Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perilaku KADARZI

agamamasyarakat, LSM, ormas, media massa, sektor swasta dan donor; 3 tingkat pelayanan kesehatan mencakup pelayanan preventif dan promotif, dan; 4 tingkat pemerintah mencakup adanya kebijakan pemerintah yang mendukung dan pelaksanaan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebagaimana hasil penelitian Nazaruddin 2013 bahwa pemberdayaan masyarakat berhubungan secara signifikan dengan praktek Kadarzi. Kepedulian kepala puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat melalui pemantauan secara langsung ke masyarakat baik pada waktu tugas maupun diluar tugas akan terjalin hubungan sosial antara kepala puskesmas dengan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama serta ibu PKK yang sangat menunjang tenaga kesehatan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan partisipasi masyarakat terutama dalam hal penerapan praktek Keluarga Sadar Gizi.

2.1.2 Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perilaku KADARZI

Perilaku gizi ditingkat keluarga merupakan salah satu manifestasi gaya hidup keluarga yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku gizi dikeluarga adalah faktor fisiologis umur, pendidikan pengetahuan gizi, pekerjaan, pendapatan, lingkungan hidup tempat tinggal dan besar keluarga, suku bangsa, kepercayaan dan agama budaya, sikap tentang kesehatan. Pada umunya dalam penerapan perilaku gizi keluarga di Indonesia ibu mempunyai peran dominan karena ibu bertanggung jawab penuh dalam penyediaan makanan bagi keluarga dan pola pengasuhan anak sehingga masing-masing individu dalam keluarga mengikuti perilaku gizi yang diterapkan oleh ibu terutama dalam konsumsi makanan dan pengasuhan anak Sediaoetama, 2008. Universitas Sumatera Utara

1. Umur Orang Tua

Orang tua muda terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima dengan senang hati tugasnya sebagai ibu sehingga akan memengaruhi pula terhadap kualitas dan kuantitas pengasuhan anak Hurlock, 1999 dalam Nazaruddin 2013.

2. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak. Menurut Suhardjo 1989 dalam Syafli 2011, keadaan tingkat pendidikan orang tua yang rendah terutama ibu berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam mengelola rumah tangga terutama pola konsumsi pangan sehari-hari. Sedangkan menurut Gabriel 2008 Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi gizi dan kesehatan anak. Sehingga orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih mengerti dan memperhatikan tentang pemilihan pengolahan pangan serta pemberian makan yang sehat dan bergizi bagi anggota keluarganya. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian Nazaruddin 2013 yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan praktek KADARZI. Universitas Sumatera Utara

3. Pengetahuan Orang Tua

Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satunya melalui pendidikan gizi sehingga akan memperbaiki kebiasaan konsumsi pangan dirinya dan keluarganya. Tingkat pengetahuan ibu bermakna dengan sikap positif terhadap perencanaan dan persiapan makan. Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka semakin positif sikap ibu terhadap gizi makanan. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebab penting gangguan gizi Suhardjo, 2003 dalam Ridwan, 2010. Sebagaimana hasil penelitian Nazaruddin 2010 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dan perilaku kadarzi pada keluarga balita. Tingkat pengetahuan ibu bermakna dengan sikap positif terhadap perencanaan dan persiapan makan. Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka semakin positif sikap ibu terhadap gizi makanan. Masalah gizi selain merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung perilaku hidup sehat. Pengetahuan sangat penting dalam menentukan bertindak atau tidaknya seseorang yang pada akhirnya sangat akan mempengaruhi status kesehatan anggota keluarganya Depkes RI, 2007. Seseorang yang mempunyai pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang berpendidikan lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah kalau orang Universitas Sumatera Utara tersebut rajin mendengarkan informasi tentang gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik Ridwan, 2010.

4. Pekerjaan Orang Tua

Menurut Gabriel 2008 seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki waktu lebih banyak dalam mengasuh serta merawat anak dibandingkan ibu yang bekerja di luar rumah. Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan Sukarni, 1994. Salah satu penyebab terjadinya gizi kurang adalah karena status pekerjaan ibu sehingga ibu yang bekerja di luar rumah cenderung menelantarkan pola makan keluarganya sehingga mengakibatkan menurunnya keadaan gizi keluarga, hal ini akan berakibat pada keadaan status gizi anggota keluarga terutama anak-anaknya Apriadji, 1996 dalam Nazaruddin, 2013.

