak apabila keadaan keluarga cukup harmonis, kondisi ekonomi berkecukupan. Perhatian dari orang tua juga penting peranannya terhadap pencapaian prestasi belajar anak, misalnya memperhatikan kedisiplinan belajarnya atau menanyakan adakah kesulitan yang tidak bisa dipecahkan dan apakah orang tua bisa membantu. Orang tua seringkali memberikan semangat


(27)

agar anak menjadi optimis dan merasa ada perlindungan dan perhatian dari orang tua, sehingga anak mendapat kemudahan dalam belajar dan berambisi untuk meraih prestasi. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Azizah Ismawati (2009) menyatakan bahwa Variabel lingkungan keluarga memberikan kontribusi sebesar 29,7% terhadap prestasi belajar siswa sedangkan Variabel lingkungan sosial memberikan kontribusi sebesar 25,4% terhadap prestasi belajar siswa. keluarga dan lingkungan sosial terhadap prestasi belajar adalah sebesar 55,2%.

Berdasarkan observai di SMAN 12 Semarang dapat diketahui bahawa sebagian besar orang tua siswa di SMA Negeri 12 Semarang bermata pencaharian sebagai buruh, dengan rata-rata tingkat pendapatan para orang tua murid yang tergolong rendah. Keluarga (orang tua) yang keadaan sosial ekonominya tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak, berbeda dengan orang tua yang keadaan sosial ekonominya menengah kebawah atau rendah, maka orang tua akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan belajar anaknya. Anak dalam belajar akan sangat membutuhkan sarana penunjang belajarnya, seperti buku pelajaran yang harganya mahal, dan kebutuhannya tidak terpenuhi maka ini akan menjadi penghambat bagi anak dalam pembelajaran. Orang tua juga kesulitan untuk memberikan fasilitas belajar tambahan seperti les privat bagi anaknya agar prestasi belajarnya meningkat.

Hal ini berpengaruh pada prestasi belajar siswa yang menjadi tidak optimal karena kurangnya sarana belajar dari orang tua, yang kebanyakan siswa hanya memperoleh pelajaran dari sekolah tanpa tambahan pelajaran dari luar sekolah


(28)

dan hanya belajar menggunakan LKS dan buku yang tersedia di perpustakaan tanpa adanya sumber buku yang lain sebagai pedoman belajar.

Tingkat pendidikan orang tua siswa di SMA Negeri 12 Semarang tergolong rendah yaitu sebagian besar berpendidikan SD, sehingga cara orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah masih kurang karena tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu orang tua tidak dapat membantu anaknya ketika mendapat kesulitan belajar. Cara membimbing anak dalam belajar di rumah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya. Sedangkan rata-rata mata pencaharian orang tua siswa yaitu sebagai buruh sehingga tingkat perekonomian para orang tua murid adalah menengah kebawah. Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa tingkat pendidikan dan penghasilan buruh rendah maka tidak bisa membibing belajar anak, dan dengan penghasilan yang rendah maka kurang bisa

memfasilitasi belajar anak.

Berdasarkan hasil survai pendahuluan yang telah dikemukakan si atas maka dapat di indikasikan bahwa hasil belajar siswa mata pelajaran Akuntansi kelas di XI IPS SMA Negeri 12 Semarang tahun ajaran 2009/2010 masih belum optimal, hal tersebut berlanjut hingga awal tahun ajaran 2010/2011 dimana pencapaian hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS di sekolah tersebut belum sesuai dengan harapan. Kondisi yang demikian disebabkan oleh kurangnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa baik faktor-faktor internal dari alam diri siswa sendiri maupun dari faktor eksternal yaitu lingkungan dimana siswa


(29)

berada. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul :

“MOTIVASI, KOMPETENSI PROFESIONAL GURU, LINGKUNGAN SEKOLAH, DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XII IPS DI SMA NEGERI 12 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh kompetensi professional guru terhadap motivasi belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang?

2. Apakah ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang?

3. Apakah ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang?

4. Apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang?

5. Apakah ada pengaruh kompetensi professional guru terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang

6. Apakah ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang?

7. Apakah ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas XII SMA Negrei 12 Semarang?


(30)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penilitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi professional guru terhadap motivasi belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang.

2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang. 3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap

motivasi belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang.

4. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang.

5. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi professional guru terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang.

6. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 12 Semarang. 7. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap hasil

belajar akuntannsi siswa kelas XII SMA Negrei 12 Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu:


(31)

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti sebagai wahana menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pendidikan.

b. Khasanah bacaan sekaligus sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya

c. Menambah pengetahuan pembaca tentang seluk beluk pendidikan dan menambah pengetahuan tentang pengaruh motivasi belajar, kompetensi profesional guru, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS di SMAN 12 Semarang.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

b. Memberikan sumbangan yang positif dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan pendidikan bagi siswa.

c. Memberikan masukan kepada Sekolah Menengah Atas untuk memberikan motivasi kepada siswanya untuk meningkatkan hasil belajar.


(32)

2.1 Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilkau yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Catharina, 2006 : 5). Hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar yang biasanya terlihat dalam perubahan, kebiasaan, ketrampilan, sikap, pengamatan dan kemampuan. Hasil belajar dapat dilihat dan diukur. Keberhasilan dalam proses belajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 1990 : 22).

