88
untuk usaha service elektroniklah kak. Kebetulan kan di daerah kami itu jarang ada tempat sevice elektronik kak, paling kalo ada ya di daerah kota kak”.
Hendri juga terkadang dipanggil kerumah costumer untuk memperbaiki TV ataupun mesin cuci dirumah costumer. Hendri merasa dia lebih semangat
bekerja dan lebih rajin melakukan kegiatannya. Ketika ia tidak ada costumer ia membantu ayahnya untuk mendoorsmeer kereta. Hendri juga mengatakan bahwa
sebagian penghasilan yang diterimanya dari service elektronik diberikan kepada ibunya untuk belanja. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan,
yaitu: “Aku ngerasa diriku yang sekarang lebih baik kak, karna pas di PSBD
kami kan ada bimbingan motivasi sama psikologi kak, jadi awak merasa termotivasi buat berubah kak. Aku ngerasa udah gak minder lagi dengan kawan-
kawanku, karna yang ada di dalam pikiran ku, walau aku cacat kek gini aku masih bisa kerja. Kadang aku kerja dipanggil sama orangnya langsung untuk
kerumahnya kak, untuk perbaiki barang elektroniknya yang rusak. Intinya awak merasa lebih rajin dan semangat lah kak. Disisi lain uang hasil kerjaku sebagian
ku kasi sama mamak buat belanja kak, aku masu ngasih Rp15.000 atau Rp20.000 kak, aku pengen membantu keuangan keluarga juga kak. Aku berharap aku bisa
lebih sukses lagi biar bisa memperbesar usaha ku ini kak”.
h. Informan Utama IV
Nama : Damiem Orang tua Suhendri
Jenis Kelamin : Perempuan
Universitas Sumatera Utara
89
Status di Keluarga : Ibu dari Suhendri
Usia : 54 Tahun
Agama :
Islam Suku
: Jawa
Pendidikan Terakhir : Tidak Bersekolah
Pekerjaan :
Berjualan Sembako
Alamat : Jln. Marelan Pasar II Barat
Damiem adalah ibu dari Suhendri, beliau merupakan seorang ibu yang bekerja berjualan sembako di depan rumahnya. Ibu Damiem masih memiliki
suami yang bernama Sulaiman. Pak Sulaiman bekerja sebagai tukang door smeer, beliau membuka usaha door smeer di samping kanan rumahnya. Ibu Damiem
mengatakan bahwa sehari-harinya Hendri dulu bekerja di pabrik kayu dan setelah Hendri kecelakaan kerja Hendri hanya dirumah dan membantu ayahnya ketika
ayahnya menyuruhnya untuk membantu mencuci kereta pelanggan. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:
“Namanya rencana Tuhan kita kan gak tau apa yang akan terjadi sama kita, dulunya si hendri ini kerja dipabrik kayu nya, tapi karna kecelakaan kerja
terpasa dia berhenti kerja karna cacatnya. Dulu ya dia duduk-duduk dirumah ajalah, kadang bapak nya nyuruh dia untuk bantuin nyuci kereta orang, kan
bapaknya bukak door smeer ini. Selain itu gak ada lah kegiatannya, paling kalo dia bosan dia pergi sama kawan-kawannya main”.
Universitas Sumatera Utara
90
Beberapa tahun Hendri tidak bekerja, dia bergantung hidup pada orang tuanya. Ibu Hendri mengatakan bahwa suatu hari Hendri bertanya kepada ayah
dan ibunya apakah orang tuanya setuju agar Hendri pelatihan di suatu panti. Hendri menjelaskan semua tentang PSBD yang akan menjadi tempat Hendri
melakukan bimbingan. Ibu dan ayah Hendri mengatakan bahwa mereka sangat setuju dengan keputusan Hendri. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan
informan, yaitu: “Ya dengar keputusan Hendri kek gitu ibu sama bapaknya ya sangat
setuju, karna kan menurut kami kalo dia ngambil keputusan kek gitu berarti dia berniat untuk membuat hidupnya lebih maju lagi, biar dia gak malas-malasan
dirumah. Kan kasian gak ada kegiatannya dirumah, ibu pikir juga mau sampai kapan dia kek gitu. Bapaknya pun bilang kalo udah siap nanti dia dari PSBD itu
bimbingan, biar aja bapak bantu dia buka usahanya nanti”. Dalam hal ini kedua orang tua Hendri menyuruh kakak Hendri untuk
mendampingi Hendri mendaftar ke PSBD. Namun, selama di PSBD Hendri tidak pernah dikunjungi kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya hanya menyuruh kakak
Hendri untuk melihat bagaimana kondisi Hendri dan mereka hanya menjalin komunikasi kepada Hendri melalui via telepon saja.
Setelah Hendri kembali kerumah, Ibu Hendri mengatakan bahwa ayah Hendri membangun kios untuk Hendri membuka usaha Service Elektronik. Hal
tersebut dilakukan karena usaha tersebut sesuai dengan bimbingan yang dilakukan Hendri ketika di PSBD. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan,
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
91
“Waktu Hendri pulang dari PSBD bapak Hendri bangun kios kecil disamping rumah ini untuk Hendri buka usaha. Karna kan kios itu cocok untuk
Hendri buka usaha bagusi TV, mesin cuci, atau kipas angin. Kan sesuai dengan yang dipalajari si Hendri di PSBD kata Hendri. Kebetulan kan disini yang bukak
usaha kek gini pun jarang, adapun ya agak ke kota. Pas si Hendri disana memang udah dibilangnya kian pas kami telfon dia. Makanya pas dia pulang langsung
ajalah dibuat, biar ada kegiatannya”. Ibu Hendri mengatakan bahwa banyak sikap Hendri yang berubah setelah
kembali dari PSBD. Hendri lebih rajin, lebih peduli dengan keluarga, lebih semangat dan tidak minder lagi untuk kerja. Ada kutipan wawancara antara
peneliti dengan informan, yaitu: “Ya begitu dia pulang dia memang lebih semangat ibu lihat. Apalagi
setelah udah buka usaha ini, dia lebih rajin ibu lihat. Hendri juga udah mau kasi sama ibu uang hasil kerjanya, dia mau ngasih Rp15.000 atau Rp20.000an lah,
gak menentu soalnya. Ya gak bergantung sama orang tua lagi lah. Padahal ibu pikir lepas untuk beli rokoknya aja pun udah lumayanlah. Gak nyangka ibu, uang
untuk belanja pun mau dia kasi sama ibu. Liat dia yang kek gitu ibu pun senang, karna udah bisa dia mandiri, udah bertanggung jawab juga sebagai anak bantu
ekonomi keluarga. Yah, harapan ibu dia bisa lebih maju lagi lah usahanya”.
i. Informan Tambahan I