5. Pendapatan Orang Tua

Pendapatan merupakan faktor yang terpenting menentukan kualitas dan kuantitas hidangan keluarga. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayur dan beberapa jenis bahan makanan lainnya Berg, 1986 dalam Nazaruddin, 2013. Menurut Madihah 2002 dalam Nazaruddin 2013 pada umumnya bila pendapatan keluarga meningkat maka kecukupan gizi keluarga akan meningkat. Namun, pendapatan tinggi tidak menjamin untuk mendapatkan gizi yang cukup, jadi kemampuan membeli makanan tidak menjamin untuk dapat memilih makanan yang baik. Universitas Sumatera Utara

6. Besar Keluarga

Pada keluarga yang sangat miskin, pemenuhan kebutuhan makanan akan lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang sedang tumbuh dari suatu keluarga miskin adalah yang paling rawan terhadap gizi kurang diantara semua anggota keluarga, anak yang paling kecil biasanya yang paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi semacam ini sering terjadi sebab seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang tumbuh memerlukan pangan relatif lebih tinggi daripada golongan yang lebih tua. Tahun- tahun awal masa kanak-kanak yaitu pada umur 1-6 tahun berada dalam situasi yang rawan Suhardjo, 1989 dalam Gabriel, 2008.

7. Keaktifan Kader

Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan asuhan gizi ditingkat keluarga belum memadai. Oleh sebab itu perlunya peran kader dalam upaya pemberdayaan yaitu dengan melakukan pendampingan pada keluarga yang bermasalah dengan gizi teruatama keluarga yang mempunyai balita dan ibu hamil. Pendampingan keluarga KADARZI adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing dan memberikan kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi masalah gizi yang dialami Depkes RI, 2007.

2.1.3 Indikator Keluarga Sadar Gizi KADARZI

Indikator Keluarga Sadar Gizi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi keluarga. Menurut Depkes 2007, ada lima indikator KADARZI yang meliputi: Menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir Universitas Sumatera Utara sampai umur enam bulan ASI eksklusif, makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, memberikan suplemen gizi kapsul vitamin A pada balita sesuai anjuran.

1. Menimbang berat badan secara teratur

Tujuan dari penimbangan secara teratur yaitu untuk mengetahui perubahan berat badan dalam menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan, dengan mengetahui perubahan berat badan yang terjadi keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya serta mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau dengan bantuan petugas. Cara memantau berat badan anak: a. Anak dapat ditimbang di rumah atau di posyandu atau di tempat lain, b. Berat badan anak dimasukkan ke dalam KMS, c. Bila grafik berat badan KMS Naik sesuai garis pertumbuhnnya, berarti anak sehat, bila tidak naik berarti ada penurunan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan dan perlu ditindak lanjuti oleh keluarga atau meminta bantuan petugas kesehatan. Berat badan balita dapat dipantau dengan melihat catatan penimbangan pada KMS selama enam bulan terakhir yaitu bila bayi berusia 6 bulan ditimbang empat kali atau lebih berturut-turut dinilai baik dan jika kurang dari empat kali dianggap belum baik. Bila bayi 4-5 bulan ditimbang tiga kali atau lebih dinilai baik dan jika kurang dari tiga kali dinilai belum baik. Bila bayi berusia 2-3 bulan ditimbang dua kali atau lebih berturut-turut dinilai baik dan jika kurang dinilai belum baik, dan pada Universitas Sumatera Utara bayi yang masih berumur 0-1 bulan, baik jika pernah ditimbang dan belum baik jika tidak pernah ditimbang Depkes RI, 2008. Menurut penelitian Sihotang 2009 menunjukkan bahwa dari 66 keluarga responden yang diteliti kesadaran keluarga terhadap gizi berdasarkan indikator penimbangan yang dikategorikan baik hanya sekitar 40,90 dan kategori tidak baik sebesar 59,10. Ada beberapa alasan keluarga tidak menimbangkan balitanya antara lain: anak sudah mendapat imunisasi lengkap sehingga ibu merasa tidak perlu membawa anaknya ke posyandu dan alasan bekerja bagi keluarga petani juga sangat mempengaruhi responden mengikuti penimbangan. Kemungkinan hal tersebut di atas dipengaruhi oleh kurang pengetahuan masyarakat tentang manfaat penimbangan.

2. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan ASI

Eksklusif ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam- garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayi atau anak Winarno 1995 dalam Syafli 2011. Air Susu Ibu ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, sebab memenuhi syarat-syarat kesehatan. ASI mengandung semua nutrient untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan Adriani dan Wirjatmadi, 2012. ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi, sejak lahir sampai bayi berusia enam bulan tanpa minuman dan makanan lain selain ASI. Pentingnya memberikan ASI secara eksklusif pada bayi baru lahir sampai usia enam bulan dan terus memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan telah memiliki bukti yang kuat. Universitas Sumatera Utara Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif menunjukkan perkembangan sosial dan kognitif yang lebih baik dari bayi yang diberi susu formula Michael S. Kramer, et al, 2003 dalam BAPPENAS, 2011. Begitu juga hasil penelitian Karolina,dkk 2009 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara memberikan ASI Eksklusif dengan status gizi balita. Pemberian ASI juga memberi manfaat yang besar bagi ibu yaitu mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mencegahmengurangi terjadinya anemia, menunda kembalinya kesuburan ibu sesudah melahirkan sehingga dapat menjaga waktu hingga kehamilan berikutnya, membantu rahim kembali ke ukuran semula, mempercepat penurunan berat badan seperti sebelum hamil, mengurangi kemungkinan menderita kanker ovarium dan payudara, lebih ekonomis, serta tidak merepotkan Zahraini, 2009. Saat pemberian ASI, ibu sangat memerlukan dorangan secara aktif dan dukungan emosional dari praktisi pelayanan kesehatan dan anggota keluarga agar berhasil memberikan ASI pada bayinya. Pemberian ASI merupakan praktik yang unik dan bukan hanya memberikan asupan nutrient dan energi yang memadai, tetapi juga asuhan psikososial melalui pembentukan ikatan kasih sayang dengan ibu dan kesehatan melalui unsur imunulogik pada ASI Gibney, dkk., 2009. Morbiditas bayi akibat infeksi saluran pernafasan dan pencernaan pada bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih jarang dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Karena ASI mengandung macam-macam substansi anti- infeksi yang melindungi bayi terhadap infeksi, terutama apabila kebersihan lingkungan yang tidak baik. Zat-zat anti infeksi dapat digolongkan dalam golongan Universitas Sumatera Utara spesifik dan nonspesifik. Responsi imunitas spesifik pada umumnya memerlukan kerja sama dengan zat non spesifik untuk menyingkirkan kuman atau virus dari tubuh Adriani dan Wirjatmadi, 2012. Program ASI ekslusif merupakan salah satu dari pelayanan kesehatan dasar cakupan program desa siaga aktif pada subbidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang termuat dalam standar pelayanan minimal, bahwa bayi usia 0-6 bulan hanya memperoleh ASI saja tanpa makanan pendamping ASI. Target pemerintah untuk program ASI ekslusif yaitu pada tahun 2015 jumlah bayi 0-6 bulan yang hanya mendapat ASI saja tanpa ada makanan pendamping yang lain yaitu sebesar 80 Depkes RI, 2008. Hasil penelitian yag dilakukan oleh Sihotang 2009 bahwa dari 66 responden yang diteliti diketahui bahwa kesadaran keluarga terhadap gizi berdasarkan indikator pemberian ASI eksklusif yang dikategorikan baik hanya 3,03, hal ini menunjukkan hampir seluruh responden tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Cara menyusui secara eksklusif: 1. Mulai memberikan ASI segera setelah lahir, 2. Jangan diberikan makananminuman lain sampai bayi berumur enam bulan, 3. Berikan ASI melalui payudara kiri dan kanan bergantian setiap kali menyususi, 4. Ibu menyusui perlu minum dan makan lebih banyak dengan menu seimbang.