Menurut Bloom dalam Sudjana (1990:22) secara garis besar hasil belajar di bagi menjadi 3 ranah yaitu:

1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajara intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan empat aspek berikutnya disebut kognitif tingkat tinggi.

2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.


(33)

3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan besar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah akibat dari suatu aktivitas yang dapat diketahui perubahannya dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap melalui ujian tes atau ujian. Hasil belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

Hasil belajar siswa berfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan seperti nilai ulangan harian sebagai ukuran pencapain hasil belajar siswa.

2.1.2 Hasil Belajar Akuntansi

Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Fungsi mata pelajaran akuntansi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti,


(34)

jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Tujuan mata pelajaran akuntansi pada Sekolah Menengah Atas adalah untuk membekali siswa tamatan SMA dalam berbagai kompetensi dasar, agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa.

Hasil belajar akuntansi merupakan hasil yang dicapai oleh siswa khususnya mata pelajaran akuntansi setelah menerima materi akuntansi yang diberikan oleh guru dalam aktivitas belajar di sekolah. Dalam aktivitas belajar, sebuah hasil pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari luar maupun dari dalam diri siswa. Pencapaian hasil sebuah mata pelajaran di tunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi guru terhadap tugas, ulangan atau ujian yang telah ditempun siswa yang biasanya dilakukan setelah selesai satu sub pokok bahasan dalam pelajaran. Hasil tersebut selanjutnya akan dipakai sebagai gambaran untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi yang telah disampaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar.

Indikator yang dipakai sebagai hasil belajar mata pelajaran IPS akuntansi dalam penelitian ini adalah nilai Ulangan Harian Bersama siswa kelas XII IPS SMAN 12 Semarang.


(35)

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Menurut Sardiman (2010: 75) motivasi merupakan daya penggerak yang menjadi aktif atau dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Motivasi sangat penting untuk membangkitkan semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2010:73-74), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu :

1. Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena


(36)

terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Berdasarkan ke tiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Motivasi menurut Hamalik (2002:121) adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang di tandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi mempunyai tiga komponen utama yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang mereka miliki dengan apa yang mereka harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti dari pada motivasi (Dimyati. DKK, 2005:88).

Motivasi belajar memiliki peranan yang sangat penting, baik untuk guru maupun siswa. Menurut Dimyati. dkk, 2006:85-86 ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari adanya motivasi belajar bagi guru dan siswa. Bagi siswa manfaatnya adalah (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang


(37)

dibandingkan dengan teman sebaya (3) Mengarahkan kegiatan belajar (4) Membesarkan semangat belajar (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Sedangkan bagi guru manfaatnya adalah (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas yang bermacam-macam (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran (4) Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa paedagogis

Berdasarkan sifatnya, motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Sehingga apabila motivasi yang terdapat dalam diri siswa itu tinggi maka siswa tersebut akan berusaha untuk belajar lebih keras dan melakukan cara-cara agar hasil belajarnya baik. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan dalam belajar (M. Dalyono, 1997)


(38)

2.2.2 Fungsi Motivasi

Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Hasil belajar akan lebih optimal, kalau ada motivasi. Menurut Sardiman (2007: 85) motivasi mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegaiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Motivasi yang ada pada diri siswa sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran. Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi motivasi adalah sebagai berikut (Hamalik, 2008: 161):

1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. 2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan


(39)

3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau

lambatnya suatu pekerjaan.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hakim (2002: 27) bahwa motivasi siswa sangat bermanfaat dalam mengarahkan kegiatan belajar siswa. Adapun manfaat motivasi di dalam belajar diantaranya adalah:

1. Memberikan dorongan semangat kepada siswa untuk rajin belajar dan mengatasi kesulitan belajar.

2. Mengarahkan kegiatan belajar siswa kepada suatu tujuan tertentu yang berkaitan dengan masa depan dan cita-cita.

3. Membantu siswa untuk mencari suatu metode belajar yang tepat dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

2.2.3 Ciri-Ciri Motivasi

1. Tekun menghadapai tugas.

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa). 3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masyalah. 4. Lebih senang bekerja mandiri

5. Cepat bosan pada hal-hal yang bersifat rutin. 6. Dapat mempertahankan pendapatnya

7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu. 8. Senang mencari dan memecahkan masalah dan soal-soal. (Sardiman. 2010:83)


(40)

2.2.4 Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah

Menurut Sardiman (2010:92-95) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah diantaranya :

a. Memberi angka b. Hadiah

c. Saingan/kompetensi d. Ego-involvement e. Memberi ulangan f. Mengetahui hasil g. Pujian

h. Hukuman

i. Hasrat untuk belajar j. Minat

k. Tujuan yang diakui

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Chatarina (2004: 113-119) ada enam faktor yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar siswa, yaitu:

1. Sikap

Sikap memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan belajar siswa karena sikap itu membantu siswa dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran,


(41)

identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tua-anak, dan sebagainya).

2. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan. Perolehan tujuan merupakan kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan kebutuhan dan tekanan.

