Simulasi Hasil perhitungan up link Tabel 6. Simulasi Hasil perhitungan XPDR budget.

Tabel 4. Simulasi Hasil perhitungan up link Tabel 6. Simulasi Hasil perhitungan XPDR budget.

Utility budget. OUTPUT DATA

Output Data

Value Unit ITEM

Up&Dn

of 1368 684 Carrier Up

Fd T

XPDR No

dBW

Utility Equal

Carrier Link

EIRP

UPLINK

Carrier(s) Uplink Path

BUDGE T

Untuk output data Xpdr Utility memiliki Satellite G/T

dB/ o

empat parameter yakni No of Equal Carrier(s), C/N Uplink

dB % Utility S/C Power Required/Cxr, % Utility S/C Bandwidth Required/Cxr Operational

Untuk Output Data uplink Budget Limitation. Untuk parameter No of Equal memiliki empat parameter yakni Carrier

Carrier(s) memiliki jumlah carrier sebesar Uplink EIRP, Uplink Path Loss, Satellite G/T

1368 carrier dengan 684 link. Kemudian untuk dan C/N uplink. Pada parameter Carrier Uplink

parameter % Utility S/C Power Required/Cxr EIRP memiliki nilai pada posisi clear sky

memiliki nilai 0,073067283595 %, lalu % sebesar 35,91 dBW. Kemudian pada parameter

Utility S/C Bandwidth Required/Cxr memiliki Uplink Path Loss memiliki nilai sebesar 199,60

nilai sebesar 0,005562500000 %. Dan yang dB. Lalu pada Satellite G/T memiliki nilai pada

terakhir parameter Operational Limitation posisi clear sky sebesar 1,06 Db/ o K, dan yang

dengan Power Limited.

terakhir yakni parameter C/N Uplink memiliki

4.2. Efisiensi Bandwidth

nilai pada posisi clear sky sebesar 36,94 dB.

a. Jumlah Carrier Yang Dihasilkan

Tabel 5. Simulasi Hasil perhitungan

Pada output data bagian transponder

downlink budget.

utility, menunjukkan jumlah carrier yang dihasilkan oleh nilai input data rate yang

merupakan hasil perhitungan jumlah bit yang PARAMETE Up&Dn UNI digunakan menu yang paling banyak

OUTPUT DATA

ITEM R

menggunakan bandwidth yakni menu transfer Carrier Dn

Fd T

dB pada input nomor rekening BRI. Nilai yang

dihasilkan dari hasil perhitungan jumlah bit Downlink Path

EIRP

menu ATM yakni sebesar 144 bit, kemudian

dB

DOWNLI

Loss dilakukan proses Forward Error Correction

NK

Clear Sky E/S o dB/ (FEC) pada nilai 144 bit tersebut dengan Innier

G/T

Code Rate yang digunakan adalah 1/2 dan

BUDGET

Degradation in header sebesar 60 byte serta frame pembuka

dB

G/T dan frame penutup masing masing sebesar 8 bit C/N Downlink

dB sehingga nilai yang dihasilkan dari proses Forward Error Correction yakni sebesar 712

Untuk Output Data downlink Budget bit. Dengan jumlah data rate sekecil itu dapat menghasilkan jumlah carrier sebanyak 1368

memiliki empat parameter yakni carrier downlink EIRP, Downlink Path Loss, Clear

carrier dengan bandwidth transponder sebesar Sky E/S G/T, Degradation in G/T dan C/N

36,00 MHz.

downlink. Pada parameter carrier downlink

FRAME

HEADER

DATA ERROR CORRECTION

FRAME

EIRP memiliki nilai pada posisi clear sky sebesar 5,57 dBW. Kemudian pada parameter Downlink Path Loss memiliki nilai sebesar

195,93 dB. Lalu pada Clear Sky E/S G/T 8 Bit memiliki nilai pada posisi clear sky sebesar

31,26 dB/ o K. Kemudian pada parameter Gambar 5. Framing Data Rate Degradation in G/T sebesar 0,00 dB, dan yang

terakhir C/N downlink yakni sebesar 40,47 dB.

ISBN: 979-26-0280-1

166

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 Id paper: SM065

Tabel 7. Output Data XPDR Utility

Number Of Carrier

b. Perhitungan Bandwidth Minimal (BM)

105,263 KHz / Carrier

Hasil ini tidak sebanding dengan besar bandwidth yang disewa oleh Bank Mandiri, BCA, BNI dan BII untuk komunikasi data sebuah ATM. Hal ini merupakan pemborosan bandwidth dan sangat tidak efisien dalam segi biaya yang dilakukan oleh Bank Mandiri, BCA, BNI dan BII. Seharusnya bandwidth yang disewa bisa lebih kecil dari besar bandwidth yang sekarang dengan kebutuhan komunikasi yang paling besar hanya sekitar 712 bit dengan carrier yang dihasilkan sebanyak 1368 carrier sehingga lebih banyak mengampu jumlah ATM dalam 1 transpoder dengan kapasitas 36,00 MHz. Bandwidth yang disewa oleh ATM BNI yang hanya sebesar 64 Kbps bisa memproses komunikasi data yang paling banyak menggunakan bandwidth yakni pada menu transfer yakni dengan data rate sebesar 712 bit. Dibanding dengan bandwidth yang disewa oleh Bank Mandiri, BII dan BCA yakni 2 kali lipat dari bandwidth yang disewa ATM Bank BNI yakni sebesar 128 Kbps. Tentunya dalam hal ini Bank BNI lebih efisien dalam segi biaya dibanding Bank Mandiri, BII dan BCA karena komunikasi data yang paling banyak menggunakan bandwidth yakni sama

dengan Bank BNI yakni pada menu transfer dengan data rate yang sama juga yaitu sebesar 712 bit dengan jumlah carrier yang sama dengan jumlah carrier yang dihasilkan oleh ATM Mandiri, BCA dan BII yakni sebesar 1368 carrier.

Terlepas dari perbandingan efisiensi dari segi biaya pada kelima ATM yang diamati, tentunya seluruh ATM yang diamati yakni ATM Bank Mandiri, BCA, BII, BRI dan BNI sama-sama telah melakukan pemborosan dan tidak efisien dalam hal biaya karena jumlah data rate yang dihasilkan untuk memproses menu yang paling banyak adalah hanya sebesar 712 bps. Seharusnya jika memungkinkan bandwidth yang disewa besarnya bisa jauh dibawah dari besar bandwidth yang disewa sekarang yakni hanya sekitar 712 bps, karena dengan bandwidth sekecil itu tentunya sudah bisa menangani kebutuhan sebuah menu yang paling banyak menghasilkan data rate dalam hal ini menu transfer yang hanya menghasilkan data rate sebesar 712 bit.