3. Makan Beraneka Ragam

Makan beraneka ragam berarti pangan yang dikonsumsi memenuhi tiga guna makanan yang diperlukan oleh tubuh yaitu sebagai sumber tenaga karbohidrat dan Universitas Sumatera Utara lemak, sumber zat pembangun protein dan sumber zat pengatur vitamin dan mineral. Makanan beraneka ragam adalah mengkonsumsi makanan 2-3 kali sehari yang terdiri dari empat macam kelompok bahan makanan yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Pangan sumber tenaga terdiri dari makanan pokok yaitu padi-padian beras, jagung dan gandum, pangan sumber zat pembangun terdiri dari lauk pauk yaitu yang berasal dari bahan nabati kacang-kacangan, tempe, dan tahu dan pangan yang berasal dari sumber hewani telur, ayam, daging, dan susu serta hasil olahannya, pangan sumber zat pengatur berasal dari sayuran seperti sawi, kangkung, bayam, daun singkong, dan buah-buahan seperti apel, papaya, jeruk, jambu dll Khosman dan Anwar, 2008. Makanan yang beraneka ragam dapat memberikan manfaaat yang besar terhadap kesehatan. Hal itu karena zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam suatu jenis bahan makanan, akan di lengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan lain, demikian juga sebaliknya. Masing-masing bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang akan saling melengkapi, sehingga akan memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh Khosman dan Anwar, 2008. Selain itu, mengkonsumsi makanan beraneka ragam dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan juga dapat menurunkan risiko untuk terkena masalah gizi dan penyakit infeksi, sebagaimana hasil penelitian Sugimah 2009 yang menyatakan bahwa makan beraneka ragam memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. Saat ini penerapan makan beraneka ragam dimasyarakat belum begitu baik, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Sihotang 2009 bahwa dari 66 keluarga Universitas Sumatera Utara responden, diketahui bahwa kesadaran keluarga terhadap gizi berdasarkan indikator keanekaragaman makanan sebahagian besar dikategorikan tidak baik yaitu 90,90 dan yang dikategorikan baik hanya 9,10.

4. Menggunakan Garam Beryodium

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO 3 kalium iodat sebanyak 30-80 ppm. Sesuai dengan Keppres No.69 tahun 1994, semua garam yang beredar di Indonesia harus mengandung iodium Sari, dkk 2008. Fungsi Iodium dalam tubuh manusia yaitu untuk membentuk hormon tiroksin yang diperlukan oleh tubuh yang bermanfaat dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa Gabriel, 2008. Gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar gondok, pada ibu hamil dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan dalam pertumbuhan atau yang sering dikenal sebagai kretinisme. Kekurangan iodium pada anak-anak dapat menyebabkan kemampuan belajar yang rendah Almatsier, 2009. Untuk mengetahui garam yang digunakan oleh keluarga mengandung yodium atau tidak secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melihat ada tidaknya label garam beryodium atau melakukan test yodina. Disebut baik jika berlabel yodium dan bila ditest dengan yodina berwarna ungu, tidak baik jika tidak berlabel dan bila ditest dengan yodina warna tidak berubah Depkes RI, 2007 dalam Sihotang, 2009. Universitas Sumatera Utara Menurut BPS-UNICEF dalam Sihotang 2009 yodium merupakan salah satu mineral esensial hingga keadaan kekurangan akan menggangu kesehatan dan pertumbuhan, walaupun garam yang dibeli mengandung yodium yang cukup. Penanganan dan cara penyimpanan oleh rumah tangga yang kurang baik dapat menyebabkan kandungan yodium dalam garam berkurang bahkan bisa hilang. Hasil penelitian Sihotang 2009 terhadap garam yang digunakan oleh 66 keluarga responden dengan menggunakan test yodina dapat diketahui bahwa seluruh responden menggunakan garam beryodium. Namun pengetahuan responden tentang cara menggunakan garam beryodium masih kurang. Masih banyak responden yang menggunakan garam pada awalsaat proses pemasakan, menyimpan garam beryodium dengan meletakan pada wadah terbuka atau tetap pada plastik kemasan dengan kondisi terbuka. Menurut Zahraini 2009, yodium dalam garam dapat dipertahankan kualitasnya dengan penyimpanan dan penggunaan yang baik dan benar, seperti berikut: a. Disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan tidak terkena sinar matahari. b. Apabila garam disimpan dalam kemasan plastik pada kelembaban nisbi 70-80 maka dapat bertahan selama enam bulan, tetapi kandungan yodiumnya akan hilang sebanyak 7 tergantung dari ketinggian suatu daerah dari permukaan laut. c. Garam disimpan di tempat yang kering dan jauh dari sumber panas seperti kompor, karena garam bersifat higroskopis mudah menyerap air. d. Sebaiknya garam ditambahkan setelah selesai memasak karena yodium akan merosot drastis hingga 0 ppm ketika bercampur dengan cabai, merica, ketumbar Universitas Sumatera Utara dan terasi. Selain itu juga agar kerusakan yodium sebanyak 20 selama proses memasak bila dikurangi.