3. Rangsangan

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Setiap siswa memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menemukan proses pembelajaran yang merangsang, maka perhatiannya akan menurun.

4. Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional-kecemasan, kepedulian, dan pemilikan-dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Siswa merasakan sesuatu saat belajar, dan emisi siswa tersebut dapat memotivasi perilakunya kepada tujuan..

5. Kompetensi

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras untuk berinterksi dengan


(42)

lingkungannya secara efektif. Di dalam situasi pembelajaran, rasa kompetensi pada diri siswa itu akan timbul apabila menyadari bahwa pengetahuan atau kompetensi yang diperoleh telah memenuhi standar yang telah ditentukan.

6. Penguatan

Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau negatif.

2.2.6 Pengaruh Motivasi terhadap Hasil Belajar

Pengaruh motivasi terhadap hasil belajar sangat penting karena selain menjadi faktor penyebab belajar, juga memperlancar hasil belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Motivasi belajar memiliki peranan yang sangat menentukan dan mendorong siswa untuk belajar dengan penuh perhatian dan konsentrasi dalam menerima pelajaran, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan oleh siswa yaitu hasil belajarnya yang ditunjukkan dengan prestasi belajar akan meningkat. Motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Semakin tinggi motivasi belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan semakin meningkat. Sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar maka hasil belajar yang dicapai akan semakin menurun. Siswa akan berhasil belajarnya kalau dalam dirinya ada kemauan untuk belajar, keinginan atau dorongan inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan, mengarahkan sikap dan pelaku individu dalam belajar.


(43)

Berdasarkan uraian di atas merujuk pada pendapat Sardiman dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah :

a. Minat terhadap pelajaran akuntansi b. Tekun menghadapi tugas akuntansi c. Ulet menghadapi kesulitan belajar d. Senang memecahkan soal akuntansi

2.3. Kompetensi Profesional Guru 2.3.1 Pengertian Guru

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pemdidikan menengah. Djamarah (2005:31), dalam pengertian yang sederhana Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushola, di rumah, dan sebagainya. Ametembun dalam Djamarah (2005:32), menyatakan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Menurut Hamalik (2006: 36) guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang


(44)

memerlukan keahlian khusus sebagai sorang guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan (Uno, 2008: 15). Walaupun kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut diluar bidang kependidikan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang memiliki keahlian khusus dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik serta mempunyai jabatan profesional yang mempunyai wewenang tanggung jawab terhadap peserta didik baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

Syarat guru menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang tertuang dalam pasal 28 meliputi:

1. Pendidik harus memiliki kaulifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relavan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:

a. Kompetensi pedagogik b. Kompetensi kepribadian


(45)

c. Kompetensi profesional d. Kompetensi sosial

4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud di atas tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

2.3.2 Kompetensi Guru

Kompetensi menurut Mc. Leod dalam Usman (2006:14) merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang disyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Adapun kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Surya (2004:93) kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang dalam kaitan dengan suatu tugas tertentu. Kompetensi bersifat kompleks dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut.

Berdasarkan gambaran tersebut dapat disimpulkan, bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi guru adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus ada pada seseorang agar dapat menunjukkan perilakunya sebagai guru (Surya, 2004:93).


(46)

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Satu kunci pokok tugas dan kedudukan guru sebagai tenaga profesional menurut ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) adalah sebagai agen pembelajaran (learning agent) yang berfungsi meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran guru memiliki peran sentral dan cukup strategis antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi

peserta didik.

Triyanto dan Titik Triwulan (2007: 71) berpendapat minimal ada dua parameter standar yang dijadikan rujukan bagi guru untuk keberhasilan dalam mengemban peran tersebut yaitu kualifikasi pendidikan dan kompetensi. Pasal 10 Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) menentukan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk


(47)

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta, sesama pendidik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenihi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Triyanto dan Titik Triwulan, 2007:72).

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2004: 12-13) menjabarkan kompetensi guru dikelompokkan menjadi 4 (empat) rumpun yaitu:

1. Penguasaan Bidang Studi

Pemahaman karakteristik dan substansi ilmu sumber bahan ajaran, pemahaman disiplin ilmu yang bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodologi ilmu yang berangkutan untuk memverifikasikan dan memantapkan pemahaman konsep yang dipelajari. 2. Pemahaman Peserta Didik

Pemahaman berbagai ciri peserta didik, pemahaman tahap-tahap perkembangan peserta didik dalam berbagai aspek dan penerapannya dalam mengoptimalkan perkembangan dan pembelajaran peserta didik. 3. Penguasaan Pembelajaran yang Mendidik

Pemahaman konsep dasar serta proses pendidikan dan pembelajaran, pemahaman konsep dasar dan proses pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta penerapannya dalam pelaksanaan dan pengembangan proses pembelajaran yang mendidik


(48)

Pengembangan intuisi keagamaan dan kebangsaan yang religious dan berkepribadian, pemilikan sikap dan kemampuan mengaktualisasikan diri, serta pemilikan sikap dan kemampuan mengembangkan profesionalisme kependidikan.

