bukan mustahil pengetahuan gizinya bisa lebih baik. Hal ini juga didukung dari wilayah tempat tinggal ibu yang tidak jauh dari perkotaan, sehingga seharusnya ibu
lebih cepat dan mudah untuk mendapatkan informasi-informasi gizi. Untuk mencapai sasaran KADARZI maka diperlukannya strategi dalam
pelaksanaannya, salah satu strategi menurut Depkes RI 2007 yaitu dengan menyelenggarakan pendidikanpromosi gizi secara sistematis melalui advokasi,
sosialisasi, Komunikasi Informasi Edukasi KIE dan pendampingan keluarga. Selain itu juga perlunya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas dan
jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi.
5.1.3 Perilaku Sadar Gizi Keluarga Berdasarkan Makan Beraneka Ragam
Salah satu tujuan diselenggarakannya program KADARZI adalah agar anggota keluarga berperilaku gizi seimbang. Anggota keluarga diharapkan dapat
mengkonsumsi makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan, dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan yaitu yang memenuhi tiga guna makanan yang
diperlukan oleh tubuh yaitu sebagai sumber tenaga karbohidrat dan lemak, sumber zat pembangun protein dan sumber zat pengatur vitamin dan mineral.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagaian besar kesadaran keluarga terhadap makan beraneka ragam dikategorikan tidak baik yaitu 58,1 dan
yang dikategorikan baik sebesar 41,1. Walaupun keluarga responden paling banyak mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayuran 2-3 x sehari, namun
masih ada keluarga yang mengkonsumsi lauk pauk dan sayuran kurang dari 2-3 x sehari, sedangkan untuk mengkonsumsi buah-buahan paling banyak dengan frekuensi
1 x seminggu atau lebih dari seminggu.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa alasan keluarga tidak mengkonsumsi sayuran 2-3 x sehari diantaranya karena banyak anggota keluarga yang tidak menyukai sayuran, untuk
mengkonsumsi lauk pauk ibu beralasan karena harga lauk seperti ikan dan daging relatif mahal, begitu juga keluarga tidak rutin mengkonsumsi buah dengan alasan
harga buah mahal. Tingkat pendapatan keluarga umumnya di bawah UMP Sumatera Utara tahun
2014 yaitu Rp 1.505.850 yang mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap makanan. Pendapatan merupakan faktor yang terpenting dalam menentukan kualitas
dan kuantitas hidangan keluarga, ini sesuai dengan pendapat Berg 1986 dalam Nazaruddin 2013 yang menyatakan bahwa semakin tinggi penghasilan, semakin
besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayur dan beberapa jenis bahan makanan lainnya. Salah satu strategi untuk mencapai sasaran
KADARZI yaitu dengan menggalang kerjasama dengan lintas sektoral dan kemitraan dengan swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM serta pihak lainnya dalam
memobilisasi sumber daya untuk penyediaan pangan rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga dan perbaikan asuhan gizi Depkes RI, 2007.
Adanya kebiasaan makan balita dalam sebagian keluarga yang hanya mengkonsumsi nasi dengan menambahkan kuah sayuran saja tanpa menambahkan
sayur dapat menyebabkan tidak terpenuhinya asupan gizi balita, walaupun keluarga tersebut termasuk kategori baik. Sementara menurut Adriani dan Wirjatmadi 2012
bahwa masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting, sehingga peran makanan yang bernilai gizi tinggi sangat penting seperti makanan yang mengandung
energi, protein terutama protein hewani, vitamin vitamin B kompleks, vitamin C,
Universitas Sumatera Utara
vitamin A, dan mineral Ca, Fe, Yodium, Fosfor, Zn untuk mencegah terjadinya gangguan gizi. Sebagaimana menurut UNICEF 1990 salah satu faktor yang
mempengaruhi rendahnya status gizi anak adalah karena makanan yang tidak seimbang atau kurangnya asupan makanan, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Penelitian ini juga dapat menggambarkan bahwa paling banyak jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yaitu 5-7 anggota keluarga, bahkan
ada yang berjumlah 7 anggota keluarga. Hal ini juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas asupan makanan keluarga. Apabila besar keluarga semakin banyak, maka
kebutuhan pangannya akan semakin banyak pula. Besar keluarga juga akan mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang tersedia dalam keluarga. Pada taraf
ekonomi yang sama, pemenuhan kebutuhan makanan yang menjadi lebih mudah pada keluarga yang memiliki jumlah anggota yang lebih sedikit. Besar keluarga yang besar
dibarengi dengan distribusi makanan yang tidak merata akan menyebabkan anak dalam keluarga tersebut menderita kurang gizi Suhardjo, 2003 dalam Nazaruddin,
2013. Begitu juga dengan pernyataan Sediaoetama 2006 yaitu walaupun pangan yang dikonsumsi balita berkualitas baik namun apabila dikonsumsi dalam jumlah
yang jauh dibawah kebutuhannya, maka akan terjadi keadaan gizi kurang.
5.1.4 Perilaku Sadar Gizi Keluarga Berdasarkan Penggunaan Garam Yodium