5. Memberikan Suplemen Gizi Kapsul Vitamin A Pada Balita

Suplemen adalah kombinasi dua atau lebih vitamin dan zat mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Suplemen dapat berupa gabungan dari berbagai macam vitamin atau zat lain seperti asam amino. Jenis suplemen tunggal bisa terdiri dari kalsium, zinc, vitamin, asam folat, dan lain-lain. Suplemen tidak diperlukan selama pengolahan makanan menerapkan pola gizi seimbang. Asupan gizi paling bagus adalah dari makanan Yokozu, 2009 dalam Damanik, 2011. Vitamin A merupakan zat gizi yang penting essensial bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Sumber vitamin A yang berasal dari bahan pangan adalah hati, kuning telur, susu di dalam lemaknya, mentega, sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan yang berwarna kuning jingga, seperti daun singkong, daun kacang, bayam, kacang panjang, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, dan jeruk Almatsier, 2009. Kurang Vitamin A KVA pada bayi dan anak balita dapat menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan resiko kebutaan, meningkatkan resiko kesakitan dan meningkatkan resiko anak terhadap penyakit infeksi seperti saluran pernafasan dan diare, meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan Almatsier, 2009. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin A pada bayi dan balita diperlukan penambahan kapsul vitamin A yang diberikan pada bulan Februari dan Agustus yaitu dengan pemberian vitamin A dosis tinggi 100.000 SI kapsul biru untuk balita umur Universitas Sumatera Utara 6-11 bulan dan vitamin A dosis tinggi 200.000 SI kapsul merah untuk balita umur 12-59 bulan yang dapat diperoleh di posyandu maupun di puskesmas Depkes RI, 2007.

2.1.4 Strategi KADARZI

Strategi untuk mencapai sasaran KADARZI menurut Depkes RI 2007 adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan fungsi dan peran posyandu sebagai wahana masyarakat dalam memantau dan mencegah secara dini gangguan pertumbuhan balita. 2. Menyelenggarakan pendidikanpromosi gizi secara sistematis melalui advokasi, sosialisasi, Komunikasi Informasi Edukasi KIE dan pendampingan keluarga. 3. Menggalang kerjasama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM serta pihak lainnya dalam mobilisasi sumber daya untuk penyediaan pangan rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga dan perbaikan asuhan gizi. 4. Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan suplementasi gizi terutama zat gizi mikro dan MP-ASI bagi balita GAKIN. 5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas dan jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi. 6. Mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pelayanan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi di puskesmas dan jaringannya. 7. Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui Pemantauan Wilayah Setempat Gizi, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi. Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Penilaian KADARZI

Menurut Depkes RI, 2004 cara menilai apakah suatu keluarga sudah Sadar Gizi adalah dengan melihat sebagai berikut: 1. Status gizi seluruh anggota keluarga khususnya ibu dan anak baik 2. Tidak ada lagi bayi berat badan lahir rendah pada keluarga 3. Semua anggota keluarga mengkonsumsi garam beryodium 4. Semua ibu memberikan hanya Asi saja pada bayi sampai umur enam bulan 5. Semua balita dalam keluarga yang ditimbangkan naik berat badannya sesuai umur 6. Tidak ada masalah gizi lebih dalam keluarga

2.2 Balita

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

0 0 19

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

0 0 2

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

0 0 12

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

0 0 38

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

1 1 7

Pemberdayaan Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014

0 2 45

GAMBARAN PERILAKU SADAR GIZI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LALANG TAHUN 2014

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) - Gambaran Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Yang Ada Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Gambaran Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Yang Ada Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.

0 0 7

GAMBARAN PERILAKU SADAR GIZI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

0 0 14