Menurut Triyanto (2006: 74), bahwa untuk dapat melaksanakan tugas professional dengan baik, guru harus memiliki sepuluh (10) kompetensi dasar yang meliputi:

1. Mengusai bahan

2. Mengelola program pembelajaran 3. Pengelolaan kelas

4. Penggunaan media dan sumber pembelajaran 5. Menguasai landasan-landasan pendidikan 6. Mengelola interaksi-interaksi pembelajaran

7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran

8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan sekolah 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

2.3.3 Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pengajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memehuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta


(49)

sikap yang mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. Merujuk pada hal tersebut, diperlukan guru yang efektif, yaitu guru yang dalam tugasnya memiliki kazanah kompetensi yang banyak (pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan) yang memberi sumbangan sehingga dapat mengajar secara efektif (Triyanto, 2006: 71).

Kompetensi profesional besar pengaruhnya terhadap kualitas dari guru itu sendiri pada saat melakukan pembelajaran. Guru agar dapat memiliki kompetensi profesional dituntut untuk selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, karena guru tidak hanya bermodalkan penguasaan materi saja tetapi guru harus memiliki ketrampilan dan kemampuan khusus pada saat melakukan pembelajaran.

Guru yang memiliki kompetensi profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode pembelajaran, disamping dapat terlihat pila pada tanggung jawabnya dalam melaksanakan pengabdiannya. Guru tersebut memiliki tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetansi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual dengan pengusaan perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang guru tersebut dalam mengajar. Tanggung jawab spiritual dan moral melalui penampilan guru


(50)

sebagai makhluk beragama yang senantiasa perilakunya tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.

Triyanto (2007: 76-80) mengindikasikan sub kompetensi yang ada dalam kompetensi professional guru yaitu:

1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya.

Guru dituntut untuk mengkaji substansi atau teori-teori dan mengkaji metodologi keilmuan bidang studi yang diampunya.

2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi.

Guru dituntut untuk dapat mengkaji struktur kurikulum bidang studi yang diampunya, mengkaji materi bidang studi dalam kurikulum, mengkaji bahan ajar bidang studi dan diharapkan mampu berlatih mengembangkan bahan ajar sesuai bidang studi yang diampu.

3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

Guru dituntut untuk mampu mengkaji berbagai jenis teknologi informasi dam komunikasi dalam pembelajaran. Memilih berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran secara kontekstual, dan terlatih menggunakan dan memanfatkan berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi.

Guru diharapkan dapat berlatih memilih substansi, cakupan, dan tata urut materi pembelajaran secara kontekstual dan berlatih mengidentifikasi


(51)

substansi materi bidang studi yang sesuai dengan perkembangan dan potensi peserta didik.

5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

Guru mengkaji hakekat penelitian tindakan kelas, berlatih mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan pembelajaran, berlatih menyusun rancangan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas, serta berlatih merancang upaya-upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

2.3.4 Pengaruh Kompetensi Guru Profesional terhadap Hasil Belajar

Menurut Soejana (2005:41) guru adalah salah satu faktor dominan atau paling penting yang mempengaruhi kualitas pembelajaran, namun guru akan menjadi faktor yang paling penting ketika mempunyai kompetensi profesional. Guru yang mempunyai kompetensi profesional baik diperkirakan akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik pula.

Menurut Hamalik (2006:36) proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulum, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbingnya. Guru yang kompeten akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan mampu mengelola kelasnya, sehingga dalam belajar para siswa berada pada tingkat yang optimal.

Kompetensi profesional merupakan salah satu faktor penentu mutu atau kualitas guru. Menurut Soewarso (2004), bahwa guru yang professional mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat membentuk peserta didik mendapatkan hasil belajar yang baik.


(52)

Proses pembelajaran dapat terlakasana dengan baik jika didukung oleh kompetensi professional yang dimiliki guru sesuai dengan pendapat Uzer Usman (2007: 43) bahwa proses belajar mengajar dan hasil belajar sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kemampuan guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada

tingkat optimal.

Guru sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap usaha pendidikan dengan pengajaran. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pembelajaran, khususnya mengenai masalah kurikulum dan peningkatan sumber daya yang dimiliki oleh siswa yang dihasilkan oleh pembelajaran yang sering bermuara pada faktor kemampuan guru. Uraian diatas menunjukkan bahwa guru dituntut untuk senantiasa berperan aktif dan eksis dalam dunia pendidikan. Keahlian dan kepribadian guru merupakan salah satu faktor yang sangat berperan sekaligus menjadi loncatan bagi siswa untuk meraih keberhasilan khususnya prestasi baik dari segi analisis maupun kemampuan mendayagunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Mengacu pada pendapat Triyanto tentang kompetensi profesional guru maka indikator dalam penelitian ini untuk variabel kompetensi profesional guru adalah :

1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya.


(53)

3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

4. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas

2.4. Lingkungan Sekolah

2. 4.1 Pengertian Lingkungan Sekolah

Menurut Supardi (2003:2),” lingkungan adalah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati ”. Menurut Yusuf (2001:54),”sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial”.

Berdasarkan pengertian diatas, lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya.

