34
juga ukuran kepedulian sosial dan pelestarian lingkungan. Ketiga faktor tersebut dikenal dengan Triple-P 3P yaitu people, profit and planet.
Konsep 3P mengimplikasikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu konsep yang mewajibkan perusahan untuk memenuhi dan
memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang dimaksud diantaranya adalah para karyawan buruh,
kustomer, komunitas lokal, pemerintah, maupun lembaga swadaya masyarakat. People menekankan pentingnya praktik bisnis suatu perusahaan yang mendukung
kepentingan tenaga kerja, memperhatikan kesehatan dan pendidikan bagi tenaga kerja. Planet berarti mengelola dengan baik penggunaan energi terutama atas sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui, mengurangi hasil limbah produksi dan mengolah kembali menjadi limbah yang aman bagi lingkungan, mengurangi emisi
CO2 ataupun pemakaian energi merupakan praktik yang banyak dilakukan oleh perusahaan yang menerapkan konsep 3P Elkington, dalam Wibisono, 2007:32.
Triple Bottom Line digunakan sebagai kerangka atau formula untuk mengukur dan melaporkan kinerja perusahaan mencakup parameter ekonomi, sosial dan
lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan setiap pemangku kepentingan guna meminimalkan gangguan atau kerusakan pada manusia dan lingkungan dari berbagai
aktivitas perusahaan. Keberadaan pemangku kepentingan bisa hadir sebagai penunjang keberhasilan tanggung jawab sosial perusahaan ataupun sebaliknya, jika
proses sinergi di antara para pelaku tersebut tidak dilakukan.
2.3.5 International Organization for Standardization 26000
Pada bulan September 2004, International Organization for Standardization sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang
Universitas Sumatera Utara
35
berbagai pihak untuk membentuk tim yang membidani lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama International
Organization for Standardization 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. International Organization for Standardization 26000 menyediakan
standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat
baik di negara berkembang maupun negara maju. International Organization for Standardization 26000 memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung
jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara: 1.
Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya.
2. Menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-prinsip menjadi
kegiatan yang efektif. 3.
Memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.
International Organization for Standardization 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari
keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat, memperhatikan kepentingan dari para stakeholder, sesuai hokum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional, terintegrasi
di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa http:rahmatullah.banteninstitute.org201005masalahpengelolaan
programcorporate.html .
Universitas Sumatera Utara
36
2.3.6 Model Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Inti pelaksanaan tanggung jawab sosial oleh suatu perusahaan adalah dengan membangun kerjasama antara perusahaan dengan pihak-pihak yang menjadi
pemegang kepentingannya. Langkah awal yang wajib ditempuh oleh suatu perusahaan adalah mengetahui siapa saja pihak pemegang atau pemangku
kepentingan perusahaannya, dan apa saja yang menjadi indikator kepuasan tiap-tiap pemegang kepentingan. Pada umumnya sikap dan tindakan pemangku kepentingan
berorientasi pada indikator kepuasan tersebut. Latar Belakang munculnya pemikiran mengikutsertakan unsur pemerintah
dalam model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, adalah bahwa pemerintah sebagai personifikasi negara memiliki kepentingan dan komitmen yang
kuat dalam mensejahterakan masyarakat. Tanggung jawab sosial sebagai suatu kewajiban perusahaan dianggap sebagai bagian dari performance perusahaan yang
secara menyeluruh telah diatur dalam hukum, dimana pemerintah merupakan pihak yang memiliki kepentingan dan komitmen atas berlakunya hukum.
Saidi dan Abidin mengemukakan sedikitnya ada empat model atau pola yang secara umum dapat dilaksanakan di Indonesia, sebagai berikut:
1. Model keterlibatan langsung
Perusahaan sendiri yang secara langsung mengimplementasikan program tanggung jawab sosial perusahaaan.
2. Model yayasan atau organisasi sosial perusahaan
Perusahaan sendiri mendirikan yayasan atau organisasi sosial.
Universitas Sumatera Utara
37
3. Model bermitra dengan pihak lain
Pihak perusahaan melakukan kerjasama dengan organisasi lain, dimana organisasi mitra kerjasama tersebut secara langsung mengelola pelaksanaan
program tanggung jawab sosial perusahaan. 4.
Model mendukung atau bergabung dalam suatu konsortium Sejumlah perusahaan bekerjasama mendirikan organisasi sosial dan secara
langsung bertanggung jawab dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan Saidi dan Abidin, dalam Siagian dan Suriadi, 2010:78.
Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yang memiliki efektivitas yang tinggi hanya dapat dicapai jika pelaku usaha tidak lagi berperan hanya sebagai
dermawan. Sikap tersebut hanya akan berdampak negatif, yaitu melestarikan ketergantungan pada uang kontribusi. Pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan, semestinya dapat dibangun suatu relasi dalam bentuk mitra kerja antara perusahaan dengan masyarakat setempat dalam upaya mencapai tujuan bersama
Siagian dan Suriadi, 2010:78.
2.3.7 Sistematika Tahapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan