84
kawannya ngobrol-ngobrol. Pokoknya ibu bersyukurlah dengan kondisi dia yang udah banyak berkembang kek gini”.
g. Informan Kunci IV
1. Nama
: Suhendri
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Status di Keluarga : Anak 4 dari 4 bersaudara
4. Usia : 26 tahun
5. Agama
: Islam
6. Suku : Jawa
7. Alamat : Jln. Marelan Pasar II Barat
8. Pendidikan : 3 SMK
9. Pekerjaan : Tukang Service Elektronika
10. Pekerjaan Orang tua: a.
Ayah : Tukang Door Smeer
b. Ibu
: Berjualan Sembako Suhendri adalah anak 4 dari 4 bersaudara, ia memiliki 3 kakak perempuan.
Teman-teman Suhendri kerap memanggilnya Hendri. Hendri bersekolah sampai ia tamat SMK, setelah itu ia bekerja di sebuah perusahaan kayu. Ia bekerja sudah
sekitar 3 tahun setelah ia tamat. Suatu hari Hendri mengalami kecelakaan kerja di tempat ia bekerja. Pada saat memotong kayu, tangan kirinya terpotong oleh mesin
pemotong kayu. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
85
“Kejadiannya pas ditempat kerjaku kak, pas aku motong kayu, tanganku terpotong trus tercampak 5 meter dari tempat aku diri kak. Trus darahnya
muncrat ke muka ku, aku ngerasa takut kali. Teriak-teriak aku minta tolong sama kawan-kawan kerjaku yang ada disitu juga, tapi oang itu gak ada yang berani
nolong aku. Mungkin orang itu juga ngerasa takut nengok apa yang terjadi samaku. Trus lari-lari lah aku ke kantor administrasi, disitulah baru ada
pertolongan sama ku. Dibawalah aku kerumah sakit, biaya rumah sakitku pun orang itu yang biayai. Tapi aku udh gak bisa kerja lagi kak dengan kondisiku
yang udah cacat gini. Pihak kerja cuma ngasi aku pesangon ajalah kak”. Setelah itu Hendri tidak bekerja lagi, ia hanya dirumah dan terkadang
membantu ayah untuk mendoorsmer kereta. Perilaku Hendri berubah sedikit setelah ia mengalami kecelakaan. Hendri merasa lebih minder untuk bergaul
dengan teman-temannya. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:
Semenjak itu aku gak kerja lagi kak, aku dirumah-rumah aja duduk-duduk. Kadang kalo bosbapak ku nyuruh aku mendoor smeer, aku bantu mendoor
smeer kak. Semenjak cacat ini jugalah aku jadi kurang mau bergaul sama kawan- kawan lagi kak. Aku ngerasa minder kak”.
Suatu hari, Hendri punya teman perempuan yang sering komunikasian dengannya lewat media sosial yaitu FbFacebook. Perempuan itu adalah mantan
penyandang disabilitas dari PSBD. Ia pelatihan di PSBD pada tahun 2012. Ia menjelaskan kepada Hendri semua tentang PSBD. Ada kutipan wawancara antara
peneliti dengan informan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
86
“Awalnya aku tau tentang PSBD dari kawan facebook ku kak. Di tengoknya mungkin fotoku udah cacat kak. Trus di tawarinya aku untuk
bimbingan di PSBD kak. Pernahlah kami jumpa sekali kak untuk bicara tentang PSBD ini, trus dijelaskannya lah sama ku kek mana PSBD. Dia dulu mantan dari
PSBD kak. Dia disana bimbingan tahun 2012 kak”. Sebelumnya Hendri tidak tertarik, namun setelah ia memikirkan masa
depannya, Hendri mengambil keputusan. Keputusan yang diambil Hendri di diskusikan terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya. Kemudian ayah dan
ibunya setuju akan keinginan Hendri. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:
“Memang awalnya aku gak tertarik kesana kak, Cuma kupikir-pikirkan juga masa depanku. Mau sampe kapan aku kek gini-gini trus, Cuma bergantung
sama orang tua aja. Yodahlah, kutanya aja sama bapak mamakku kak. Pertama kujelaskan dulu kek mana PSBD ini sama orang tuaku, trus kutanya kek mana
menurut bapak mamaku, setuju apa gak aku masuk PSBD. Ternyata orang tuaku mendukung keinginanku kak, yodahlah ini yang terbaik samaku”.
Hendri pun ditemani oleh teman perempuan tersebut untuk mendaftar ke PSBD. Hendri mendaftar dan memilih keterampilan Service Elektronik.
Kemudian Hendri mengikuti pelatihan di PSBD, di dalam hati Hendri berjanji untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Hendri pun mengikuti pelatihan dengan
baik, ia mengikuti kelas bimbingan dengan baik tapi terkadang ia mau ketiduran untuk masuk ke kelas bimbingan psikososial.
Universitas Sumatera Utara
87
Hendri juga merasa bahwa pegawai PSBD ramah. Akan tetapi untuk pelayanan makanan, Hendri merasa kecewa. Ia merasa masakan itu asal-asalan
dimasak, terkadang nasinya masih mentah, dan jenis masakan setiap harinya tidak bervariasi. Dalam hal pelayanan air, ia merasa air di PSBD kurang memadai atau
terbatas. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu: “Pegawai-pegawai di PSBD ramah-ramah kak. Tapi itulah, pelayanan
makanan di PSBD itu kecewa kali aku kak. Nasinya sering mentah kak, udah gitu masakannya gak bervariasi, yang awak makan itu-itu aja. Pelayanan untuk air
pun gak memadai, sering kali air di asrama kami mati”. Hal tersebut tidak membuat Hendri untuk menyerah atau pulang
kerumahnya, ia tetap mengikuti pelatihan sampai terminasi. Hendri mengikuti pelatihan sampai selesai. Kemudian Hendri dan teman-teman kembali kerumah
atau kedaerah masing-masing dengan membawa tulkit yang diberikan satu per satu kepada mereka untuk menajadi modal mereka dalam membuka usaha. Hendri
pun kembali kerumahnya, ia kemudian memulai pekerjaannya dengan membuka usaha service elektronik di sebelah kios jualan ibunya. Ada kutipan wawancara
antara peneliti dengan informan, yaitu: “Begitu selesai bimbingan di PSBD kami balek kedaerah masing-masing
kak, kami juga dikasi tulkit untuk modal bukak usaha. Sebelumnya lewat telfon aku udah crita sama bos ku, kalo udah pulang dari PSBD aku langsung bukak
usaha service elektronik kak. Makanya pas begitu aku pulang, orang bos trus membangun kios kecil dekat warung mamak. Cuma sepetak aja kak, cukup-cukup
Universitas Sumatera Utara
88
untuk usaha service elektroniklah kak. Kebetulan kan di daerah kami itu jarang ada tempat sevice elektronik kak, paling kalo ada ya di daerah kota kak”.
Hendri juga terkadang dipanggil kerumah costumer untuk memperbaiki TV ataupun mesin cuci dirumah costumer. Hendri merasa dia lebih semangat
bekerja dan lebih rajin melakukan kegiatannya. Ketika ia tidak ada costumer ia membantu ayahnya untuk mendoorsmeer kereta. Hendri juga mengatakan bahwa
sebagian penghasilan yang diterimanya dari service elektronik diberikan kepada ibunya untuk belanja. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan,
yaitu: “Aku ngerasa diriku yang sekarang lebih baik kak, karna pas di PSBD
kami kan ada bimbingan motivasi sama psikologi kak, jadi awak merasa termotivasi buat berubah kak. Aku ngerasa udah gak minder lagi dengan kawan-
kawanku, karna yang ada di dalam pikiran ku, walau aku cacat kek gini aku masih bisa kerja. Kadang aku kerja dipanggil sama orangnya langsung untuk
kerumahnya kak, untuk perbaiki barang elektroniknya yang rusak. Intinya awak merasa lebih rajin dan semangat lah kak. Disisi lain uang hasil kerjaku sebagian
ku kasi sama mamak buat belanja kak, aku masu ngasih Rp15.000 atau Rp20.000 kak, aku pengen membantu keuangan keluarga juga kak. Aku berharap aku bisa
lebih sukses lagi biar bisa memperbesar usaha ku ini kak”.
h. Informan Utama IV