2.4.2 Unsur-Unsur Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi sosial diantara para anggotanya yang bersifat unik pula. Ini kita sebut kebudayaan sekolah. Menurut Ahmadi (1991:187) sekolah itu mempunyai beberapa unsur penting yaitu:


(54)

1. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, meubelier, perlengkapan yang lain).

2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.

3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.

4. Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah. Menurut Slameto (2003:64), ”faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standard pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah”.

1. Metode Mengajar

Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Untuk itu guru diharapkan berani mencoba metode-metode baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Metode-metode yang diterapkan diusahakan yang setepat, seefisien dan seefektif mungkin.

2. Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai


(55)

gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya.

3. Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib; kedisiplinan guru/ karyawan dalan administrasi dan kebersihan/ keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain sebagainya; kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya; serta kedisiplinan tim BP dalam pelayanan kepada siswa. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah, dan diperpustakaan. 4. Fasilitas Sekolah

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran, sehingga mempermudah belajar siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan lebih giat dan lebih maju.


(56)

2.4.3 Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Hasil Belajar

Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa merupakan iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa (Slameto, 2003: 64). Lingkungan belajar di sekolah merupakan situasi yang turut serta mempengaruhi kegiatan belajar individu. Hamalik, (2001: 195) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Slameto, (2003: 72) menyatakan lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Apalagi bila sekolah berhasil menciptakan suasana kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi per orang di sekolah berjalan baik, metode pembelajaran aktif interaktif, sarana penunjang cukup memadai, siswa tertib disiplin. Kondisi kondusif tersebut mendorong siswa saling berkompetensi dalam pembelajaran. Keadaan ini diharapkan membuat hasil belajar siswa akan lebih tinggi. Sebaliknya jika sekolah kurang dapat menciptakan suasana kondusif bagi proses pendidikan misalnya kurang dikembangkannya manajemen sekolah seperti disiplin sekolah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang kurang baik maka akan banyak ditemukan siswa yang bermasalah dalam perilaku sehingga prestasinya pun


(57)

kurang memuaskan. Berdasarkan penjelasan di atas jelas sudah, bahwa lingkungan sekolah sangat besar peranannya di dalam menentukan dan

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian-uraian diatas merujuk pada pendapat Slameto dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator lingkungan sekolah meliputi:

a. Metode mengajar

b. Relasi guru dengan siswa c. Disiplin Sekolah

d. Fasilitas sekolah

2.5. Lingkungan keluarga 2.5.1 Pengertian Lingkungan Keluarga

Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu dilahirkan sampai meninggalnya, sehingga antara lingkungan dan manusia terdapat hubungan timbal balik dalam artian lingkungan mempengaruhi manusia dan manusia mempengaruhi lingkungan.

Lingkungan fisik yang dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah buku, musium, toko, pasar, jalan, sungai sedangkan yang termasuk dalam contoh lingkungan sosial adalah keluarga dan masyarakat. Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar sebagai sumber belajar meliputi aspek manusia dan non manusia.

Menurut para ahli psikologi, lingkungan yang banyak memberikan sumbangan dan besar pengaruhnya terhadap proses belajar maupun


(58)

perkembangan anak adalah lingkungan keluarga. Karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan primer yang kuat pengaruhnya kepada individu dibandingkan dengan lingkungan sekunder yang ikatannya agak longgar. Selain itu keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Keluarga sebagai lingkungan belajar pertama sebelum lingkungan sekolah dan masyarakat, Ngalim Purwanto (2004:141) menyatakan “lingkungan pendidikan yang ada dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

1. Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama. 2. Lingkungan Sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua. 3. Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa anak menerima pendidikan pertama kali dalam lingkungan keluarga kemudian dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan kata lain tanggung jawab pendidikan anak terletak pada kerjasama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga sebagai lingkungan belajar pertama mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam menuntun perkembangan anak untuk menjadi manusia dewasa.

Untuk mengadakan pembahasan lebih lanjut tentang sumbangan dan peranan keluarga dalam mempengaruhi proses belajar dan perkembangan anak, maka perlu dikaji pengertian lingkungan keluarga. Pengertian lingkungan keluarga berasal dari kata lingkungan dan keluarga. Imam Supardi (2003:2) menyatakan “lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati”.


(59)

Menurut Abu Ahmadi (1991:167) menyebutkan “keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan anak yang mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinaan dan atau adopsi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam kelompok sosial kecil tersebut, yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan social karena adanya ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi.

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Keluarga

Menurut Slameto (2010:60-64), siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:

a. Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini dipertegas dengan adanya penjelasan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.

b. Relasi Antar Anggota Keluarga

Dalam hal ini yang terpenting adalah relasi antara orang tua dengan anaknya. Sebetulnya relasi ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik.


(60)

c. Suasana Rumah

Seorang anak dapat belajar dengan baik diperlukan suasana rumah yang tenang dan tenteram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasan/betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

d. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar itu hanya akan terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

e. Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Apabila anak sedang belajar jangan dihanggu dengan tugas-tugas di rumah.

2.5.3 Fungsi Keluarga

Menurut Soelaeman (1994:85-113) fungsi keluarga meliputi : a. Fungsi edukasi

Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumya.

b. Fungsi sosialisasi

Tugas keluarga dalam mendidik anaknya tidak saja mencakup pengembangan individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik.


