Perilaku Sadar Gizi Keluarga Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

dalam program penimbangan balita sebanyak 4-6 kali selama enam bulan terakhir. Namun masih ada keluarga yang dikategorikan tidak baik sebesar 30,2. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa balita yang tidak mengikuti penimbangan sebanyak 4-6 kali dipuskesmas, karena balita tersebut merupakan kasus baru yang ditemukan kurang dari empat bulan terakhir. Serta terdapat beberapa alasan keluarga tidak menimbangkan balitanya keposyandu antara lain: ibu tidak mengetahui jadwal posyandu, jarak posyandu dengan rumah jauh, anak sedang sakit sehingga ibu tidak membawa keposyandu, serta banyaknya kesibukan lain yang menyebabkan ibu tidak sempat membawa balitanya keposyandu. Dari hasil wawancara, juga dapat diketahui bahwa ibu sudah mengetahui manfaat penimbangan, namun kepedulian ibu terhadap pemantauan pertumbuhan balita masih kurang.

5.1.2 Perilaku Sadar Gizi Keluarga Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan merupakan perilaku KADARZI lain yang diamati dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa semua balita gizi kurang dan gizi buruk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang tidak ada yang mendapatkan ASI secara eksklusif selama enam bulan. Sementara menurut Roesli 2008 bahwa seharusnya pada usia 0-6 bulan bayi hanya diberi ASI saja karena sistem pencernaan bayi belum dapat bekerja dengan sempurna. Pemberian makanan padattambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dalam satu bulan terakhir dari 43 balita, terdapat 8 balita 18,6 yang menderita Universitas Sumatera Utara penyakit ISPA, 16 balita 37,2 mengalami diare, dan 11 balita 25,6 yang mengalami ISPA dan diare. Adriani dan Wirjatmadi 2012 juga menyatakan bahwa morbiditas bayi akibat infeksi saluran pernafasan dan pencernaan pada bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih jarang dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Karena ASI mengandung macam-macam substansi anti- infeksi yang melindungi bayi terhadap infeksi, terutama apabila kebersihan lingkungan yang tidak baik. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa ibu memberikan air putih atau susu formula pada balitanya dengan alasan ASI tidak keluar maupun produksi ASI yang tidak cukup. Alasan lain ibu tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan ibu merasa bahwa ASI dianggap kurang memadai sebagai makanan bayi sehingga biasanya setelah umur tiga bulan, bayi diberi makanan lain seperti bubur nasi atau pisang yang telah dilumatkan kemudian disulang ke mulut bayi. Umumnya ibu beranggapan bahwa anak yang menangis terus dianggap anak belum kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata bahwa anak lapar. Belum lagi masih banyak anggapan di masyarakat seperti orang tua terdahulu bahwa anak tidak masalah apabila diberi makanan dan minuan lain sebelum usia enam bulan. Kurangnya kesadaran keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan manfaatnya untuk tumbuh kembang balita. Sebagaimana menurut Depkes RI 2007 bahwa pengetahuan sangat penting dalam menentukan bertindak atau tidaknya seseorang yang pada akhirnya sangat akan memengaruhi status kesehatan anggota keluarganya. Namun menurut Ridwan 2010, apabila ibu rajin mendengar informasi tentang gizi Universitas Sumatera Utara bukan mustahil pengetahuan gizinya bisa lebih baik. Hal ini juga didukung dari wilayah tempat tinggal ibu yang tidak jauh dari perkotaan, sehingga seharusnya ibu lebih cepat dan mudah untuk mendapatkan informasi-informasi gizi. Untuk mencapai sasaran KADARZI maka diperlukannya strategi dalam pelaksanaannya, salah satu strategi menurut Depkes RI 2007 yaitu dengan menyelenggarakan pendidikanpromosi gizi secara sistematis melalui advokasi, sosialisasi, Komunikasi Informasi Edukasi KIE dan pendampingan keluarga. Selain itu juga perlunya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas dan jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi.

5.1.3 Perilaku Sadar Gizi Keluarga Berdasarkan Makan Beraneka Ragam

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

0 0 19

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

0 0 2

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

0 0 12

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

0 0 38

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

1 1 7

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

0 2 45

GAMBARAN PERILAKU SADAR GIZI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LALANG TAHUN 2014

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) - Gambaran Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Yang Ada Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Gambaran Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Yang Ada Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.

0 0 7

GAMBARAN PERILAKU SADAR GIZI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

0 0 14