79
f. Informan Utama III
Nama : Kristin Orang tua Racha Cahaya
Jenis Kelamin : Perempuan
Status di Keluarga : Ibu dari Racha Cahaya
Usia : 52 Tahun
Agama :
Islam Suku
: Jawa
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan :
Wiraswasta Alamat
: Jln. Nusa Indah Gang. Kenanga
Ibu Kristin adalah seorang single parent atau orang tua tunggal yang bekerja dengan berjualan sembako. Ibu Kristin adalah orang tua dari penyandang
disabilitas tubuh bernama Racha Cahaya atau kerap dipanggil Raka. Ibu Kristin mengatakan bahwa Raka adalah anak yang baik dan periang. Tetapi semua
berubah semenjak Raka mengalami kecacatan. Raka menjadi anak yang minder, tidak percaya diri, kurang memiliki semangat, dan tidak mau bergaul dengan
orang lain. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu: “Dulu anak ibu si Raka ini gak kek gini orangnya, dia dulu periang, sukak
kemana-kemana main-main sama kawannya. Semenjak dia stress karna tinggal kelas lah, trus kena demam tinggi lah dia, lama-lama kakinya jalan diseret-seret,
trus udahlah gak bisa jalan lagi. Terpaksa dia harus pake kursi roda lah buat bisa jalan kesana sini. Itupun dia dirumah-rumah aja. Udah gak mau lagi dia ini
Universitas Sumatera Utara
80
main sama kawan-kawannya, katanya malu dia karna dia cacat itu. Padahal ibu bilang bukan karna cacat orang gak bisa hidupnya maju. Tapi dia kayak terpuruk
kali dengan kondisi dia yg kayak gini. Dia jadi minder, kurang semangat, gak mau bergaul sama orang lain. Dulu paling parah, pas awal-awal dia cacat, dia
sama sekali gak mau jumpa orang lain, kalo ada orang lain datang kerumah, trus disuruh nya ibu cepat-cepat ngantar dia ke kamar”.
Setiap hari ibu Raka selalu memberikan motivasi kepada Raka untuk bisa lebih percaya diri dan berani untuk berinteraksi dengan orang sekitar. Raka mulai
mengalami perubahan sedikit untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menyibukkan dirinya, seperti berternak ayam dan membuat kandang-kandang
ayam untuk dijual. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:
“Allhamdulillah Raka mulai agak-agak berubah sedikit demi sedikit, kan gak sia-sia ibu kasi masukan tiap hari ke dia biar dia berubah jangan terpuruk
gitu trus. Yah, dia bilang dia mau melihara ayam, yauda ibu kasi dia beberapa ayam trus lama-lama ayamnya makin banyak juga. Trus kadang dia buat
kandang-kandang ayam kalo ada yang pesan. Kan lumayan uangnya buat jajan dia. Setidaknya dengan gitu kan ada kesibukan dia, biar gak duduk-duduk aja
dia”. Suatu hari ibu Raka berjumpa dengan seorang ibu parubaya di kantor lurah
ketika Raka dan ibunya mengurus KTP Raka. Ibu parubaya tersebut memberikan informasi mengenai PSBD kepada Raka dan ibu Raka. Beliau juga tidak lupa
untuk memberikan nomor telepon agar Raka dan ibu Raka bisa menghubungi
Universitas Sumatera Utara
81
beliau jika Raka berniat untuk mengikuti bimbingan di PSBD. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:
“Waktu itu, ibu ngajak Raka ke kantor lurah buat ngurus KTP si Raka. Pas dikantor lurah itu, kami jumpa sama ada ibu yang udah tua, kira-kira udah
50an lah umurnya itu. Ibu itu cerita tentang PSBD sama kami, dia menjelaskan kek mana PSBD itu. Crita-critalah kami dikantor lurah itu, trus dikasinyalah
nomornya sama kami, supaya kalo misalnya si Raka niat masuk PSBD itu, kami hubungi aja ibu itu biar dia kawani kami kesana”.