(61)

c. Fungsi proteksi atau fungsi lindungan

Mendidik pada hakekatnya bersifat melindungi, yaitu melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik dan dari hidup yang menyimpang dari norma.

d. Fungsi afeksi atau fungsi perasaan

Orang tua dalam menghadapi dan bergaul dengan anak, hendaknya dapat memahami, menangkap dan turut merasakan apa yang anak rasakan serta bagaimana persepsi anak tentang orang tuanya sendiri dan tentang iklim dimana anak hidup.

e. Fungsi religius

Dalam fungsi religius ini, keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak serta anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama

f. Fungsi ekonomis

Fungsi ekonomis ini meliputi pencarian nafkah, perencanannya serta pembelanjaan dan pemanfaatannya.

g. Fungsi rekreasi

Pentingnya melaksanakan fungsi rekreasi oleh seluruh anggota keluarga karena dapat mengurangi ketegangan yang timbul, dapat menciptakan rasa tenteram dan damai serta kasih sayang kepada keluarga.

h. Fungsi biologis

Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan biologis anggota keluarga.


(62)

2.5.4 Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar

Menurut Pramuki (2006) Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sikap, tingkah laku, dan watak seorang anak banyak ditentukan oleh proses lingkungannya. Itulah sebabnya hal yang terpenting adalah proses awal atau dasar pembentukan anak tersebut, terutama dalam lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga. Dalam keluarga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak pada umumnya adalah orang tua yang terdiri ayah dan ibu. Segala kebutuhan anak yang berhubungan dengan pendidikan, orang tuanyalah yang memikirkan, memenuhi, dan mendukung sepenuhnya. Orang tua pun dapat membantu perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.

Slameto (2003: 62) menyatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting. Anak/siswa yang mengalami kesukaran– kesukaran dalam belajar dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar sebaik–baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi belajar anak. Orang tua dapat memberikan motivasi kepada anak – anaknya dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan memberikan fasilitas yang memadai sehingga anak-anaknya dapat belajar dengan baik sehingga hasil

belajarpun akan optimal.

Keadaan keluarga yang kurang harmonis, orang tua kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa dan keadaan ekonomi yang lemah atau berlebihan


(63)

Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan jelas akan memberikan pengaruh terhadap belajar siswa (Slameto, 2003: 60—64).

Keluarga diakui keberadaanya dalam pendidikan sebagai pendidikan informal (luar sekolah) yang peranannya tidak kalah penting dengan lembaga pendidikan formal. Demi keberhasilan anak, maka keluarga harus benar-benar memperhatikan kebutuhan belajar anak. Keluarga sebagai pusat pendidikan berfungsi sebagai sekolah kedua bagi anak. Faktor fisik dan psikologis dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak didik. Keperluan-keperluan utama anak didik dalam belajar sebaiknya diperhatikan oleh keluarga atau orang tua, karena akan membawa kelancaran atau sebaliknya jika keperluan anak didik tidak diperhatikan dengan demikian akan membawa buruknya proses belajar anak. Keluarga tidak utuh baik secara struktural maupun fungsional, kurang memberikan dukungan positif terhadap perkembangan belajar anak. Ketidak utuhan ini akan membawa ketidak seimbangan pelaksanaan tugas-tugas keluarga dalam memikul beban sosial psikologis keluarga.

Berdasarkan uraian-uraian diatas merujuk pada pendapat Slameto maka indikator dari lingkungan keluarga adalah :

1. Cara orang tua mendidik 2. Relasi antar anggota keluarga 3. Suasana rumah

4. Keadaan ekonomi keluarga 5. Pengertian orang tua


(64)

2.6 Penelitian Terdahulu

Peneliti menyajikan hasil-hasil penelitian sebelumnya seperti pada tabel di bawah ini untuk mendukung kerangka berfikir yang akan disusun peneliti.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Variabel Hasil penelitian 1. Pengaruh motivasi, metode

pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas X SMK Bina Negara Gubug Kabupaten Grobogan (Eni Asih/2007) Motivasi, metode pembelajaran, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, prestasi belajar

ada pengaruh motivasi, metode pembelajaran, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa.

2 Jersey Professional Standards

For Teachers and School Leaders. (William.L.Librera/2004) Standar profesional guru, standar profesional sekolah menyatakan tentang pentingnya standar guru

bahwa untuk meningkatakan hasil

belajar maka guru harus

memiliki standar kemampuan, seperti kemampuan untuk mempunyai pengetahuan yang luas, kemampuan untuk penggunaan teknologi, kemampuan dalam penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi, penciptaan lingkungan belajar yang produktif, kemampuan untuk menggunakan berbagai macam penilaian, kemampuan untuk bekerja dengan peserta didik yang lain, dan kemampuan yang kuat

untuk menjalin kemitraan dengan orang


(65)

3 Personal, Family, and Achademic Factors Affectng Low Achievment In Secondary School. Dalam Electronic Journalof Research In Educational

Psyhcology and Psychopedagogy. (Antonio

Lozano Diaz. /2002)

Pribadi, keluarga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik di sekolah menengah rendah

faktor motivasi, guru, faktor keluarga, adalah

faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar, dan motivasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap prestasi.