Suatu hari Raka menanyakan bagaimana pendapat ibunya jika ia mengikuti bimbingan di PSBD tersebut. Ibu Raka setuju dengan keinginan Raka
untuk belajar di PSBD. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:
“Pernah dia nanya kek mana pendapat ibu kalo dia ikut bimbingan di PSBD itu. Ya ibu setuju lah sama keputusan dia, ibu pikir bagus itu untuk dia bisa
belajar disana”. Kemudian Ibu Raka, Raka dan ibu parubaya tersebut pergi untuk
mendaftarkan Raka ke PSBD. Raka mendaftar dan mengisi formulir, ia memilih bimbingan keterampilan service ponsel. Setelah itu, Raka mengikuti segala
kegiatan di PSBD. Selama Raka di PSBD, ibu Raka beberapa kali mengunjungi Raka untuk melihat bagaimana perkembangan dan kondisi Raka. Ibu Raka
mengatakan bahwa belai pernah kecewa dengan pelayanan PSBD. Saat itu Raka sakit sudah hampir seminggu, dan tidak dibawa kerumah sakit melainkan hanya
diberi obat saja. Dalam hal tersebut ibu Raka mengambil tindakan untuk kinta izin
Universitas Sumatera Utara
82
membawa Raka untuk dirawat dirumahnya. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:
“Ibu kan sering juga nelfon-nelfon si Raka nanya-nanya kabarnya gimana. Trus ibu juga kadang mau ngunjungi Raka kesana mau nengok gimna
kondisi dan perkembangannya gimana. Tapi ibu pernah kecewa liat pelayanan kesehatan PSBD ini, anak ibu sakit hampi seminggu tapi gak dibawa kerumah
sakit untuk berobat, malahan anak ibu Cuma dikasi obat aja. Terpaksa karna kasian ibu nengok kondisi Raka yang udah agak kurusn ibu liat, ibu permisikan
lah si Raka ini untuk ibu bawa pulang kerumah seminggu. Ibu rawatlah si Raka ini, ibu kasi dia puding. Udah membaik kondisi nya ibu antar lagi dia ke PSBD.
Nengok kejadian kek gitu terjadi sama anak ibu sendiri kan kecewa kali ibu rasa. Udah gitu si Raka pun pernah cerita kalo nasi disana pun katanya sering mentah
trus pernah katanya Raka makan ikannya ada yang berulat. Mendengar hal kek gitu dari anak ibu, pengen rasanya ibu bawa pulang aja dia. Tapi si Raka bilang
sayang kali pulang, biar lah dulu dia tahan-tahan katanya”. Setelah selesai melakukan bimbingan keterampilan di PSBD, Raka
kembali kerumah dan memulai kegiatannya dengan membuka usaha service ponsel. Namun usaha yang dijalankan Raka mengalami hambatan, sehingga ibu
Raka mengambil keputusan membuka usaha sembako kecil-kecilan untuk Raka. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:
“Begitu Raka balik dari PSBD memang Raka trus bukak usaha perbaikin handphone, cuma beberapa kali belanja untuk beli keperluan handphone yang
dibagusi jauh kali pulang pergi. Ibu pikir-pikir habis di ongkos uangnya, udah
Universitas Sumatera Utara
83
gitu untungnya pun jdi sedikit karna habis di ongkos itu. Jadi ibu pikir-pikir mending ibu bukakan aja kios kecil-kecilan di depan rumah ibu. Kebetulan yang
punya tanah baik ngasih harga tanahnya murah. Memang gak seberapa luasnya, tapi kan lumayan lah untuk tempat Raka jualan sama skalian Raka tinggal disitu
yak kan. Yodahlah, ibu bangun lah kios kecil itu, trus ibu belanjakan lah dulu dikit-dikit keperluan jualannya. Biarlah warung kami samping-sampingan, karna
paling berjarak 5 meter aja dengan warung ibu. Yang penting si Rakanya ada kegiatan”.
Ibu Raka mengatakan bahwa Raka banyak mengalami perubahan setelah selesai melakukan bimbingan di PSBD. Sikap Raka menjadi lebih percaya diri,
lebih semangat, dan tidak minder. Ibu Raka mengatakan Raka lebih rajin dan sudah bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Ada kutipan wawancara antara
peneliti dengan informan, yaitu: “Yah ibu tengok Raka banyak mengalami perubahan setelah balek dari
PSBD. Dia lebih kelihatan semangat untuk jualan, dulu kan isi jualannya masih sedikit, sekrang udah lumayan banyak dan udah bermacam-macam. Ibu tengok
dia udah pintar nyimpan-nyimpan uang hasil jualannya. Dari situ ibu perhatikan dia udah bertanggung jawablah dengan kerjanya. Raka juga bertanggung jawab
dengan ngebantu ekonomi keluarga. Dia mau kasi ibu uang buat belanja, dia mau ngasi ibu Rp15.000 kalo gak Rp18.000, jadi ibu pikir-pikir biaya untuk dirinya
sendiri udah lepas lah, gak ibu lagi yang nanggung. Dari segi itu ibu liat dia udah mandiri dan gak minder lagi trus udah mau juga gabung-gabung sama
Universitas Sumatera Utara
84
kawannya ngobrol-ngobrol. Pokoknya ibu bersyukurlah dengan kondisi dia yang udah banyak berkembang kek gini”.
g. Informan Kunci IV