Dalam penelitian ini terdapat lima variabel yaitu kompetensi profesional guru, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga sebagai variabel bebas. Motivasi sebagai variabel perantara dan hasil belajar sebagi variabel terikat. Hasil penelitian terdahulu sebagian besar menyatakan bahwa variabel motivasi, kompetensi profesional guru, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar. Peneliti dalam hal ini juga melakukan penelitian dengan variabel tersebut untuk menguji kebenaran variabel motivasi, kompetensi profesional guru, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga juga berpengaruh terhadap hasil belajar jika di lakukan pada objek dan tempat yang berbeda yaitu di SMA N 12 Semarang.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu analisis data dan interpretasi skor, analisis Structural Equation Modeling (SEM) dan uji asumsi SEM yang terdiri dari uji normalitas dan outliers. Hal ini hampir sama dengan penelitan Eni Asih (2007) yang menggunakan teknik analisis data analisis deskriptis presentatif, Analisis SEM, uji asumsi SEM yaitu uji normalitas dan outlier. Penelitian William (2004) membahas tentang pentingnya standar guru dalam meningkatkan hasil belajar, bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai


(1)

Lampiran 14 Data NEM Siswa pada saat Masuk ke SMAN 12 Semarang Data NEM Siswa

No Nama Kelas NEM pada saat

masuk SMA

1 ADINDA PUTRI P XII-IPS 1 31,6

2 AFNAFIA R XII-IPS 1 32,3

3 AGUSTINA DWI F XII-IPS 1 29

4 AKHMAD DWI A XII-IPS 1 34,2

5 ANDRI SETYAWAN D XII-IPS 1 28,95

6 ARI CAHYANTO XII-IPS 1 35,15

7 ARISA DIAH R XII-IPS 1 30

8 ARISKA FAOZIANTO XII-IPS 1 31,25

9 ARTIA ISTUNINGSIH XII-IPS 1 33,6

10 BAGAS MAULANA S XII-IPS 1 33,4

11 CANDRA TEGUH MW XII-IPS 1 28,85

12 CHOLIS SEPTIAN HADI XII-IPS 1 28,05

13 DENI EKO S XII-IPS 1 26,3

14 DENI STIAWAN XII-IPS 1 29,7

15 DENNY PRASETYO XII-IPS 1 27,15

16 DIAH RATNA SARI XII-IPS 1 31,95

17 DIAN ADI S XII-IPS 1 32,85

18 ELLA RAHMAWATI XII-IPS 1 30,65

19 ENJASEGA PRAMUDYA XII-IPS 1 28,4

20 FARIZA PUJI Y XII-IPS 1 29,3

21 FETTYAGUSTINA XII-IPS 1 30,85

22 IDA INDRAYANI XII-IPS 1 31,6

23 ILYAB HANIF AS'ADI XII-IPS 1 33,3

24 JANU ADHE SAPUTRA XII-IPS 1 32,45

25 LU'LUUL FADHILAH XII-IPS 1 26,35

26 MUHAMMAD FAIZAL R XII-IPS 1 29,9

27 MUKHAROMAH XII-IPS 1 30,35

28 NOFIYANTO XII-IPS 1 30,2

29 NUR CHOLIDA M XII-IPS 1 31,4

30 NURUL ARESIANA C XII-IPS 1 33,6

31 OBY NIRBAYA M XII-IPS 1 29


(2)

33 RIGA LESTIKA S XII-IPS 1 29,85

34 SAPTO HARDONO XII-IPS 1 30,75

35 SELVI KURNIANINGRUM XII-IPS 1 29

36 SEPTI TRI ANDINI XII-IPS 1 28,9

37 SITI BAROKAH XII-IPS 1 28,55

38 SOLVI ARLISTA MP XII-IPS 1 31,4

39 SUGENG RIYADI XII-IPS 1 30,15

40 UCIK STIANINGSIH XII-IPS 1 28,8

41 UMI WULANDARI XII-IPS 1 31,2

42 WINDA AGUSTINA N XII-IPS 1 28,75

43 AKBAR HADI W XII-IPS 2 31

44 ARDIK RAHMAT K XII-IPS 2 30,75

45 ARYANTO XII-IPS 2 28,55

46 AZIZAH HARISANI XII-IPS 2 31,4

47 BAMBANG SULISTIYONO XII-IPS 2 30,15

48 BAYU HUDA KURNIA XII-IPS 2 31,6

49 CANDRA SULISTIYANTO XII-IPS 2 30,95

50 DEDEN TRISNO A XII-IPS 2 28,55

51 DEFI SEPTIANA XII-IPS 2 29,4

52 DHIAZ CAHYO AP XII-IPS 2 29,8

53 DIAH RAHMAWATI XII-IPS 2 30,95

54 DIAN ANGGUN PR XII-IPS 2 30,4

55 DIAN EKO S XII-IPS 2 30,7

56 DIANA KUSUMANINGRUM XII-IPS 2 29,45

57 ENDAH DWI E XII-IPS 2 28,8

58 ERIKA MAITASARI XII-IPS 2 30,95

59 ERY WIDYANTO XII-IPS 2 31,15

60 FATHONA ASARI XII-IPS 2 28,25

61 FERRY BAGUS HELMAWAN XII-IPS 2 29,3

62 FITRIDEWI P XII-IPS 2 29,5

63 GALANG SWASTA D XII-IPS 2 31,45

64 ISNAEN YUSUF XII-IPS 2 31,5

65 ISPRIYANDANI KUSUMADEWI XII-IPS 2 28,6

66 JODI SETIAWAN XII-IPS 2 31,75

67 LAELY MUBARIDAH XII-IPS 2 30,05

68 MIFTAHUL ISTIQOMAH XII-IPS 2 30,6


(3)

70 NUR ROHMAH H XII-IPS 2 39,5

71 NURUL ITIMAWAR XII-IPS 2 39

72 OKY FRESA XII-IPS 2 29,4

73 RAGIL RESTU M XII-IPS 2 26,3

74 RECKY FEBRY P XII-IPS 2 27,15

75 RIAN DIAH P XII-IPS 2 35,15

76 RISKY LATIF R XII-IPS 2 30,2

77 SITI NUR HIDAYAH XII-IPS 2 29,9

78 SOLEH SOLIKIN XII-IPS 2 31,4

79 SRI REJEKI H XII-IPS 2 28,3

80 VIVIN RIESTANTI XII-IPS 2 31,4

81 WINGKAN PAMBUDI XII-IPS 2 35,85

82 YOLLA ANIS S XII-IPS 2 28,25

83 ZAINAL MUSTOFA XII-IPS 2 26,8

84 ZIDNI MAULANA XII-IPS 2 27,35

85 ACHMAD SYAIFUL SOFIAN MD XII-IPS 3 34,3

86 ADHITYA WALUYA N XII-IPS 3 28,8

87 ADITYA BUDI P XII-IPS 3 31,8

88 ADITYA ILHAM P XII-IPS 3 36,5

89 AFDATUL FARIDA XII-IPS 3 29

90 AHAN ARGARADIAN XII-IPS 3 28,8

91 ANNAAS MAULANA B XII-IPS 3 29,45

92 ARI SUGIRI P XII-IPS 3 28,5

93 BENEDICTARENVIANANDA L XII-IPS 3 30,3

94 DANIEL GRACE C XII-IPS 3 30,85

95 DANU JIWAP XII-IPS 3 27,4

96 EDY SANTOSA XII-IPS 3 30,05

97 FARIKHATUL AZIZAH XII-IPS 3 33,2

98 HANNUNG SUDARWANTO XII-IPS 3 28,45

99 HENDRIKWIDYANTO XII-IPS 3 26,85

100 HERI APRIYANTO XII-IPS 3 29,6

101 HESTY ALHIDA SARY XII-IPS 3 30,7

102 IRFAN DWI S XII-IPS 3 33,7

103 IRMAWATI XII-IPS 3 41,3

104 KARINDA MUHAMAD XII-IPS 3 34,55

105 KUNCORO AJI P XII-IPS 3 29,35


(4)

107 LIIL AZNUL XII-IPS 3 28,65

108 MAYA PERMATASARI XII-IPS 3 31,4

109 MUHAMMAD FAJAR ANAS XII-IPS 3 29,75

110 NINDI ASHARIANI W XII-IPS 3 27,25

111 NUGROHO WISNU M XII-IPS 3 29,25

112 NUR HIDAYANTI C XII-IPS 3 30,4

113 RAZZAK RASIDI XII-IPS 3 29,4

114 RESAL ADI W XII-IPS 3 30,15

115 RETNO HARDINI S XII-IPS 3 29,3

116 RINA SITIWATI XII-IPS 3 29,5

117 RIYANA SEPTIYORINI XII-IPS 3 31,55

118 RIZKI NOR AFIFI XII-IPS 3 32,85

119 SAEFUL AMRIAMSYAH XII-IPS 3 30,65

120 SAHRUL BUDI S XII-IPS 3 32,4

121 SATYO PRANOWO DN XII-IPS 3 31,65

122 SEPTIANI MARIANA XII-IPS 3 28,9

123 SRI EKA S XII-IPS 3 33

124 SUNARWOKO XII-IPS 3 28,45

125 TRI MUSAROFAH XII-IPS 3 33,7


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI GURU, LINGKUNGAN KELUARGA, LINGKUNGAN MASYARAKAT, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1

1 8 208

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU AKUNTANSI DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA N 1 BERGAS KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2012 2013

0 14 159

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL GURU, FASILITAS BELAJAR, DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SEMARANG

0 7 175

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XII IPS DI MA YASPIA NGROTO TAHUN AJARAN 2010 2011

0 11 138

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA, CARA BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA N 1 CEPIRING KABUPATEN KENDAL TAHUN AJARAN 2011 2012

0 5 204

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 BANJARNEGARA TAHUN 2010 2011

1 11 131

Pengaruh Motivasi Belajar, Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Ajaran 2010 2011

2 12 185

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XII IPS SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 8 86

PENGARUH KESULITAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI Pengaruh Kesulitan Belajar Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS Sma Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013.

0 3 18

PENGARUH KESULITAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI Pengaruh Kesulitan Belajar Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS Sma Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 13